rataan jumlah sel goblet menunjukkan trend yang menurun dibandingkan nilai pada 8 minggu radiasi. Peningkatan rataan jumlah sel goblet yang signifikan
terlihat pada kelompok R. Hal ini diduga karena hewan coba yang digunakan non-SPF
atau non Spesific Pathogen Free. Kelompok P , d a n R P menunjukkan rataan jumlah sel goblet tidak jauh berbeda dengan kelompok K.
4.4 Rataan Jumlah Sel Radang
Sel radang atau leukosit merupakan sel darah putih yang berperan dalam proses imunitas atau respon pertahanan tubuh terhadap kehadiran antigen
Macfarlane 2000. Pada penelitian ini, rataan jumlah sel radang pada duodenum mencit percobaan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Hasil analisis rataan jumlah sel radang pada duodenum sel dihitung dalam luas lapang pandang 58 987 µm
2
Kelompok Jumlah sel radang pada duodenum Mean± SD
Setelah 8 minggu radiasi
5.3 mSv Setelah 4 minggu
pemulihan dari radiasi tanpa perlakuan
Kontrol K 9.78 ± 4.44
c
9.68 ± 2.19
c
Primer P 13.08 ±4.11
ba
9.69 ± 3.14
c
Rosela R 13.45 ±5.59
ba
9.33 ± 1.84
c
Radiasi-Rosela RP 16.10 ± 3.49
a
10.65±2.40
bc
Ket:
1
.angka yang diikuti dengan huruf superskrip yang sama pada satu kolom pada masing-masing minggu menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5
2.
kelompok yang disertai merupakan kelompok yang diberi paparan radiasi selama 8 minggu
Analisis statistik terhadap rataan jumlah sel radang setelah 8 minggu radiasi menunjukkan nilai berbeda nyata p0.05 pada kelompok perlakuan K.
Namun demikian rataan jumlah sel radang menunjukkan trend yang meningkat dimulai deri kelompok K, P, R, dan RP. Kelompok perlakuan RP
memiliki rataan jumlah sel radang yang tinggi dibandingkan dengan ketiga kelompok perlakuan yang lain. Hal ini diduga dipengaruhi radiasi ionisasi dan
aktivitas prooksidan dari sen yawa antioksidan dan fitofenol rosela. Radiasi ionisasi dan aktivitas prooksidan akan menginduksi ROS Reactive Oxygen
Spesies dalam bentuk radikal hidroksil, superoksida, hidrogen peroksida dan
singlet oksigen aktif. Aktivitas prooksidan tersebut dapat dipicu dan dimediasi
oleh reaksi antara senyawa antioksidan dan fitofenol dengan logam transisi
seluler. Logam transisi seluler d a p a t d i t e m u k a n p a d a s i t o p l a s m a s e l . Fe
2
+
atau besi II dilaporkan dapat menjadi mediator aktivitas prooksidan pada sel Jagetia CG 2007; Uttara, Singh, Zamboni, dan Mahajan
2009; Sakihama, Cohen, Grace, dan Yamasaki 2002. Mekanisme peroksidasi lipid akan mengawali produksi isoprostane
yang baru-baru ini diketahui menyerupai senyawa bioaktif prostaglandin PGF
2
. Isoprostane merupakan produk dari enzim asam arachidonat yang dikatalisis
oleh radikal bebas. Prostaglandin merupakan salah satu mediator peradangan yang kemudian akan mengundang hadirnya sel radang Wood, Gibson, dan
Garg 2008. Mekanisme lain yang dapat meningkatkan sel radang diduga karena kerja sistem imun, dimana sel yang rusak akan dikenali oleh natural
killer cells yang diperankan oleh limfosit. Limfosit akan mengenali sel yang
rusak melalui dua cara yakni dengan mengenali reseptor imunoglobulin FcR atau Fc-receptors
dan mengikat antibodi target yang selanjutnya hal ini akan mengawali proses sitotoksis seluler bergantung antibodi. Cara kedua yakni
reseptor permukaan untuk MHC at au major hi stocompatibility complex kelas 1. Jika selama interaksi dengan sel reseptor tidak berikatan maka NKC
atau natural killer cell akan terprogram untuk melisiskan sel target dengan bantuan perforin untuk melubangi dinding membran sel dan selanjutnya hal ini
akan menginduksi apoptosis Parkin dan Cohen 2001. Selain itu pemberian radiasi pada sel akan direspon dengan reaksi
imunitas seluler berupa peningkatan jumlah sel radang atau leukosit. Kondisi sel yang rusak akibat paparan radiasi dapat mengundang kehadiaran sel T
sitotoksik untuk melisiskan sel tersebut. Mekanisme seperti ini disebut mekanisme imun spesifik seluler Abbas 1991. Faktor stres akibat pencekokan
pun menjadi pemicu terjadinya peningkatan sel radang. Menurut Yang et al. 2006, tikus atau hewan rodensia lain yang mengalami stres akan menghasilkan
antobodi Ig-E, antigen yang menginduksi sekresi intestinal, dan peningkatan jumlah sel radang pada mukosa usus. Berdasarkan penelitian Sulistiawati 2009
peningkatan jumlah leukosit yang terjadi pada tikus putih yang diberi ekstrak kelopak rosela dapat disebabkan oleh kandungan asam folat yang terdapat pada
kelopak rosela. Asam folat dikenal sebagai folasin yang turut serta dalam
pembentukan beberapa asam amino dan pembentukan beberapa komponen penting termasuk pembentukan sel darah dengan cara membantu proses sintesis
DNA. Menurut Subowo 1993, vitamin C dapat membantu konversi asam folat menjadi bentuk aktif serta berfungsi dalam pemeliharaan imun seluler dan
terbukti dapat melindungi fungsi sel-sel neutrofil. Pada kondisi normal di bagian lamina propria vili atau mukosa dan
submukosa usus mencit terdapat jaringan ikat lunak dan terdapat beberapa sel- sel radang seperti limfosit, sel plasma, pada kondisi tertentu juga terdapat
eosinofil, makrofag, sel mast, dan neutrofil akan tetapi berjumlah tidak begitu banyak. Sel radang yang terdapat pada bagian usus tersebut berfungsi untuk
merespon adanya antigen dari lumen usus. Peningkatan rataan jumlah sel radang pada kelompok Primer P
setelah diberi paparan radiasi selama 8 minggu diduga sebagai respon terhadap adanya peradangan dan injury pada bagian usus. Terutama pada kelompok ini
deskuamasi epitel vili dapat mengakibatkan masuknya antigen dari lumen usus ke dalam bagian mukosa maupun submukosa usus. Radiai ionisasi dapat pula
mengakibatkan terbentuknya radikal bebas berupa senyawa ROS reactive oxygen species
. Menurut Wood, Gibson, dan Garg 2008, hadirnya ROS reactive oxygen species dapat mengaktifasi sel radang berupa sel mast,
eosinofil ,neutrofil, limfosit, makrofag, dan trombosit .Respon sel radang yang aktif akan bersamaan dengan proses respiratory burst yang melibatkan
pengambilan oksigen dan kemudian melepaskan ROS reactive oxygen species keseluruh bagian sel.
Hadirnya ROS reactive oxygen species sebagai akibat pemberian radiasi pada sel menimbulkan berbagai efek seluler berantai. Berikut gambar skematis
akibat yang ditimbulkan dari kehadiran ROS reactive oxygen species Gambar 23.
Gambar 23 Skematisasi mekanisme akibat yang terjadi dari hadirnya ROS reative oxygen species pada sel Kregel dan Zhang 2007.
Gambar skematis mekanisme hadirnya ROS reactive oxygen species seluler dapat distimulasi oleh berbagai faktor eksogen maupun endogen. Hadirnya
ROS reactive oxygen species dapat mengakibatkan kerusakan DNA, protein, dan lipid. Kerusakan DNA dapat memicu perubahan ekspresi gen yang
memodulasi berbagai respon yang berpengaruh pada fungsi dan kebertahanan sel. Selain DNA, protein, dan lipid beberapa organel sel juga dapat mengalami
kerusakan sebagai respon kerusakan pada bagian terluar sel. Kedua kerusakan yang telah disebutkan di atas dapat memacu respon seluler baik respon
peradangan, survival, proliferasi, dan kematian sel Kregel dan Zhang 2007. Fotografi mikro dari sel radang pada keempat kelompok setelah 8
minggu radiasi dapat dilihat pada Gambar 24.
Gambar 24 Fotografi mikro sel radang di submukosa duodenum mencit setelah 8
minggu radiasi 5.3 mSv. Sel radang ditunjukkan oleh lingkaran hitam. Dapat dilihat bahwa jumlah sel radang lebih banyak pada
kelompok RP disusul kemudian kelompok R dan P. A: kelompok K, B: kelompok P, C: kelompok R, dan D: kelompok RP.
Pewarnaan hematoksilin-eosin HE dengan perbesaran 400x.
Analisis statistik terhadap rataan jumlah sel radang pada 4 minggu pemulihan dari radasi menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata p0.05 pada
semua kelompok perlakuan. Namun demikian rataan jumlah sel radang menunjukkan trend yang menurun dan hampir mendekati jumlah sel radang
kelompok K. Penurunan rataan jumlah sel radang setelah 4 minggu pemulihan diduga
karena pemberian radiasi yang dihentikan dan secara fiosiologis terjadi pergantian sel-sel yang mati dengan sel epitel baru yang berasal dari kripta usus.
Sel-sel epitel baru pada vili duodenum menyebabkan menurunnya jumlah sel radang dalam vili duodenum sehingga tidak ada respon imun pada kondisi ini
Roitt 1988.
D C
B A
Berikut gambar fotografi mikro sel radang pada 4 minggu pemulihan dari radiasi Gambar 25.
Gambar 25 Fotografi mikro sel radang pada submukosa duodenum setelah 4
minggu pemulihan dari radiasi. Sel radang ditunjukkan oleh lingkaran hitam. Dapat dilihat bahwa jumlah sel radang menurun
pada masing-masing kelompok. A: kelompok K, B: kelompok P, C: kelompok R, dan D: kelompok RP. Pewarnaan hematoksilin-
eosin HE dengan perbesaran 400x.
4.5 Rataan Tinggi Vili Duodenum