13
3.3. Prosedur Analisis
3.3.1. Analisis Antioksidan dengan Metode DPPH Kubo et al. 2002;
Molyneux 2004
Analisis antioksidan minuman fungsional diawali dengan pengukuran kapasitas antioksidan dengan membuat kurva standar menggunakan asam askorbat pada konsenrasi 0 sampai 250 ppm.
Prosedur pembuatan larutan standar sama dengan prosedur pengujian sampel, yaitu dengan memasukkan 1.5 ml larutan buffer fosfat ke dalam tabung reaksi, lalu ditambah 2,85 ml etanol,
dan larutan DPPH 1.5 mM sebanyak 150 l, lalu dikocok dengan alat vortex, dan kemudian
ditambahkan 45 l asam askorbat. Selanjutnya, dibuat kurva standar asam askorbat dengan
memplot hubungan antara konsentrasi asam askorbat dan selisih antara absorbansi blanko dan absorbansi sampel.
Prosedur pengujian sampel dimulai dengan memasukkan 1.5 ml larutan buffer fosfat ke dalam tabung reaksi, lalu ditambah 2,85 ml etanol, dan larutan DPPH 1.5 mM sebanyak 150
l, lalu dikocok dengan alat vortex, dan kemudian ditambahkan 45
l sampel. Campuran didiamkan selama 30 menit pada suhu ruang dan diukur absorbansinya A sampel pada panjang gelombang
520 nm. Absorbansi blanko diperoleh melalui prosedur yang sama kecuali tanpa ada penambahan sampel. Selanjutnya selisih absorbansi blanko dengan absorbansi sampel disubstitusi pada
persamaan kurva standar asam askorbat untuk menentukan AAE Ascorbic Acid Equivalent. Kapasitas antioksidan dihitung berdasarkan persamaan berikut :
Kapasitas antioksidan =
3.3.2. Analisis Total Asam Tertitrasi AOAC Official Method 940.15 1995
Sampel dituang ke dalam gelas piala lalu diaduk hingga homogen, dan disaring dengan kertas saring. Sampel sebanyak 4 ml dilarutkan menjadi 250 ml dengan air destilata dalam labu
takar. Dari 250 ml larutan tersebut, diambil 25 ml dan kemudian ditambahkan 2-3 tetes indikator phenolptalein. Titrasi dilakukan dengan larutan NaOH 0.1 N yang sudah distandarisasi secara
duplo, dan volume NaOH yang digunakan dicatat. Total asam tertitrasi dihitung dengan persamaan berikut :
TAT ml NaOH 0.1 N100 ml sampel =
3.3.3. Analisis pH AOAC Official Method 981.12 1995
Sebelum dilakukan analisis pH, sampel harus dipastikan sudah dalam keadaan homogen dan encer. Elektroda pada pH-meter dibilas dengan air destilata, dikeringkan dengan tissue, lalu
dimasukan ke dalam gelas piala berisi sampel. Pembacaan skala pH dibiarkan beberapa saat sampai pembacaan stabil, dan dilakukan duplo.
14
3.3.4. Analisis Warna dengan Chromameter Hutching 1999
Analisis warna dilakukan dengan menggunakan alat Chromameter Minolta CR-200. Sebelum dilakukan pengukuran, alat dikalibrasi menggunakan plat yang sesuai warnanya dengan
sampel. Pengukuran dilakukan dengan meletakkan sampel di dalam wadah berukuran seragam dan selanjutnya dilakukan pengukuran pada skala nilai Y, x, y. Hasil pengukuran dikonversi ke dalam
sistem Hunter L, a, b. Nilai L menyatakan parameter kecerahan lightness yang mempunyai rentang nilai dari 0 hitam sampai 100 putih. Nilai a menyatakan cahaya pantul yang
menghasilkan warna kromatik campuran merah-hijau dengan rentang nilai +a positif dari 0 – 100
untuk warna merah dan rentang nilai –a negatif dari 0 – -80 untuk warna hijau. Notasi b
menyatakan warna kromatik campuran biru-kuning dengan rentang nilai +b positif dari 0 – 70
untuk kuning dan rentang nilai –b negatif dari 0 – -70 untuk warna biru.
3.3.5. Analisis Total Fenol Javanmardi et al. 2003
Sebanyak 0.5 ml sampel ditambahkan ke dalam 0.5 ml etanol 95, 2.5 ml akuades, dan 2.5 ml reagen Folin Ciocalteau 50. Campuran didiamkan 5 menit, lalu ditambah 0.5 ml Na
2
CO
3
5 dan divortex. Setelah disimpan di ruang gelap selama 1 jam, larutan diukur absorbansinya pada
panjang gelombang 725 nm. Kurva standar asam galat dibuat dengan memplotkan konsentrasi asam galat sebesar 50, 100, 150, 200, 250 mgL dengan nilai absorbansinya masing-masing,
kemudian nilai total fenol sampel ditentukan dengan mensubstitusikan nilai absorbansi pada persamaan regresi linier dari kurva standar.
3.3.6. Analisis Total Mikroba BAM 2001