kue.    Menurut  Wheat  Associates  1981  diacu  dalam  Rieuwpassa  2005 fungsi baking powder adalah melepaskan gas hingga jenuh dengan gas CO
2
lalu  dengan  teratur  melepaskan  gas  selama  pemanggangan  agar  adonan mengembang  sempurna,  menjaga  penyusutan,  dan  untuk  menyeragamkan
remah.    Baking  powder  adalah  bahan  peragi  hasil  reaksi  antara  asam  dan sodium bikarbonat.  Asam yang biasanya digunakan adalah tartat, fosfat dan
sulfat.  Menurut  Manley  2000,  penggunaan  amonium  bikarbonat  baking powder  ditemukan  dalam  93  resep  biskuit,  dimana  rata-rata  digunakan
sebesar  0,47  dan  dengan  rentang  antara  0,04  sampai  dengan  1,77. Sedangkan  sodium  bikarbonat  soda  kue  ditemukan  dalam  resep  biskuit,
dan rata-rata digunakan antara 0,18 sampai dengan 1,92.
7  Garam
Garam  digunakan  untuk  membangkitkan  rasa  lezat  bahan-bahan  lain  yang digunakan  dalam  pembuatan  biskuit.    Sebagian  besar  formulasi  biskuit
menggunakan  satu  persen  garam  atau  kurang  dalam  bentuk  kristal-kristal kecil  halus  untuk  mempermudah  pelarutannya  Matz  dan  Matz  1978.
Jumlah garam yang ditambahkan tergantung dari beberapa faktor, terutama jenis tepung yang dipakai.  Tepung dengan kadar protein yang relatif rendah
akan  membutuhkan  lebih  banyak  garam  karena  garam  akan  memperkuat protein.  Faktor lain yang menentukan adalah formula yang dipakai.  Formula
yang lebih lengkap akan membutuhkan garam yang lebih banyak.
8  Air
Dalam  pengolahan  produk,  air  digunakan  sebagai  media  dan  katalis  reaksi yang terjadi dalam adonan, air juga berfungsi untuk membentuk adonan dan
mempengaruhi tekstur produk.
2.8.2  Proses pembuatan biskuit
Ada  dua  metode  dasar  pencampuran  adonan  biskuit,  yaitu  metode  krim creaming methode  dan  all  in  methode.    Pada metode  krim  bahan-bahan  tidak
dicampur  secara  langsung  melainkan  dicampur  secara  bertahap.  Urutan pencampuran,  yaitu  lemak,  telur  dan  gula,  kemudian  ditambah  pewarna  dan
essence,  dimasukkan  susu,  diikuti  penambahan  garam  yang  sebelumnya  telah dilarutkan  dalam  air.  Pada  metode  all  in,  semua  bahan  dicampur  secara
langsung  bersama  tepung.    Pencampuran  ini  dilakukan  sampai  adonan  cukup mengembang Whiteley 1971.
Umumnya  pembuatan  biskuit  dimulai  dengan  pembentukan  krim  dari  gula, lemak dan telur.  Pencampuran dilakukan dengan menggunakan  food processor
berkecepatan  tinggi  sampai  mengembang,  setelah  mengembang  ditambahkan secara  perlahan-lahan  bahan-bahan  lain,  tepung  dan  air  sehingga  terbentuk
adonan  biskuit.    Selama  pembentukan  adonan,  waktu  pencampuran  harus diperhatikan  untuk  mendapatkan  adonan  yang  homogen  dan  dengan
pengembangan  gluten  yang  diinginkan.    Pengadukan  yang  berlebihan  akan menyebabkan kerusakan gluten sehingga biskuit retak saat dipanggang.  Namun
sebaliknya,  jika  pengadukan  kurang  lama  maka  adonan  kurang  elastis  dan mudah patah Sunaryo 1985.
Pengadonan  merupakan  proses  pencampuran  dari  berbagai  bahan  dasar agar tercampur merata homogen.  Pengadonan merupakan faktor yang sangat
penting dalam pembuatan biskuit. Pengadonan akan menentukan tekstur biskuit yang  dihasilkan.    Mutu  adonan  antara  lain  dipengaruhi  oleh  jumlah  air  yang
ditambahkan,  lama  pengadukan  dan  temperatur  pengadukan.  Jika  jumlah  air yang  ditambahkan  terlalu  banyak,  maka  adonan  akan  menjadi  basah  dan
lengket,  sehingga  menyulitkan  dalam  proses  selanjutnya.    Lama  pengadukan yang baik biasanya antara 15-25 menit.  Jika waktunya kurang dari 15 menit atau
lebih dari 15 menit, kondisi adonan akan menjadi rapuh, keras dan kering.  Suhu yang baik selama pengadukan antara 25-40
C Manley 1998. Alat  yang  digunakan  dalam  pengadukan  pengadonan  sangat  bervariasi.
Alat  pengaduk  mixer  sangat  berperan  terhadap  sifat  reologi  dari  adonan  dan biskuit yang dihasilkan.  Alat pengaduk yang dapat digunakan antara lain: vertical
spindle mixers,  high  speed mixers,  weigh mixers,  cotinuous mixers,  small  batch mixers  dan  lain-lain.    Spesifikasi  masing-masing  alat  disesuaikan  dengan  jenis
biskuit yang akan dibuat Manley 1998. Adonan kemudian digiling menjadi lembaran tebal ± 0,3 cm, dicetak sesuai
keinginan  dan  disusun  pada  loyang,  kemudian  dipanggang  dalam  oven. Penggilingan  pelempengan  dan  pencetakan  adonan  sebaiknya  dilakukan
sesegera  mungkin  setelah  adonan  terbentuk.  Penggilingan  dilakukan  berulang agar dihasilkan adonan yang halus dan kompak Sunaryo1985.
Tahap pemanggangan merupakan proses yang kritis dalam produksi biskuit. Banyak  faktor  yang  dapat  mempengaruhi  pemanggangan,  diantaranya  adalah
tipe  oven,  metode  pemanasan  dan  tipe-tipe  bahan  yang  digunakan.    Kondisi
pemanggangan yang benar akan menghasilkan biskuit dengan penampakan dan tekstur yang diinginkan serta kandungan airnya minimal 1 Whiteley 1971.
Pemanggangan  biskuit  dapat  dilakukan  pada  selang  diantara  25  menit sampai 30 menit tergantung suhu, jenis oven, dan jenis biskuitnya. Makin sedikit
kandungan  gula  dan  lemak,  biskuit  dapat  dipanggang  pada  suhu  yang  lebih tinggi  177-204
C.  Pemanggangan  biskuit  dapat  dilakukan  pada  suhu  220 C
dalam  waktu  sekitar  12-15 menit  Sultan  1983.    Biskuit  yang  dihasilkan  segera didinginkan untuk menurunkan suhu dan pengerasan biskuit akibat memadatnya
gula dan lemak Sunaryo 1985. Setelah  proses  pemanggangan  selesai,  proses  selanjutnya  adalah
pendinginan  yang  bertujuan  untuk  menurunkan  suhu  biskuit  dengan  cepat. Pendinginan  juga  dilakukan  agar  segera  terjadi  pengerasan  biskuit  karena
sesaat  setelah  pemanggangan  biskuit,  lemak  dan  gula  masih  berbentuk  cair sehingga  tekstur  biskuit  agak  lunak  dan  elastis.    Jika  sudah  dingin  lemak  dan
gula kembali menjadi padat dan tekstur mengeras Manley 1998.
2.9  Daya cerna protein