3. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Bedah dan Radiologi serta Bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran
Hewan, Institut Pertanian Bogor IPB pada bulan Maret 2010 sampai September 2011.
3.2 Materi 3.2.1 Hewan Coba
Penelitian ini bersifat eksperimental menggunakan hewan coba sebagai model. Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 24 ekor mencit
jantan Mus musculus dengan rata-rata umur 4 minggu dengan bobot awal 18-20 gram. Mencit yang digunakan merupakan mencit strain ddy dan diberi pre-
treatment sebelum dikawinkan. Mencit jantan tersebut diperoleh dari pembiakan
di Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
3.2.2 Ekstrak kelopak bunga Rosela
Penelitian ini menggunakan ekstrak kelopak bunga rosela dari petani rosela di Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Ekstraksi kelopak bunga rosela dilakukan
di Balitro Balai Penelitian Tanaman Obat Cimanggu, Bogor. Bunga dikeringkan di bawah sinar matahari dan dihaluskan. Tahapan selanjutnya, sebanyak 200 gram
serbuk bunga diekstrak dengan etanol 96 pada suhu 40°C. Pembuatan ekstrak tanaman rosela meliputi proses maserasi dan evaporasi.
Maserasi adalah proses perendaman simplisia menggunakan pelarut untuk memperoleh zat aktif dari simplisia tersebut. Proses maserasi dilakukan
menggunakan pelarut etanol. Maserat yang telah diperoleh dipisahkan kemudian dievaporasi. Evaporasi merupakan proses pemekatan dengan cara menguapkan
pelarut tanpa menjadi kering. Simplisia yang telah kering dihaluskan, lalu dilakukan maserasi dengan
menambahkan etanol 70 hingga seluruh simplisia terendam oleh etanol dalam maserator. Maserasi dilakukan selama tiga hari dan tiap 24 jam ekstrak ditampung
dan pelarut diganti dengan yang baru. Setelah tiga hari, ekstrak yang telah diproses kemudian dipekatkan sehingga diperoleh ekstrak kental dengan bobot
tetap. Kemudian diuapkan dengan rotary evaporator hingga didapat ekstrak kental seberat 125.51 gram dengan rendemen 37.84. Ekstraksi yang dilakukan
dengan maserasi yang merupakan ekstraksi dengan cara dingin. Proses ekstraksi dengan cara dingin relatif lebih aman terhadap zat -zat yang terkandung di dalam
simplisia jika dibandingkan dengan penggunaan ekstraksi cara panas karena kemungkinan zat yang terkandung dalam simplisia tersebut bersifat termolabil.
Kemudian dilanjutkan dengan freeze drier agar hasil yang didapat konstan sesuai dengan hasil yang diinginkan Rostinawati 2009. Maserasi dilakukan oleh Balai
Penelitian Tanaman Obat Bogor dan evaporasi dilakukan oleh Laboratorium Bioteknologi di Fakultas Perikanan IPB.
3.2.3 Bahan dan Alat