cm dan lebar 5-8 cm. Akar yang menopang batangnya berupa akar tunggang Widyanto dan Nelistya 2009.
2.2.2 Pemanfaatan Rosela Hibiscus sabdariffa L. dalam Masyarakat
Penelitian tentang rosela sebagai tanaman obat tradisional dalam bentuk sediaan teh merah untuk pengobatan berbagai jenis penyakit sudah dilaporkan
oleh Khosravi et al. 2009. Sedangkan efek rosela dalam melawan tetra-butyl hydroperoxide
yang memiliki toksisitas pada hati juga sudah dilaporkan sebelumnya oleh Wang et al. 2000.
Tanaman Rosela Hibiscus sabdariffa L. dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional untuk mengobati berbagai kasus penyakit seperti hipertensi,
infeksi saluran perkemihan, dan kardioprotektif Wang et al. 2000; Odigie et al. 2003; Olaleye 2007, sebagai antioksidan dan memiliki efek hepatoprotektif pada
berbagai hewan Amin dan Hamza 2005. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rostinawati 2008, ekstrak etanol rosela mempunyai aktivitas terhadap
Mycobacterium tuberculosis galur H37Rv dan Mycobacterium tuberculosis galur
Labkes-026 multi-drug resisten. Rosela masih belum banyak dimanfaatkan di bidang kedokteran Indonesia.
Minuman berbahan rosela beberapa tahun terakhir mulai banyak dikenal sebagai minuman kesehatan. Bahan minuman dari rosela seperti sirup dan teh juga sudah
dapat diperoleh di pasar swalayan. Pemanfaatan dan khasiat rosela dalam dunia pengobatan sudah tidak asing lagi di negara-negara lain Maryani dan Kristiana
2005. Penduduk di Meksiko termasuk juga Afrika dan Asia, telah memanfaatkan tanaman ini untuk berbagai keperluan pengobatan herbal dengan memanfaatkan
berbagai bagian dari tanaman ini Khosravi et al. 2009.
2.2.3 Komposisi Kimia Rosela Hibiscus sabdariffa L.
Tanaman Rosela Hibiscus sabdariffa L. banyak mengandung anthocyanin
dan vitamin C. Sediaan kering dari ekstrak bunga rosela mengandung flavonoid seperti gesypetin, hibiscetine, dan sabdaretine. Pigmen dari bunga
sebagian besar terdiri atas hibiscin yang telah diidentifikasi sebagai daphniphylline
. Delphinidin 3-monoglucoside, cyanidin 3-monoglucoside
chrysanthenin dan delphnidin juga teridentifikasi dalam jumlah kecil Wang et al.
2000. Menurut Maryani dan Kristiana 2005, secara umum komposisi kelopak bunga rosela dapat dilihat pada Tabel 1 yang disajikan sebagai berikut.
Tabel 1 Kandungan gizi dalam 100 g kelopak segar bunga rosela
Zat Jumlah
Zat Jumlah
Kalori 44 kal
Besi 3.8 mg
Air 86.2
Betakaroten 285 mg
Protein 1.6 g
Asam askorbat 14 mg
Lemak 0.1 g
Tiamin 0.04 mg
Karbohidrat 1.1 g
Riboflavin 0.6 mg
Serat 2.5 g
Niasin 0.5 mg
Abu 1.0 g
Sufida -
Kalsium 160 mg
Nitrogen -
Fosfor 60 mg
Sumber: Maryani dan Kristiana 2005
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa rosela memiliki kadar air yang tinggi dan 2.5 kandungannya ialah serat yang sangat dibutuhkan tubuh dalam
proses pencernaan. Sedangkan hasil pengujian fisikokimia kelopak bunga rosela dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2 Hasil uji fisikokimia dalam 100 g kelopak segar bunga rosela
Nama Senyawa Jumlah
Campuran asam sitrat dan asam malat 13
Antosianin yaitu gossypetin dan hisbiscin 2
Vitamin C 0.004-0.005
Protein 14.6
Sumber: Maryani dan Kristiana 2005
Tabel 2 menunjukkan bahwa bunga rosela memiliki kandungan asam sitrat yang cukup tinggi. Menurut
Fasoyiro et al 2005,
asam sitrat diketahui memiliki kemampuan mengikat logam dan membentuk komplek dengan protein.
Kandungan vitamin C atau asam askorbat pada rosela lebih tinggi dari pada jeruk dan mangga. Sedangkan pengujian terhadap kadar senyawa aktif yang terkandung
dalam kelopak bunga rosela dapat diperoleh dari hasil uji fitokimia yang tersajikan pada Tabel 3 berikut.