ikan lele, pemisahan kepala dan badan, penghalusan, pemasakan dan pengeringan hingga menjadi tepung kepala dan tepung badan ikan lele. Pada
penelitian pendahuluan ini, produk tepung yang dihasilkan kemudian diujikan secara fisik meliputi uji aktifitas air a
w
dan uji rendemen, dan uji secara kimia proksimat AOAC 1995 yang meliputi: 1 kadar air; 2 kadar lemak; 3 kadar
abu; 4 kadar protein dan; 5 kadar karbohidrat. kimia ini Penelitian utama dilakukan dengan mengaplikasikan tepung badan ikan dan
tepung kepala ikan lele dengan formulasi biskuit yang difortifikasi vitamin A, asam folat, dan zat besi. Dari aplikasi ini akan dihasilkan empat macam formula
biskuit yaitu formula biskuit dengan bahan baku tepung kepala yang difotifikan F1, tepung kepala non fortifikan F2, tepung badan dengan fortifikan F3 dan
tepung badan non fortifikan F4 yang kemudian akan di ujikan secara in vivo kepada mencit Mus mucuslus. Penelitian utama juga menggunakan satu jenis
formula biskuit lain sebagai kontrol, formula biskuit yang digunakan sebagai kontrol adalah pakan ayam pedaging pelet dengan diameter 3mm yang
diperjualbelikan dipasaran. Pada penelitian utama akan dilakukan uji terhadap formula biskuit yang
meliputi uji rendemen, kandungan energi formula biskuit Fennema 1996, analisis daya cerna protein Anwar 1994, analisis metabolisme total serum yang
meliputi metabolisme asam folat serum Spektrofotometr ELISA, metabolisme retinol serum HPLC dan metabolisme feritin serum Spektrofotometr ELISA. Uji
kimia proksimat AOAC1995 yang meliputi: 1 kadar air; 2 kadar lemak; 3 kadar abu; 4 kadar protein dan; 5 kadar karbohidrat.
3.3.1 Penelitian pendahuluan
Tahapan pembuatan tepung badan dan tepung kepala ikan lele melalui beberapa tahapan yang meliputi pembersihan, pembuangan jeroan dan insang,
pemisahan antara bagian kepala dengan badannya. Setelah itu badan ikan lele dan kepala ikan lele masing-masing dimasak secara terpisah dengan tekanan
tinggi presto dengan autoklaf pada suhu 121 C selama 2 jam untuk bagian
kepala dan 1,5 jam untuk bagian badan ikan. Penggunaan autoklaf dimaksudkan untuk menghancurkan tulang ikan lele
sehingga dapat dikeringkan dan digiling bersama daging ikan. Penggunaan autoklaf sangat penting dalam pembuatan tepung kepala ikan agar kepala ikan
menjadi lebih lunak. Proses selanjutnya, badan ikan dan kepala ikan yang telah
matang masing-masing dibungkus dengan kain kasa dan dipress dengan hidrolik pres. Tujuan dari pengepresan adalah untuk menurunkan kandungan air dari
ikan sehingga memudahkan dalam proses pengeringan. Ikan yang agak kering kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 80
C selama 12 jam. Lalu serpihan ikan yang telah kering digiling lagi dengan blender sehingga
menghasilkan tepung badan dan tepung kepala ikan lele yang merupakan bahan baku pembuat formula biskuit. Diagram alir pembuatan tepung badan ikan dan
tepung kepala ikan lele dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Diagram alir proses pembuatan tepung ikan lele pada tahapan penelitian pendahuluan
Ikan Lele Dumbo Clarias gariepinus
Pembersihan dari jeroan dan insang
Pemisahan bagian badan dengan kepalanya Kepala Badan
Pemasakan dengan presto pan pada suhu 121
C selama 2 jam Kepala Badan ikan matang
Pengepresan dengan hidrolik pres
Badan kepala ikan agak kering
Pengeringan dengan oven pada suhu 80
C selama 12 jam Badan kepala ikan kering
Penghalusan dengan Blender Tepung badan kepala
1. Uji a
w
2. Uji Rendemen 3. Uji proksimat
Setelah selesai tahapan pembuatan tepung berbahan dasar kepala dan tepung berbahan dasar badan ikan lele ini, tahapan selanjutnya adalah
melakukan uji terhadap kedua jenis tepung yang nantinya akan digunakan sebagai bahan baku dalam penelitian utama. Uji yang akan dilakukan meliputi uji
sifat fisik dan uji sifat kimia terhadap tepung kepala dan tepung badan yang meliputi: 1 uji fisik : uji aktivitas air a
w
dan rendemen; 2 analisis kimia tepung proksimat AOAC 1995badan ikan lele dan tepung kepala ikan lele yang terdiri
dari: kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein dan kadar karbohidrat.
3.3.2 Penelitian utama