Teknologi Pembuatan Beras Analog

46 Tabel 3. Informasi Perbandingan Nilai Gizi Beras Analog dengan Beras Biasa Komposisi Beras Analog Beras Biasa Kadar air 6,48 12.58 Kadar protein 8, 54 7.39 Kadar lemak 1,40 0,19 Kadar abu 1,39 0,19 Kadar kabrohidrat 82,85 79,64 Energi per 100 gram kalori 378 360 Sumber : Botani Square, 2012. Kandungan zat gizi dalam beras analog bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Beras analog bisa dinaikkan kadar protein, serat, ataupun antioksidannya dengan menyesuaikan bahan baku. Beras analog bisa dibuat menggunakan bahan baku lokal daerah terkait. Sumber karbohidrat bisa diperoleh dari tepung ubi kayu, ubi jalar, talas, garut, ganyong, jagung, sorgum, hotong, sagu, dan sagu aren. Sumber protein dapat diperoleh dengan menambahkan tepung kedelai, kacang merah, atau jenis kacang-kacangan lain. Serat makanan bisa diperoleh dari bekatul atau bahan lain.

5.1.2. Teknologi Pembuatan

Hingga saat ini teknologi pembuatan beras analog menggunakan metode pembutiran beras yang menghasilkan beras bentuk bulat seperti sagu mutiara, dan metode ekstrusi yang menghasilkan bentuk produk beras analog lonjong dan menyerupai bentuk beras. Pembuatan beras analog di IPB menggunakan teknologi ekstrusi dengan sistem tekanan dan pembentukan ulir yang menggunakan mesin tween screw extruder. Hasil akhirnya menyerupai beras, tetapi dengan warna kecoklat-coklatan. Hal paling kritis yang harus dikendalikan saat mencetak campuran bahan baku menjadi beras analog adalah ketepatan suhu, kecepatan ulir mesin, dan kadar air pada adonan. Proses pembuatan beras analog meliputi penyediaan tepung sorgum 30 persen, tepung jagung 40 persen, dan tepung sagu 30 persen. Ketiga bahan dicampur hingga merata, lalu ditambahkan air secukupnya. Adonan dimasukkan ke dalam mesin ekstruder. Dari proses itu, dihasilkan butiran 47 menyerupai beras. Pengaturan kecepatan dan tekanan ulir, serta pemotongan pisau, sangat menentukan hasil butirannya. Selanjutnya dilakukan pengeringan untuk mengurangi kadar air beras seminimal mungkin, lalu beras analog siap dikemas. Untuk lebih jelas, proses pembuatan beras analog dapat dilihat pada Lampiran 5. Dengan berbagai kelebihan tersebut, beras analog dapat dikembangkan secara luas, bahkan bisa diproduksi besar-besaran untuk ekspor. Kekayaan biodiversitas Indonesia berupa aneka tanaman sumber karbohidrat, protein, dan serat merupakan modal nyata. Namun, karena bahan baku dan proses pembuatannya masih skala kecil, harga beras analog relatif tinggi, Rp 9.000-Rp 14.000 per kilogram. Jika telah diproduksi secara luas, diharapkan harga bisa lebih terjangkau masyarakat luas. Beras analog yang diproduksi F-Technopark IPB telah dipasarkan di serambi Botani mulai dari tanggal 10 November 2012. Sejauh ini, beras analog yang dijual berbahan baku sorgum dan jagung.

5.2. Serambi Botani