56 pada tahap dewasa lanjut dan awal pembentukan keluarga. Responden pada usia
ini mengaku tidak terlalu selektif dalam pemilihan konsumsi pangan, namun sudah mulai memperhatikan pangan yang lebih sehat untuk keluarga. Sebanyak
13 responden berusia 51-65 tahun bersedia membayar beras analog, 4 responden tidak bersedia. Pada usia yang sudah tergolong tua dan cenderung tidak produktif
ini, umumnya persentase pengeluaran untuk pangan semakin kecil pula. Responden berusia 16-18 tahun dan 19-24 tahun memiliki jumlah yang
sama yaitu sebanyak 2 responden bersedia membayar beras analog, 1 responden tidak bersedia membayar beras analog. Hal ini mengindikasikan bahwa beras
analog tidak terlalu diminati oleh kalangan remaja lanjut dan dewasa awal, karena dalam keputusan konsumsinya mereka memiliki orangtua yang memiliki andil
lebih besar. Hanya terdapat 1 responden yang berusia lebih dari 65 tahun yang bersedia membayar beras analog. Meskipun beras analog sangat baik dikonsumsi
oleh kalangan usia lanjut, namun karena responden pada usia ini kemampuan fisik seseorang cenderung sudah sangat menurun sehingga orang tersebut akan
menurun mobilitasnya untuk mengunjungi Serambi Botani. Nilai Asymp.Sig.2-sided pada Pearson Chi-Square pada karakteristik
responden berdasarkan usia menunjukkan angka 0.982 yang berarti lebih besar dari taraf nyata yang digunakan 0,9820,10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara karakteristik usia dengan kesediaan membayar beras analog, karena beras analog merupakan produk pangan pokok yang memiliki
manfaat kesehatan yang dibutuhkan oleh berbagai kalangan usia.
6.1.3. Hubungan antara Status Pernikahan dengan Kesediaan Membayar
Mayoritas responden yang bersedia membayar beras analog didominasi oleh responden yang sudah menikah yaitu sebanyak 55 responden, sedangkan 19
responden tidak bersedia membayar. Sebanyak 17 responden yang belum menikah bersedia membayar beras analog, 9 responden tidak bersedia membayar. Status
pernikahan seseorang dapat menunjukkan tingkat konsumsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan primernya. Seseorang yang sudah menikah dan memiliki
anak, maka pendapatan yang diperolehnya digunakan untuk memenuhi konsumsi anggota keluarga. Responden yang telah memiliki keluarga lebih selektif dalam
pemilihan pangan pokok karena bertanggungjawab untuk memperhatikan
57 konsumsi keluarganya sehari-hari. Sedangkan responden yang belum berkeluarga
cenderung lebih fleksibel dalam pemilihan konsumsinya. Namun ternyata status pernikahan tidak dapat mengindikasikan kesediaan
membayar beras analog. Pada output hasil uji Chi-Square, nilai Asymp.Sig.2- sided menunjukkan angka 0,382 yang lebih besar dari taraf nyata yang digunakan
0,3820,10. Sehingga tidak terdapat hubungan antara karakteristik status pernikahan dengan kesediaan membayar beras analog. Responden yang sudah
menikah maupun belum menikah membutuhkan pangan pokok untuk memenuhi kebutuhan primernya sehari-hari. Beras analog memiliki peluang pasar untuk
dijadikan alternatif pangan pokok, sehingga tidak membatasi segmen konsumen baik yang berstatus belum menikah maupun yang sudah menikah.
6.1.4. Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga dengan Kesediaan Membayar
Banyaknya responden yang bersedia membayar beras analog dengan jumlah anggota keluarga 2-4 orang sebanyak 32 responden, sedangkan 14
responden tidak bersedia membayar beras analog. Selanjutnya, responden dengan jumlah anggota keluarga lebih dari 4 orang bersedia membayar beras analog
berjumlah sebanyak 23 responden, dan 5 responden tidak bersedia membayar. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang sudah berkeluarga dengan jumlah
anggota keluarga yang lebih sedikit, lebih bersedia membayar beras analog. Berbeda halnya dengan responden yang tidak memiliki anggota keluarga belum
berkeluarga, bersedia membayar beras analog yaitu sebanyak 17 responden, dan tidak bersedia membayar beras analog sebanyak 9 responden.
Radam et al. 2010 menyatakan bahwa responden dengan jumlah anggota keluarga 4 atau lebih cenderung sensitif terhadap harga dan enggan membayar
produk yang tidak menjadi prioritasnya. Nilai Asymp.Sig.2-sided pada karakteristik jumlah anggota keluarga menunjukkan angka 0,345 yang lebih besar
dari taraf nyata yang digunakan. Jadi, karakteristik jumlah anggota keluarga tidak berhubungan dengan kesediaan membayar beras analog. Hal ini tidak terlepas dari
peluang pasar beras analog yang berpotensi sebagai alternatif pangan pokok yang lebih sehat. Sehingga tidak membatasi konsumen baik keluarga kecil, keluarga
besar, atau bahkan belum berkeluarga.
58
6.1.5. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kesediaan Membayar