19
D. PEMILIHAN RESPONDEN
Metode yang digunakan dalam pemilihan responden adalah metode Non Probability Sampling NPS, yaitu seleksi unsur populasi berdasarkan pertimbangan peneliti sehingga tidak
setiap orang mempunyai kesempatan untuk dipilih dalam suatu populasi. Pemilihan responden dimulai dari penunjukkan Kecamatan Dramaga oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, sebagai
salah satu kecamatan yang memiliki banyak penduduk dari keluarga pra sejahtera dan banyak yang mengalami KVA. Selain itu, pemilihan responden dilakukan berdasarkan pertimbangan
peneliti yaitu dengan menyesuaikan responden yang akan digunakan dengan tujuan penelitian. Responden diminta untuk menyatakan ketersediaannya mengikuti program SawitA selama dua
bulan dan bersedia menjadi responden pada penelitian ini. Pada Kecamatan Dramaga terdapat lebih dari 2.500 keluarga pra sejahtera. Salah satu desa yang berada pada Kecamatan Dramaga
adalah Desa Sinarsari. Berdasarkan data yang ada, jumlah penduduk pra sejahtera cukup mendominasi di Desa Sinarsari, yaitu sebanyak 545 kepala keluarga. Penduduk pra sejahtera
tersebut kurang memiliki akses dalam memperoleh informasi mengenai kesehatan dan kesulitan dalam memperoleh fasilitas-fasilitas kesehatan yang dapat menunjang perbaikan hidup mereka.
Hal ini membuat pemilihan responden pada Desa Sinarsari RT 02 dan RT 03, RW 02 merupakan langkah yang tepat untuk membantu masyarakat memperoleh kesehatan yang lebih baik.
Responden yang terpilih hanya berasal dari satu RW karena dinilai karakteristik penduduk antar RW memiliki karakteristik yang serupa, sehingga cukup mengambil satu RW saja.
Responden yang dipilih berasal dari keluarga yang terdiri atas bapak, ibu, dan apabila memiliki anak minimal berusia sekolah dasar minimal 9 tahun sebanyak 101 orang.
Berdasarkan American Standard Testing Material Resurreccion 1998 diperlukan minimal 50 responden untuk setiap produk. Penelitian ini menggunakan dua produk, maka dari itu jumlah
responden yang digunakan sebanyak 100 orang. Pada penelitian ini total responden yang digunakan sebanyak 101 orang. Anak-anak yang menjadi responden berusia sekolah dasar, mulai
dari umur 9 tahun, yang dinilai sudah dapat mengerti pola komunikasi lisan. Metode yang digunakan adalah wawancara dengan panduan kuesioner sehingga dapat dipastikan responden
mengerti maksud dari pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud. Proporsi ibu, ayah, dan anak tidak seimbang tetapi memenuhi standar yang diharuskan yaitu sebanyak 100 responden. Para
responden tersebut adalah mereka yang mau mengikuti program ini dari awal hingga akhir, tanpa
paksaan, dan telah menandatangi Letter of Concern yang diajukan. E.
TAHAPAN PENELITIAN 1
Tahap Sosialisasi
Produk SawitA merupakan produk baruyang belum dikenal masyarakat. Perlunya sosialisasi mengenai manfaat dan cara penggunaan produk agar masyarakat dapat
memahami dengan benar mengenai produk ini. Sosialisasi produk SawitA dilakukan di tempat yang strategis, seperti di posyandu atau balai desa. Sosialisasi dilakukan sebanyak
tiga kali selama dua bulan, yaitu pada awal, tengah, dan akhir kegiatan Program SawitA.
Kegiatan sosialisasi pertama dilakukan sebelum pemberian produk SawitA ke responden berupa wawancara dengan kuesioner tentang kelapa sawit, produk dan
manfaatnya. Selanjutnya sosialisasi pengetahuan umum mengenai vitamin A dan KVA, pengenalan produk, manfaat dan cara pemakaian produk, kemudian disusul dengan
pemberian produk SawitA ke responden. Sosialisasi kedua dilaksanakan pada akhir bulan pertama, dimana responden telah menggunakan produk SawitA selama satu bulan. Pada
sosialisasi kedua, responden diingatkan kembali mengenai materi pada sosialisasi pertama,
20 lalu tinjauan ulang mengenai penggunaan produk SawitA selama satu bulan ke belakang.
Selain itu, dilakukan kegiatan tukar pendapat dan tukar pengalaman tentang penggunaan produk SawitA. Setelah kegiatan sosialisasi kedua, dilakukan pergantian pemberian produk
dari produk CPO menjadi produk MSMTF. Sosialisasi ketiga, dilakukan pada akhir bulan kedua. Pada tahap tersebut dilakukan
sosialisasi mengenai tinjauan ulang produk kedua, yaitu produk SawitA MSMTF. Selain itu, dilakukan demo memasak dengan menggunakan produk SawitA, seperti memasak sop
ceker ayam yang diberi produk SawitA. Permainan-permainan interaktif juga dilakukan agar pengetahuan mengenai produk dan manfaat produk tetap diingat para responden. Pada
sosialisasi ketiga, terdapat lomba memasak dengan menggunakan produk SawitA bagi seluruh responden yang dibagi menjadi beberapa kelompok. Pada tahap ini, responden
menciptakan beragam resep kreatif dengan menggunakan produk SawitA yang dapat diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari. Pemenang pada lomba ini mendapatkan hadiah
menarik sehingga menimbulkan semangat dan meningkatkan antusiasme responden untuk berkontribusi dalam kegiatan ini.
2 Tahap Pemberian Produk
Setelah kegiatan sosialisasi awal, produk SawitA mulai dibagikan dan dikonsumsi responden. Penggunaan produk SawitA dilakukan di rumah mereka sendiri tanpa ada
kontrol langsung dari peneliti, oleh karena itu produk SawitA disajikan dalam kondisi aktual. Uji ini dinamakan Home Use Test, dimana pengujian dilakukan di rumah responden.
Ada dua sampel produk SawitA yang digunakan yaitu produk SawitA tumis MSA dan produk SawitA tumis MSMTF. Pengujian menggunakan dua sampel sesuai saran
Resurreccion 1998, karena jika semakin banyak sampel yang diuji akan semakin rumit bagi responden dan membutuhkan waktu pengujian yang lebih lama.
Sampel pertama, produk MSA didistribusikan ke masing-masing rumah responden. Cara penggunaan produk SawitA yang disarankan dengan menambahkan pada makanan
matang atau menggunakannya sebagai pengganti minyak dalam tumisan. Responden boleh menggunakan dengan cara yang berbeda, tidak harus sesuai dengan yang disarankan. Hal
ini untuk melihat variasi cara penggunaan dan cara yang paling sering digunakan responden. Satu bulan berikutnya didistribusikan sampel kedua yaitu produk MSMTF.
Produk dikemas dalam botol 140 ml, dimana satu keluarga mendapatkan satu botol per minggu. Disarankan agar responden mendapatkan produk sebanyak 2mloranghari
sehingga dalam satu minggu masing-masing responden akan mendapatkan 14 mlminggu.
Deskripsi Produk
Seperti yang tercantum pada Laporan Akhir Program SawitA Zakaria et al. 2011, sebagian CPO yang diperoleh dari PT. SMART Tbk Jakarta dikemas dalam botol sebagai
minyak tumis dan sebagian lainnya diproses sebagai MSMTF. Produksi produk SawitA dilaksanakan di Techno Park IPB dengan nomor pendaftaran P-IRT No 207320101871.
Pada Tabel 8 dapat dilihat karakteristik CPO berdasarkan analisis kimia.
21 Tabel 8. Karakteristik CPO dan MSMTF
Jenis Minyak
Rata-rata bilangan asam g NaOHg minyak
Rata-rata asam lemak bebas
Rata-rata bilangan iod
Bilangan peroksida meq
peroksidakg CPO I
0,014 9,66
- CPO II
0,019 12,90
- CPO III
0,008 5,425
49,79 CPO hanya
dinetralisasi 0,007
4,42 50,86
MSMTF 0,006
4,055 48,62
Sumber: Zakaria et al. 2011
Kadar asam lemak bebas sangat bervariasi tetapi pada semua batch tidak mengandung peroksida. Hal ini menunjukkan bahwa selama penyimpanan dan distribusi
CPO tidak terjadi oksidasi lemak. Sesuai dengan hasil penelitian Puspitasari 2008, keberadaan karotenoid yang tinggi bersifat sebagai antioksidan. Analisis logam berat
dilakukan di laboratorium analisis Departemen Teknologi Pertanian TIN. Hasil analisis menunjukkan kadar logam berat yang terdapat pada CPO, CPO hanya netralisasi dan
MSMTF tidak berbeda dan secara keseluruhan berada jauh di bawah standar logam berat SNI 19-7030-2004 untuk minyak makan. Pada Tabel 9 dapat dilihat hasil analisis logam
berat pada CPO dan MSMTF pada produk SawitA. Tabel 9. Hasil analisis logam berat Produk SawitA
Parameter mgkg Hasil Pemeriksaan
CPO Netralisasi
MSMTF Timbal Pb
0,030 0,030
0,030 Air raksa Hg
0,001 0,001
0,001 Cadmium Cd
0,005 0,005
0,005 Crom Heksavalent Cr6+
0,011 0,011
0,011 Crom total
0,011 0,011
0,011 Arsen As
0,002 0,002
0,002 Tembaga Cu
0,015 0,015
0,015 Kadar air bb
1,85 0,96
1,03
Sumber: Zakaria et al. 2011
Keamanan produk SawitA ditunjang oleh kadar bilangan peroksida yang dianalisis tidak terdeteksi. Asam lemak bebas juga tidak berbahaya bagi konsumen karena pada
dasarnya, semua lemak yang dikonsumsi manusia akan tercerna dan diserap dalam bentuk asam lemak bebas.
22
3 Tahap Monitoring
Satu minggu sekali dilakukan monitoring mengenai pemakaian produk SawitA pada responden, pemberian produk SawitA dan juga penguatan informasi mengenai produk
SawitA kepada responden. Hal ini mengingat pengujian dilakukan di rumah responden tanpa adanya kontrol dari peneliti secara langsung saat pemakaian produk. Selain frekuensi
penggunaan, juga dilihat cara penggunaan produk. Pada bulan kedua, monitoring mengenai produk SawitA dan penguatan informasi produk dilakukan dua minggu sekali. Pada saat
melakukan wawancara, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berupa intensitas penggunaan produk, cara mengkonsumsi produk dan penerimaan para responden dari atribut-atribut
yang ditanyakan. Pertanyaan dibuat dengan bahasa sehari-hari sehingga mudah dimengerti
oleh responden. F.
PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Perhatian utama dari metode HUT adalah mengukur penerimaan produk secara keseluruhan Stone Sidel 1994. Oleh karena itu digunakan analisis univariat dimana analisis dilakukan per
variabel. Variabel-variabel yang digunakan seperti karakteristik responden yaitu umur, jenis kelamin, status dalam keluarga, lama pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pola asuh makan
keluarga, pengetahuan responden mengenai vitamin A dan pola makan sehat, sikap terhadap mengkonsumsi produk SawitA. Selain itu, dilihat pula pengetahuan responden sebelum dan
setelah diberikan penyuluhan mengenai minyak sawit dan manfaatnya serta cara penggunaan dan konsumsi produk SawitA. Konsumsi produk SawitA dilihat berdasarkan frekuensi penggunaan,
jenis makanan, jenis masakan berdasarkan pengolahan dan kesan mengkonsumsi produk SawitA. Pada analisis atribut dari produk SawitA, responden mengidentifikasikan atribut-atribut pada
produk yang mengganggu responden pada saat mengkonsumsi produk. Data-data yang didapatkan dari metode ini sebagian besar merupakan hasil wawancara dari para responden.
Wawancara dilakukan karena responden perlu bimbingan dalam pengisian kuesioner. Untuk melihat perbedaan atau hubungan antara dua variabel digunakan analisis bivariat atau analisis
korelasi. Pada kuesioner yang digunakan, masing-masing variabel dihubungkan dengan sikap terhadap konsumsi produk SawitA dan perilaku responden mengkonsumsi produk SawitA.
Adanya korelasi antara variabel tersebut dilihat dari nilai koefisien korelasi r. Koefisien korelasi merupakan pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua variabel. Besarnya
koefisien korelasi antara +1 sampai dengan -1. Koefisien korelasi menunjukkan kekuatan hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak. Jika koefisien korelasi positif, maka
kedua variabel mempunyai hubungan searah. Kriteria kekuatan hubungan antara dua variabel antara lain apabila nilai r=0 maka tidak ada korelasi antara dua variabel, apabila r0-0,25 maka
korelasinya sangat lemah, apabila r0,25-0,5 maka korelasinya cukup, apabila r0,5-0,75 maka korelasinya kuat, apabila r0,75-0,99 maka korelasinya sangat kuat dan apabila r=1 maka
korelasinya sempurna Sarwono 2006.
23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.