Hubungan antara Pendapatan dengan Kesediaan Membayar

59 membayar. Responden dengan pekerjaan pegawai negeri, sebanyak 12 responden bersedia membayar beras analog, sedangkan 7 responden tidak bersedia membayar. Jumlah responden wiraswastapengusaha bersedia membayar beras analog sebanyak 10 responden, sedangkan 3 responden tidak bersedia membayar. Sebanyak 7 responden pelajarmahasiswa bersedia membayar beras analog, 2 responden tidak bersedia. Pada hasil uji Chi-Square dapat dilihat pada nilai Asymp.Sig.2-sided menunjukkan angka sebesar 0,871 yang lebih besar dari taraf nyata yang digunakan 0,8710,10. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik pekerjaan dengan kesediaan membayar beras analog. Hal ini mengindikasikan bahwa beras analog dapat menjangkau seluruh kalangan masyarakat, baik responden yang bekerja maupun tidak bekerja, karena potensi yang dimiliki sebagai pangan alternatif.

6.1.7. Hubungan antara Pendapatan dengan Kesediaan Membayar

Responden yang digunakan untuk meneliti kesediaan membayar beras analog di Serambi Botani merupakan responden dengan kalangan menengah ke atas. Sebanyak 35 responden dengan pendapatan lebih dari Rp 4.500.000,00 bersedia membayar beras analog, sedangkan 5 responden tidak bersedia. Selanjutnya responden yang bersedia membayar beras analog dengan pendapatan Rp 3.500.000-Rp 4.500.000 berjumlah sebanyak 22 responden, tidak bersedia sebanyak 10 responden. Responden dengan pendapatan Rp 2.500.000-Rp 3.499.999 yang bersedia membayar beras analog berjumlah sebanyak 8 responden, 5 responden tidak bersedia. Sebanyak 4 responden dengan pendapatan Rp 1.500.000-Rp 2.499.999 bersedia membayar beras analog dan 4 responden tidak bersedia. Sebanyak 3 responden yang berpendapatan Rp 500.000- Rp1.499.999 bersedia membayar beras analog, sedangkan 4 responden tidak bersedia. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan responden, semakin responden bersedia membayar beras analog. Nilai Asymp.Sig.2-sided pada output uji Chi-Square menunjukkan angka 0,33 yang lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa karakteristik pendapatan berhubungan signfikan dengan kesediaan membayar beras analog. Berdasarkan survei yang dilakukan, 60 menunjukkan bahwa dalam pemenuhan kebutuhan pangannya, responden mengalami beberapa tahap seiring tingkat pendapatan yang dimiliki. Responden dengan pendapatan relatif rendah mengaku bahwa pendapatan yang dimiliki sekedar memenuhi kebutuhan pangannya sehari-hari, sehingga dirasa lebih praktis jika memilih beras konvensional yang harganya lebih terjangkau. Lalu, dengan bertambah pendapatan, responden semakin sadar akan kesehatan dan menginginkan pangan yang lebih sehat untuk dikonsumsi. Selanjutnya, responden kalangan menengah ke atas mengaku bahwa pangan yang dipilih bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan primer dan kesehatan, melainkan lebih dijadikan gaya hidup prestise. Husodo et al. 2009 menyatakan bahwa adanya kecenderungan saat ini dimana konsumen berpendapatan kalangan menengah ke atas cenderung lebih memiliki kesadaran akan pentingnya produk-produk sehat dan ramah lingkungan.

6.2. Analisis Willingness To Pay Beras Analog