pemanggangan yang benar akan menghasilkan biskuit dengan penampakan dan tekstur yang diinginkan serta kandungan airnya minimal 1 Whiteley 1971.
Pemanggangan  biskuit  dapat  dilakukan  pada  selang  diantara  25  menit sampai 30 menit tergantung suhu, jenis oven, dan jenis biskuitnya. Makin sedikit
kandungan  gula  dan  lemak,  biskuit  dapat  dipanggang  pada  suhu  yang  lebih tinggi  177-204
C.  Pemanggangan  biskuit  dapat  dilakukan  pada  suhu  220 C
dalam  waktu  sekitar  12-15 menit  Sultan  1983.    Biskuit  yang  dihasilkan  segera didinginkan untuk menurunkan suhu dan pengerasan biskuit akibat memadatnya
gula dan lemak Sunaryo 1985. Setelah  proses  pemanggangan  selesai,  proses  selanjutnya  adalah
pendinginan  yang  bertujuan  untuk  menurunkan  suhu  biskuit  dengan  cepat. Pendinginan  juga  dilakukan  agar  segera  terjadi  pengerasan  biskuit  karena
sesaat  setelah  pemanggangan  biskuit,  lemak  dan  gula  masih  berbentuk  cair sehingga  tekstur  biskuit  agak  lunak  dan  elastis.    Jika  sudah  dingin  lemak  dan
gula kembali menjadi padat dan tekstur mengeras Manley 1998.
2.9  Daya cerna protein
Penentuan nilai gizi suatu bahan pangan tidak hanya dilihat dari kandungan nutrisi  di  dalamnya  saja,  tetapi  juga  dapat  dilihat  sejauh  mana  nutrisi  tersebut
dapat  digunakan  oleh  tubuh.  Sifat  fisik  dan  sifat  kimia  suatu  produk  dapat mempengaruhi  daya  cerna  protein  dalam  tubuh.  Secara  fisik,  semakin  keras
suatu  bahan  akan  menyebabkan  menurunnya  daya  cerna  protein  oleh  tubuh, karena  semakin  kuat  ikatan  kompleks  yang  menyusun  bahan  tersebut.  Secara
kimia  daya  cerna  protein  biasanya  dipengaruhi  oleh  adanya  senyawa  anti  gizi seperti inhibitor dan fitat Muchtadi 1989.
Analisis  daya  cerna  protein  bisa  dilakukan  melaui  dua  cara,  yaitu  kimia  in vitro  dan  biologis  in  vivo.  Salah  satu  metode  biologis  yang  dapat  digunakan
adalah  indikator  Protein  Efficiency  Ratio  PER.  PER  adalah  perbandingan anatara kenaikan berat badan dengan jumlah protein yang dimakan, penentuan
ini  biasanya  dilakukan  pada  tikus  yang  masih  tumbuh.  Prinsip  dari  penentuan PER adalah menganggap bahwa semua protein yang dimakan digunakan untuk
pertumbuhan.  Beberapa jenis mutu cerna protein dalam bahan pangan disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Mutu cerna protein dalam bahan pangan Sumber protein
Mutu cerna Telur
97 Daging, Ikan
94 Kacaang Tanah
94 Jagung, Sereal
70 Millet
79 Wheat Whole
86 Wheat Flour, White
96 Rice Cereal
75 Meize
85 Susu, keju
95 Rice Polished
88 Tepung Kedelai
86 Beans
78 Isolat Protein Kedelai
95 Oatmeal
86 Gluten Gandum
99 Wheat Cereal
77 Peas
88
Sumber : WNPG 1998
3.  METODE 3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian  ini  dilaksanakan  pada  bulan  Juni  sampai  dengan  September 2010.  Pembuatan  tepung  ikan  dan  pengolahan  formula  biskuit  bertempat  di
Laboratorium Pengolahan Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis kimia dan fisik tepung ikan dilakukan
bertempat  di  Laboratorium  Pusat  Penelitian  Sumberdaya  Hayati  dan Bioteknologi, LPPM IPB. Pemeliharaan mencit menggunakan kandang metabolik
dilakukan  di  Laboratorium  Terpadu  Departemen  Gizi  Masyarakat,  Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
3.2  Alat  dan bahan
Alat-alat  yang  digunakan  dalam  pembuatan  tepung  ikan  lele  dumbo  dan formula  biskuit  diantaranya  adalah  ember  dan  baskom  plastik  sebagai
penampung,  timbangan  untuk  menakar  kebutuhan  bahan,  panci  presto  presto pan  bertenaga listrik dengan kapasitas 20 liter  yang dipakai untuk pemasakan
awal  daging  ikan  segar  agar  menjadi  lebih  lumat,  kain  kasa  dan  hidrolik  pres dengan  kapasitas  maksimum  6  kg  yang  digerakan  dengan  tenaga  listrik  yang
digunakan untuk mengurangi kandungan air pada ikan lele sebelum  dikeringkan, grinder  listrik  merk  Nasional  dengan  diameter  filter  sebesar  3  mm  yang
digunakan  untuk  menghaluskan  ikan  sebelum  dikeringkan,  grinder  juga digunakan  untuk  mencetak  formula  biskuit  menjadi  produk  akhir  dalam  bentuk
pelet,  gambar  produk  pelet  dan  formula  biskuit  tepung  dapat  dilihat  pada Lampiran  7.  Blender  listrik  3  speed  merk  Philips  dengan  kapasitas  2  liter  yang
digunakan untuk menghaluskan  serpihan  ikan  kering  agar menjadi  tepung  ikan. Oven  dan  loyang  aluminium  sebagai  wadah  pengeringan  untuk  pengeringan
akhir,  oven  yang  digunakan  dalam  penelitian  adalah  oven  dengan  merk Mammert  dengan  spesifikasi  suhu  antara  30-105
C,  dengan  kapasitas pengeringan  maksimal  3  lapisan,  untuk  setiap  lapisan  mampu  menampung
loyang  ukuran    25x25  cm,  gambar  alat-alat  yang  digunakan  dalam  penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.
Pada  hewan  percobaan,  peralatan  yang  digunakan  adalah  kandang metabolik yang telah memenuhi syarat kesehatan dan keamanan dengan ukuran
kandang  20x20x20  cm  yang  terbuat  dari  stainless  stell  dan  dilengkapi  dengan tempat  penampungan  feces  dan  urine,  tempat  makanransum  dan  tempat