58
6.1.5. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kesediaan Membayar
Jumlah responden yang telah menempuh pendidikan sarjanana, bersedia membayar beras analog sebanyak 31 responden, sedangkan 7 responden tidak
bersedia membayar. Selanjutnya diikuti oleh responden yang memiliki pendidikan diplomaakademi, sebanyak 22 responden bersedia membayar beras analog,
sedangkan 10 responden tidak bersedia. Responden dengan pendidikan pasca sarjana sebanyak 12 responden bersedia membayar, 3 responden tidak bersedia.
Sedangkan jumlah responden berpendidikan SMA yang bersedia membayar yaitu 7 responden, 8 responden tidak bersedia membayar. Hal tersebut menggambarkan
bahwa responden yang bersedia membayar beras analog adalah orang-orang yang berpendidikan.
Hasil output uji Chi-Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan kesediaan membayar. Nilai Asymp.Sig.2-sided pada
output bernilai 0,067 yang lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan 0,0670,10. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi
pemahaman terhadap kesehatan, lingkungan, dan diversifikasi akan pangan yang dikonsumsinya sehingga dapat dengan mudah menerima produk baru seperti beras
analog yang memiliki keunggulan manfaat kesehatan. Hasil ini diperkuat dengan hasil penelitian Radam et al. 2010 yang menyatakan bahwa responden yang
telah menempuh pendidikan tingkat universitas cenderung bersedia membayar lebih untuk produk-produk yang mengurangi risiko kesehatan.
6.1.6. Hubungan antara Pekerjaan dengan Kesediaan Membayar
Responden yang bersedia membayar beras analog dengan pekerjaan sebagai pegawai swasta berjumlah 27 responden, sedangkan 8 responden tidak
bersedia membayar. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Daulay 2012 yaitu konsumen yang membeli mie instan sayur di Serambi Botani memang
didominasi oleh konsumen dengan jenis pekerjaan pegawai swasta. Konsumen dengan pekerjaan ini cenderung memiliki tingkat pendapatan yang lebih tinggi
sehingga lebih mudah dalam melakukan pembelian terhadap suatu barang, seperti beras analog.
Lalu diikuti dengan ibu rumah tangga yaitu sebanyak 14 responden bersedia membayar beras analog, sedangkan 7 responden tidak bersedia
59 membayar. Responden dengan pekerjaan pegawai negeri, sebanyak 12 responden
bersedia membayar beras analog, sedangkan 7 responden tidak bersedia membayar. Jumlah responden wiraswastapengusaha bersedia membayar beras
analog sebanyak 10 responden, sedangkan 3 responden tidak bersedia membayar. Sebanyak 7 responden pelajarmahasiswa bersedia membayar beras analog, 2
responden tidak bersedia. Pada hasil uji Chi-Square dapat dilihat pada nilai Asymp.Sig.2-sided
menunjukkan angka sebesar 0,871 yang lebih besar dari taraf nyata yang digunakan 0,8710,10. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat
hubungan antara karakteristik pekerjaan dengan kesediaan membayar beras analog. Hal ini mengindikasikan bahwa beras analog dapat menjangkau seluruh
kalangan masyarakat, baik responden yang bekerja maupun tidak bekerja, karena potensi yang dimiliki sebagai pangan alternatif.
6.1.7. Hubungan antara Pendapatan dengan Kesediaan Membayar