Rataan Tinggi Vili Duodenum

Berikut gambar fotografi mikro sel radang pada 4 minggu pemulihan dari radiasi Gambar 25. Gambar 25 Fotografi mikro sel radang pada submukosa duodenum setelah 4 minggu pemulihan dari radiasi. Sel radang ditunjukkan oleh lingkaran hitam. Dapat dilihat bahwa jumlah sel radang menurun pada masing-masing kelompok. A: kelompok K, B: kelompok P, C: kelompok R, dan D: kelompok RP. Pewarnaan hematoksilin- eosin HE dengan perbesaran 400x.

4.5 Rataan Tinggi Vili Duodenum

Vili merupakan struktur anatomis khas pada mukosa usus yang bertujuan untuk memperluas bidang penyerapan nutrisi McCurnin dan Bassert 2006. Menurut Price et al. 2000, vili ialah tonjolan mukosa seperti jari-jari yang jumlahnya empat atau lima juta terdapat sepanjang usus halus. Pada manusia tinggi vili mencapai 0.5 mm hingga 1.5 mm atau 15 x 10 3 µm. Menurut Inamoto et al. 2008, mengatakan tinggi vili usus halus menurun dari duodenum sampai D C B A ke distal ileum. Pada penelitian ini, rataan tinggi vili duodenum mencit percobaan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Hasil analisis r ataan tinggi vili duodenum μm dihitung dalam luas lapang pandang β4γ 044 μm 2 Kelompok Rataan tinggi vili duodenum μm Mean± SD Setelah 8 minggu radiasi 5.3 mSv Setelah 4 minggu pemulihan dari radiasi tanpa perlakuan Kontrol K 294.24 ± 43.64 a 335.62 ± 67.69 a Primer P 288.70 ± 84.70 a 313.23 ± 64.3 a Rosela R 310.23 ± 43.36 a 323.87 ± 38.67 a Radiasi-Rosela RP 292.59 ± 35.25 a 325.41 ± 67.39 a Ket: 1. angka yang diikuti dengan huruf superskrip yang sama pada satu kolom pada masing-masing minggu menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 2. kelompok yang disertai merupakan kelompok yang diberi paparan radiasi selama 8 minggu Analisis statistik terhadap rataan tinggi vili duodenum pada 8 minggu setelah radiasi menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata p0.05. Kelompok perlakuan R memiliki nilai rataan tinggi vili yang lebih besar dibandingkan kelompok lain termasuk kelompok Kontrol K. Namun demikian secara umum rataan tinggi vili menunjukkan trend yang menurun dimana rataan tinggi vili kelompok P paling rendah disusul kemudian RP, K, dan R. Hal ini diduga karena rosela memiliki kandungan senyawa kimia yang baik terhadap tubuh. Menurut Sediaotama 2004, hasil analisis dari 10 g serbuk kelopak rosela memiliki kandungan asam amino diantaranya prolin, valin, asam glutamat, glisin, isoleusin, leusin, dan lisin yang memiliki peranan penting dalam kehidupan sel, pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan dan penggantian sel-sel yang mati. Asam amino sebagai monomer dari protein memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan dan regenerasi sel tubuh. Selain itu kandungan antioksidan dari antosianin Falvonoid dan vitamin C pada rosela dapat mengikat radikal bebas dan menghambat peroksidase lipid yang dapat merusak sel. Oleh karena itu kondisi sel terhindar dari radikal bebas. Kandungan flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, dan vitamin C pada ekstrak kelopak rosela dapat menjaga dan meningkatkan tinggi vili usus. Peningkatan vili menyebabkan semakin luas permukaan vili untuk absorbsi nutrien masuk ke dalam aliran darah Mile et al. 2006; Winarsih 2007; Rostinawati 2009. Fungsi utama duodenum merupakan tempat katabolisme makanan menjadi partikel- partikel kecil berupa lemak, protein atau bentuk lainnya. Proses ini dibantu oleh sekresi dari kantong empedu di hati dan sekresi dari pankreas. Hasil katabolisme di duodenum selanjutnya akan diserap di jejenum Guyton dan Hall 1997. Berikut fotografi mikro dari tinggi vili setelah 8 minggu radiasi Gambar 26. Gambar 26 Fotografi mikro tinggi vili duodenum mencit setelah 8 minggu radiasi 5.3 mSv. Tinggi vili diukur berdasarkan panah hitam. Dapat dilihat bahwa kelompok R memiliki vili lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok K dan RP. A: kelompok K, B: kelompok P, C: B D C A kelompok R, dan D: kelompok RP. Pewarnaan hematoksilin-eosin HE dengan perbesaran 200x. Semua kelompok perlakuan setelah diberi 4 minggu pemulihan terjadi peningkatan tinggi vili yang mendekati rataan tinggi vili pada kelompok K. Terlihat adanya usaha pemulihan sel-sel vili sehingga terjadi penambahan tinggi vili sehingga penyerapan nutrisi dapat optimal. Berikut fotografi mikro dari tinggi vili setelah 4 minggu pemulihan dari radiasi Gambar 27. Gambar 27 Fotografi mikro tinggi vili pada duodenum setelah 4 minggu pemulihan dari radiasi. Tinggi vili diukur berdasarkan tanda panah D B C A hitam. Dapat dilihat bahwa tinggi vili pada semua kelompok hampir sama. A: kelompok K, B: kelompok P, C: kelompok R, dan D: kelompok RP. Pewarnaan hematoksilin-eosinHE dengan perbesaran 200x.

4.6 Gambaran Umum Pengamatan Hiastopatologi Duodenum Mencit

Dokumen yang terkait

Efek Antidiabetes dari Ekstrak Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L) terhadap Mencit yang Diinduksi Streptozotocin

7 63 129

Studi Perbandingan Efektivitas Infus Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) yang Segar dan Kering terhadap Kadar Kolesterol Serum Darah Marmut

0 33 62

Formulasi Sediaan Lipstik Dengan Ekstrak Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) Sebagai Pewarna

84 349 74

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.) DENGAN BASIS MANITOL

0 11 19

Efek Radioprotektif Ekstrak Tanaman Rosela (Hibiscus sabdariffa L) Terhadap Radiasi Ionisasi Radiodiagnostik Berulang: Studi Diferensiasi Sel Leukosit Darah Perifer Mencit (Mus musculus).

1 14 160

Efek Radioprotektif Ekstrak Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) terhadap Radiasi Ionisasi Radiodiagnostik Berulang: Studi Gambaran Eritrosit Darah Perifer Mencit (Mus musculus).

1 17 133

Studi Histopatologi Potensi Radioprotektif Ekstrak Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) dalam Radiasi Ionisasi Radiodiagnostik Berulang pada Lambung Mencit (Mus musculus

0 6 156

Studi In-vitro dan In-vivo Efek Radioprotektif Rosela (Hibiscus Sabdariffa Linn.) terhadap Radiasi Ionisasi Radiodiagnostik Berulang

1 30 356

Studi Histopatologi Respon Organ Testis Mencit (Mus musculus) Terhadap Potensi Radioprotektif Tanaman Rosela dalam Radiasi Ionisasi Radiodiagnostik

0 1 35

Studi In vitro dan In vivo Efek Radioprotektif Rosela (Hibiscus Sabdariffa Linn) terhadap Radiasi Ionisasi Radiodiagnostik Berulang

0 5 190