38 WTP = f JK, USIA, PDDKN, PNKHN,JAK, PKRJN, PDPTN, KONV,
DIVER, KARBO, ANLG Keterangan :
WTP = Nilai WTP responden
JK = Jenis kelamin
USIA = Usia
PDDKN = Tingkat pendidikan PNKHN = Status pernikahan
JAK = Jumlah anggota keluarga
PKRJN = Pekerjaan PDPTN = Pendapatan per bulan
KONV = Konsumsi beras konvensional DIVER = Tingkat kepedulian diversifikasi pangan
KARBO = Preferensi konsumsi pangan sumber karbohidrat ANLG = Pengetahuan mengenai beras analog
5. Mengagregatkan Data
Proses ini melibatkan konversi data rataan sampel ke rataan populasi secara keseluruhan. Salah satu cara untuk mengonversi ini adalah mengalikan
rataan sampel dengan jumlah rumah tangga dalam populasi. TWTP = EWTP.Ni
Keterangan : TWTP = Total WTP Rp
EWTP = Dugaan atau rataan WTP Rp Ni
= Populasi orang
4.6.3. Analisis Regresi Berganda
Seringkali ditemui suatu permasalahan bisnis, yang dalam pendekatannya melibatkan lebih dari dua variabel, dengan hubungan yang bersifat kausal. Pada
dasarnya, analisis
regresi berganda
merupakan suatu
teknik untuk
merepresentasikan pola hubungan fungsional satu variabel dependent metrik, yang dipengaruhi oleh lebih dari satu variabel independent metrik, dalam suatu
model matematis. Data sampel digunakan sebagai basis untuk membangun model dugaan. Pola hubungan pada data sampel akan direpresentasikan ke dalam model
39 dugaan, sehingga akurasinya antara lain ditentukan oleh tingkat kesesuaian antara
model dugaan dengan pola hubungan dalam data sampel. Bila pola hubungan dalam data sampel linier maka direpresentasikan dalam model regresi linier,
sebaliknya, bila pola hubungan nonlinier maka direpresentasikan dalam model regresi nonlinier. Bentuk umum rumusan model strategi:
= +
� �
+ �
Keterangan : Yi
= Peubah tidak bebas, dengan i = 1,2,…,n sampel = Intersep konstanta
�
= Parameter penduga bagi
�
koefisien regresi dari variabel bebas
�
= Variabel bebas ke- n dengan n= 1,2,…., n
� = Error galat
Pendugaan model tersebut dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa Ordinary Least Square. Oleh karena itu, kelayakan model
tersebut akan diuji berdasarkan asumsi OLS melalui pemeriksaan sisaan. Sisaan adalah menyimpangnya nilai amatan y
i
terhadap dugaan nilai harapannya =
� − � . Nilai sisaan dapat mengetahui asumsi-asumsi yang disyaratkan pada pendugaan dengan metode OLS dipenuhi atau tidak. Beberapa asumsi yang
mendasari model tersebut adalah uji multikolinieritas, asumsi kenormalan sisaan, kehomogenan sisaan, dan kebebasan sisaan. Apabila asumsi tersebut dapat
terpenuhi maka koefisien regresi parameter yang diperoleh merupakan penduga tak bias linear terbaik BLUE: Best Linear Unbiased Estimator.
Sebuah model dinyatakan terbebas dari masalah multikolinearitas apabila memiliki nilai VIF Variance Inflation Factor di bawah 10. Asumsi normalitas
mengharuskan nilai residual dalam model menyebar atau terdistribusi secara normal. Untuk mengetahuinya dilakukan uji grafis normalitas residu dengan
memplotkan nilai standar residual dengan probabilitasnya pada tes normal. Jika pada normal probability plot titik-titik residual yang ada tergambar mengikuti
garis linier, maka dapat disimpulkan bahwa model terdistribusi secara normal. Kehomogenan sisaan berarti bahwa nilai-nilai bervariasi dalam satuan yang sama.
Pengujian ini dapat menggunakan uji grafis residu yang melihat pada plot versus fit setiap sisaan memiliki lebar pita yang sama serta mendekati nol, maka asumsi
40 kehomogenan sisaan terpenuhi. Untuk menguji asumsi kebebasan sisaan dapat
dilihat apakah tebaran berpola atau tidak. Jika pada plot versus order menunjukkan bahwa setiap plot sisaan tidak membentuk pola, maka asumsi
kebebasan sisaan terpenuhi. Setelah diuji dan terbukti memenuhi asumsi-asumsi tersebut, maka
dilanjutkan dengan melakukan regresi untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP untuk beras analog di Serambi Botani. Variabel bebas
independent yang diduga mempengaruhi nilai WTP yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu karakteristik demografi responden seperti jenis kelamin, usia,
status pernikahan, jumlah anggota keluarga, lama pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Selain itu, variabel independent lainnya yang diduga berpengaruh
adalah konsumsi beras konvensional, tingkat kepedulian terhadap diversifikasi pangan, preferensi konsumen dalam mengonsumsi pangan sumber karbohidrat,
dan pengetahuan mengenai beras analog. Pendugaan faktor tersebut berdasarkan pada observasi langsung keadaan yang sedang terjadi dan wawancara yang
dilakukan dengan pihak Serambi Botani. Adapun model dugaan analisis regresi linier berganda yang digunakan pada penelitian ini, yaitu:
= �
+ �
1 1
+ �
2
+ �
3
+ �
4 2
+ �
5
+ �
6 3
+ �
7
+ �
8 4
+ �
9
+ �
10 5
+ �
11 6
+ ε
Keterangan : WTP
= Nilai WTP beras analog Rp800gr b
-b
11
= Koefisien model
1
JK = Dummy Jenis Kelamin 1=Perempuan; 0=Laki-laki
USIA = Usia 1=16-18 tahun; 2=19-24 tahun; 3=25-35 tahun; 4=36-50
tahun; 5=51-65 tahun; 6=lebih dari 65 tahun PDDKN
= Lama Pendidikan Tahun
2
PNKHN = Dummy Status Pernikahan Sudah menikah=1; Belum menikah=0 JAK
= Jumlah anggota keluarga orang
3
PKRJN = Dummy pekerjaan 1=Pegawai; 0=Non Pegawai PDPTN
= Pendapatan per bulan 1=kurang dari Rp 500.000; 2=Rp 500.000
–Rp 1.499.999; 3=Rp 1.500.000-Rp 2.499.999; 4=Rp
41 2.500.000
–Rp 3.499.999; 5=Rp 3.500.000–Rp 4.500.000; 6=lebih dari Rp 4.500.000
4
KONV = Dummy konsumsi beras konvensional 1=tidak mengonsumsi beras
konvensional setiap hari; 0=mengonsumsi beras konvensional setiap hari
DIVER = Tingkat kepedulian terhadap diversifikasi pangan 3=Sangat
Peduli; 2=Peduli; 1=Cukup Peduli
5
KARBO = Dummy preferensi pangan sumber karbohidrat 1=untuk responden yang lebih memilih mengonsumsi pangan sumber
karbohidrat berbahan baku lokal; 0=untuk responden yang lebih memilih pangan sumber karbohidrat berbahan baku impor
6
ANLG = Dummy pengetahuan beras analog 1=mengetahui beras analog
sebelumnya; 0=tidak mengetahui beras analog sebelumnya i
= Responden ke-i ε
= Galat error Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini sebagai jawaban sementara
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kesediaan membayar Willingness to Pay beras analog, yaitu:
1. Jenis kelamin perempuan diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap
nilai kesediaan membayar Willingness to Pay beras analog di Serambi Botani karena jenis kelamin perempuan cenderung lebih konsumtif dibanding
laki-laki. Selain itu, umumnya perempuan memiliki andil yang besar dalam keputusan pembelian pembayaran pangan pokok, seperti beras analog
sehingga perempuan diduga akan meningkatkan nilai WTP beras analog yang diberikan.
2. Usia diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai kesediaan
membayar beras analog karena diduga semakin bertambah usia maka kebutuhan akan pangan yang lebih sehat semakin dibutuhkan, sehingga akan
meningkatkan nilai WTP beras analog. 3.
Lama pendidikan diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai WTP beras analog karena tingkat pendidikan yang telah ditempuh responden
mempengaruhi pola pikir terhadap makanan yang akan dikonsumsinya.
42 Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi lebih mengetahui makanan mana
yang lebih baik untuk dikonsumsi sehingga menyebabkan seseorang tersebut lebih selektif dalam pemilihan konsumsi pangannya sehari-hari. Jadi,
semakin lama seseorng menempuh pendidikan diduga akan semakin meningkatkan nilai WTP beras analog yang diberikan
4. Responden yang sudah menikah diduga berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai WTP beras analog karena diduga responden yang sudah menikah dan berkeluarga lebih memilih untuk mengonsumsi pangan yang
lebih sehat untuk keluarganya. 5.
Jumlah anggota keluarga mempunyai pengaruh negatif terhadap nilai WTP yang diberikan. Semakin banyak jumlah anggota keluarga semakin akan
mengurangi nilai WTP yang diberikan. Hal ini dikarenakan keluarga tersebut bertanggung jawab dalam pemenuhan konsumsi seluruh anggota
keluarganya. 6.
Pekerjaan yang dimiliki responden, terutama pegawai diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesediaan membayar beras analog karena
diduga responden yang berprofesi sebagai pegawai cenderung memiliki pendapatan yang lebih banyak dan akan meningkatkan nilai WTP beras
analog yang diberikan. 7.
Pendapatan responden diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai WTP beras analog. Hal ini diduga karena semakin tinggi pendapatan
responden akan meningkatkan daya beli terhadap suatu produk, sehingga akan meningkatkan nilai WTP beras analog yang diberikan.
8. Responden yang tidak mengonsumsi beras konvensional setiap hari diduga
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai WTP yang diberikan. Hal ini dikarenakan jika seseorang yang sudah terbiasa menyelingi
konsumsi pangannya setiap hari dengan pangan alternatif lainnya, diduga akan responsif terhadap pangan alternatif seperti beras analog dan akan
meningkatkan nilai WTP yang diberikan. 9.
Tingkat kepedulian terhadap diversifikasi pangan diduga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai WTP yang diberikan. Semakin
43 seseorang peduli terhadap diversifikasi pangan akan semakin meningkatkan
nilai WTP beras analog yang diberikan. 10.
Responden yang mengonsumsi pangan sumber karbohidrat berbahan baku lokal diduga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai WTP
yang diberikan. Seseorang yang lebih memilih untuk mengonsumsi pangan berbahan baku lokal diduga akan meningkatkan nilai WTP beras analog yang
diberikan karena karakteristik beras analog yang dibuat dari tepung berbahan baku lokal.
11. Responden yang telah mengetahui beras analog sebelumnya, diduga
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai WTP yang diberikan. Apabila seseorang telah mengetahui produk beras analog
sebelumnya diduga akan meningkatkan nilai WTP yang diberikan dikarenakan seseorang tersebut telah memiliki gambaran mengenai
karakteristik maupun fungsi beras analog. Model regresi yang dianalisis membutuhkan pengujian terhadap hipotesis-
hipotesis yang dilakukan. Pengujian hipotesis secara statistik bertujuan untuk melihat nyata atau tidaknya pengaruh peubah-peubah bebas yang dipilih terhadap
peubah tidak bebas yang diteliti. Adapun pengujian yang dilakukan, antara lain: 1.
Pengujian terhadap model penduga Pengujian ini untuk mengetahui apakah faktor yang digunakan secara
bersama-sama berpengaruh nyata terhadap nilai WTP beras analog. Hipotesis:
H : b
1
= b
2
= . . . = b
i
= 0 H
1
: minimal ada salah satu dari b
i
ada yang ≠ 0
Uji statistik yang digunakan adalah uji F. Kriteria uji digunakan dengan melihat nilai P-value, dengan kriteria sebagai berikut:
a. Tolak H
= P-value α, maka secara bersama-sama variabel yang
digunakan berpengaruh nyata terhadap nilai WTP beras analog. b.
Terima H = P-value
α, maka variabel yang digunakan secara bersama- sama tidak berpengaruh nyata terhadap nilai WTP beras analog.
Selain itu dihitung besarnya koefsien determinasi yang merupakan suatu nilai statistik yang dapat digunakan untuk mengukur ketepatankecocokan suatu
44 garis regresi serta dapat pula digunakan untuk mengetahui besarnya
kontribusi variabel bebas X terhadap variasi variabel Y dari suatu persamaan regresi. Dalam Hanley dan Spash 1993, Mitchell dan Carson
1989 merekomendasikan 15 atau 0,15 sebagai batas minimum dari R
2
yang realibel. Apabila nilai R
2
yang diperoleh lebih kecil dari 0,15 maka penggunaan CVM ini tidak realibel, sedangkan nilai R
2
yang tinggi atau lebih besar dari 0,15 menunjukkan tingkat reabilitas yang baik dalam penggunaan
CVM. 2.
Pengujian untuk masing-masing parameter Pengujian untuk masing-masing parameter yaitu dengan uji-t yang menguji
secara statistik bagaimana pengaruh nyata dari setiap parameter bebas X yang digunakan secara terpisah terhadap parameter tidak bebas Y. Hipotesis
pengujian secara statistik adalah sebagai berikut: Hipotesis:
H : b
i
= 0 H
1
: b
i
≠ 0 Kriteria uji digunakan dengan melihat nilai P-value, dengan kriteria sebagai
berikut: a.
Tolak H = P-value
α, maka variabel yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas.
b. Terima H
= P-value α, maka variabel yang diuji tidak berpengaruh
nyata terhadap variabel tidak bebas.
45
V. GAMBARAN UMUM