Analisis Sifat Fisik Minuman Fungsional Terpilih

16

3.3.9. Analisis Komponen Senyawa Volatil Minuman dengan Metode GCMS

Gas Chromatography Mass Spectrometry Sebanyak 3,5 gram sampel dalam vial SPME Solid Phase Microextraction 22 ml diekstrak pada 80 o C selama 30 menit pada headspace vial dengan menggunakan fiber SPME jenis DVBPDMS. diinjeksikan ke GCMS dengan kondisi berikut : suhu injektor 250 o C; jenis injektor adalah splitless, gas pembawa adalah gas helium He dengan laju alir 1mlmenit. Kondisi suhu MS adalah 280 o C. Kondisi oven diatur dengan suhu awal 45 o C selama 1 menit kemudian meningkat 6°Cmin sampai 250°C selama 25 menit. Kolom yang digunakan adalah DB-WAX 60 m x 250 µm x 0.25 µm.

3.3.10. Analisis Proksimat Minuman Fungsional Terpilih

Analisis proksimat minuman fungsional terpilih dilakukan terhadap kandungan berikut : 1. Kadar air dengan metode oven vakum AOAC Official Mehod 925.45 1999 2. Analisis kadar abu dengan metode pengabuan kering SNI 01-2891-1992 3. Analisis kadar protein metode Kjeldahl AOAC Official Method 960.52 1995 4. Analisis total gula dengan metode Luff Schoorl SNI 01-2892-1992

3.3.11. Analisis Sifat Fisik Minuman Fungsional Terpilih

Analisis sifat fisik minuman fungsional terpilih dilakukan terhadap parameter berikut: 1. Analisis massa jenis 2. Analisis analisis viskositas dengan Brookfield Viscometer 3. Analisis total padatan terlarut AOAC Official Method 932.12 1995 17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Persiapan Bahan Baku

Penelitian dimulai dengan proses pengeringan daun sirih merah dan jahe dengan cara menjemur daun sirih merah yang sudah dicuci bersih dan jahe yang sudah dipotong di bawah sinar matahari mulai pukul 09.00-14.00, sedangkan jeruk nipis yang digunakan adalah dalam bentuk segar dan hanya digunakan air perasannya serta kayu manis yang digunakan sudah dalam bentuk kering. Suhu pengeringan matahari bervariasi, yakni 29,5 o C pada pukul 9, 32,5 o C pada pukul 12, dan 27 o C pada pukul 16 Asti 2009. Proses pengeringan bahan di bawah sinar matahari cukup efektif dalam menurunkan kadar air bahan Asti 2009 serta mudah diterapkan kepada masyarakat. Proses pengeringan pada tiga bahan baku bertujuan agar bahan baku dapat bertahan lebih lama sampai proses penelitian selesai. Bahan yang sudah kering dibubukkan menggunakan blender kering, dikemas dalam plastik yang diseal dan dimasukkan dalam toples kaca bersilika gel, kemudian disimpan untuk digunakan pada proses-proses selanjutnya. Komponen aktif pada suatu bahan pangan alami rentan sekali terhadap panas sehingga pada suhu yang tinggi kandungan dalam bahan pangan cenderung menurun Igual et al. 2010 sehingga proses pengeringan matahari ini dapat meminimalisasi masalah tersebut. Bahan yang telah kering kemudian diukur kadar airnya dengan metode oven AOAC Official Method 925.45 1999. Hasil pengukuran kadar air dapat dilihat pada Tabel 3. Kadar air dalam basis basah yang didapatkan pada percobaan ini sudah memenuhi Standar Nasional Indonesia SNI rempah bubuk SNI 01-3709-1995, yaitu maksimum kadar air adalah 12 bb. Standar kadar air kayu manis mengikuti SNI Casia Indonesia SNI 01-3395-1994 dengan tingkat kadar air maksimum adalah 14 bb. Penyerapan uap air selama 6 bulan penyimpanan bubuk jahe dan kayu manis Herawati 2008 diduga menjadi faktor yang menyebabkan kadar air bubuk jahe dan kayu manis tidak tepat sama dengan kadar air dalam SNI. Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa pengeringan dengan metode oven lebih efektif dalam menurunkan kadar air jika dibandingkan dengan metode pengeringan matahari, yaitu kadar air bahan pengeringan oven adalah sebesar 2,32 dan kadar air pengeringan matahari adalah 2,86 Agustini 2006. Tabel 3. Hasil pengukuran kadar air bahan baku Sampel KA bk KA bb Sirih Merah 12,96 ± 0,15 11,48 ± 0,12 Kayu Manis 16,50 ± 0,03 14,16 ± 0,03 Jahe 14,06 ± 0,06 12,32 ± 0,05 Perasan Jeruk Nipis - 87,30 ± 0,99 Keterangan : bk = basis kering bb = basis basah - = tidak dilakukan perhitungan kadar air basis kering