6
C. MINYAK SAWIT MERAH
Minyak sawit merah merupakan minyak sawit asli kaya karotenoid yang diproses secara minimal sehingga secara alami mengandung tokoferol, tokotrienol dan karotenoid yang
memberikan warna merah pada minyak. Minyak sawit merah juga merupakan sumber dari beberapa antioksidan termasuk vitamin E dan provitamin A karotenoid yang berperan dalam
mencegah penyakit kanker dan penyakit kronis lainnya Zeba et al. 2006. Minyak sawit merah tidak hanya merupakan sumber vitamin A, tetapi juga mengandung lemak dalam jumlah terbatas
yang mempengaruhi efektivitas asupan karotenoid. Secara umum, proses produksi minyak sawit merah prinsipnya sama dengan proses produksi minyak sawit asli komersial minyak goreng.
Satu hal yang membedakan adalah pada proses produksi minyak sawit merah tidak ada tahapan bleaching pemucatan sehingga minyak masih tetap berwarna merah. Dibandingkan dengan
minyak goreng biasa, minyak sawit merah memiliki aktivitas provitamin A dan vitamin E yang jauh lebih tinggi. Karakter ini membuat minyak sawit merah sangat baik dipandang dari segi
nutrisi Jatmika Guritno 1997. Kandungan karotenoid pada masing-masing fraksi dari beragam jenis minyak sawit juga berbeda-beda seperti dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Kandungan karotenoid pada fraksi beragam minyak sawit Fraksi minyak sawit
Turunan karotenoid ppm Crude palm oil
630-700 Crude palm olein
680-760 Crude palm stearin
380-540 Residual oil from fibre
4000-6000 Second pressed oil
1800-2400 Red palm oil
500-700
Sumber: Zeb Mehmood 2004
Minyak sawit merah mengandung 15-300 kali retinol ekuivalen lebih besar dibandingkan dengan wortel, sayuran daun, dan tomat Canfield et al. 2001. Di alam telah diisolasi 600 jenis
karotenoid Ong Tee 1992. Karotenoid yang terkandung di dalam minyak sawit merah sebesar 91,18, di antaranya merupakan -
karoten dan α-karoten yang mempunyai aktivitas provitamin A yang tinggi Naibaho 1990. Kadar karoten minyak sawit merah 60 kali lebih besar
dibandingkan dengan minyak goreng Jatmika Guritno 1997. Menurut Naibaho 1990, MSM mengandung karotenoid total 600-1000 ppm dengan
presentase α-karoten 36,β, -karoten 54,4, -karoten 3,3, likopen 3,8, dan xantofil 2,2. Kandungan karotenoid yang tinggi menyebabkan MSM berwarna kemerahan. Menurut Olson
1991, pemberian 7 ml MSM dianjurkan untuk nutrisi anak-anak pra sekolah. Sebanyak kurang lebih 800 ppm tokoferol terdapat dalam minyak sawit. Kelompok senyawa tokoferol ini tidak
hanya penting karena peranannya sebagai antioksidan alami, tetapi secara fisiologis juga aktif sebagai vitamin, yaitu vitamin E. MSM mulai dikembangkan seiring dengan semakin
disadarinya peranan penting karotenoid bagi kesehatan manusia. Di Malaysia, MSM telah dikembangkan menjadi produk baru, tetapi sampai saat ini belum ada MSM yang dijual secara
komersil. Pada umumnya, pemanfaatan minyak sawit masih didominasi untuk produk pangan.
Menurut Muchtadi 1992, sekitar 90 minyak sawit digunakan untuk produk-produk pangan seperti minyak goreng, minyak salad, margarin, shortening, vanaspati, dan sebagainya,
sedangkan 10 sisanya digunakan untuk produk-produk non pangan. Menurut Meridian 2000, proses pengolahan minyak sawit merah adalah sebagai berikut:
7 1
Degumming CPO ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam reaktor, larutan asam oksalat ditambahkan
sebanyak 7, setelah itu ditambahkan 5-10 CPO. Lalu CPO dipanaskan pada suhu 60 °C kondisi vakum selama 20 menit sambil terus diaduk.
2 Netralisasir
Minyak dimasukkan ke dalam reaktor, kemudian suhu proses diatur sehingga mencapai 30- 40 °C. Selanjutnya, larutan NaOH ditambahkan dalam jumlah tertentu, kemudian diaduk
dengan kecepatan 65-75 rpm tekanan 1 atm selama 30 menit. Sabun yang terbentuk dipisahkan dengan pencucian.
3 Deodorized
Minyak dimasukkan kedalam deodorizer, kemudian dipanaskan sampai mencapai suhu 180 °C selama 30 menit dengan tekanan 5 torr. Setelah itu, injeksikan uap sebanyak 4 dari
berat minyak setelah mencapai waktu deodorisasi. Selanjutnya, minyak didinginkan sampai suhu 120 °C dan dilakukan filtrasi dengan menggunakan kertas Whatman no 42.
4 Fraksinasi
Proses fraksinasi dilakukan berdasarkan prinsip pendinginan dibawah kontrol tanpa penambahan bahan kimia, kemudian diikuti dengan proses filtrasi. Gliserida jenuh dari
minyak dipisahkan dengan suhu rendah, pemisahan dilakukan dengan filtrasi.Dari proses ini dihasilkan minyak dengan asam lemak bebas 0,23 dan karotenoid sebesar 256,55 ppm
dengan karotenoid awal 850 ppm.
D. MINYAK SAWIT MERAH TANPA FRAKSINASI MSMTF