Tabulasi Silang Crosstab Penelitian Terdahulu

3. Memperjelas apabila faktor yang terbentuk sudah secara signifikan berbeda dengan faktor lain, maka dilakukan proses rotasi. Hal ini dilakukan, karena biasanya faktor yang terbentuk kurang menggambarkan perbedaan diantara faktor-faktor sehingga menyulitkan analisis. 4. Menghilangkan angka pada tabel factor loading yang berada dibawah 0,5 sebagai angka pembatas Cut off Point agar sebuah variabel dapat secara nyata termasuk sebuah faktor. Factor loading adalah besar korelasi antara suatu variabel dengan faktornya. 5. Menamakan faktor yang terbentuk. Penamaan faktor tergantung pada nama-nama variabel yang terkumpul pada satu faktor dan interpretasi masing-masing analisis, sehingga sebenarnya pemberian nama bersifat secara subjektif, karena tidak ada ketentuan pasti mengenai pemberian nama tersebut.Kelebihan analisis faktor adalah dapat menerangkan struktur hubungan diantara banyak variabel yang diamati dalam sejumlah kecil faktor-faktor yang merupakan besaran acak yang tidak dapat diukur secara langsung. Analisis ini juga memiliki kelemahan yaitu analisis ini memiliki banyak pemecahan masalah yang dikemukakan para ahli, sehingga akhirnya tergantung penilaian peneliti mngenai kegunaan dan interpretabilitas ilmiahnya.

2.7. Tabulasi Silang Crosstab

Tabulasi silang crosstab merupakan salah satu bentuk statistik deskriptif yang menyajikan data dalam bentuk tabulasi, yang meliputi baris dan kolom Santoso dan Tjiptono, 2001. Tabulasi silang ini memiliki ciri adanya dua variabel atau lebih yang mempunyai hubungan secara deskriptif. Data untuk penyajian tabulasi silang pada umumnya adalah data kualitatif, khususnya yang berskala nominal, seperti jenis kelamin, usia, dan sebagainya.

2.8. Penelitian Terdahulu

Studi yang telah dilakukan berkaitan dengan experiential marketing dan emotional branding dilakukan oleh tim MarkPlus Co dan majalah SWA. Adapun studi tersebut hanya bertujuan memilih orang-orang yang ahli di bidang experiential marketing dan emotional branding EXEM. Studi ini dilakukan dengan cara mengundang para pembaca SWA untuk memilih tiga produk dari 21 nominator Extra Joss, Aqua, tahapan BCA, Garuda Indonesia, Telkomsel, Kartu Kredit Citibank, Nokia, McDonald’s, Pepsodent, Teh Botol Sosro, Jogya, Dji Sam Soe, Coca Cola, Lux, Indofood, Hewled Packard, Sari Ayu, Equil, Viagra, MTV, dan Harley Davidson yang paling memberikan pengalaman tak terlupakan, dari ketiga pilihan itu, pembaca diminta menetapkan produk mana sebagai urutan 1, 2, dan 3. Survei ini berhasil menjaring 79 responden. Hasil survei tersebut, yaitu urutan 1, Extra Joss menempati peringkat pertama, disusul Aqua dan Tahapan BCA; urutan 2, Nokia menempati peringkat pertama, disusul Pepsodent dan Aqua; urutan 3, McDonald’s menempati peringkat pertama, disusul Indofood dan Tahapan BCA. Hasil penelitian Novindra 2003 yang mengangkat topik tentang Hubungan Experiential marketing dan Emotional branding EXEM dengan loyalitas konsumen Susu Kental Manis pada PT Indomilk Studi kasus di Kotamadya Bogor, menunjukkan bahwa tingkat loyalitas konsumen SKM Indomilk dinyatakan cukup loyal, dikarenakan banyaknya konsumen yang termasuk criteria clients 67, yaitu konsumen yang membeli SKM Indomilk secara teratur rutin dan tidak terpengaruh oleh SKM lain, walaupun konsumen yang termasuk criteria advocates konsumen yang termasuk clients dan juga menganjurkan orang lain untuk mengkonsumsi SKM Indomilk hanya sedikit 7. Hal ini menunjukkan PT Indomilk cukup berhasil dalam melaksanakan prinsip-prinsip experiential marketing dan emotional branding untuk meningkatkan loyalitas konsumen. Berdasarkan Uji Korelasi Rank Spearman, diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara experiential marketing PT Indomilk dengan loyalitas konsumen SKM Indomilk, sehingga semakin baik experiential marketing ataupun emotional branding PT Indomilk dapat meningkatkan loyalitas konsumen SKM Indomilk. Eko Budi Prayogo 2007 meneliti tentang Analisis Pengaruh Experiential Marketing terhadap loyalitas konsumen coffee shop de Koffie Pot Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat loyalitas konsumen coffee shop de Koffie Pot dinyatakan sangat loyal. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya konsumen yang termasuk kriteria advocates 59,5 dan clients 40. Tampak bahwa terdapat kecenderungan perubahan konsumen dari clients menjadi advocates cukup besar, apabila perusahaan dapat meningkatkan nilai tambah bagi konsumen.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

PT Ultra Jaya Milk Industry and Trading Company, Tbk merupakan perusahaan multinasional yang termasuk pioner di bidang industri minuman dalam kemasan di Indonesia. Sebagai pioner minuman kemasan di Indonesia, khususnya produk susu yang merupakan produk utamanya dengan brand unggulan Ultra Milk, PT Ultra Jaya harus mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar yang dapat memuaskan keinginan konsumen-konsumennya. Persaingan yang sangat ketat diantara para pemain besar di industri susu ini mengharuskan PT Ultra Jaya tidak boleh lengah dan harus memiliki strategi untuk mempertahankan konsumen, bahkan mendapatkan konsumen barunya untuk meningkatkan income perusahaan. Loyalitas konsumen merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan oleh suatu perusahaan dalam menjaga kelangsungan maupun mengembangkan usahanya, sehingga dalam hal ini perusahaan harus dituntut secara kontinyu melakukan riset untuk mengukur loyalitas konsumen agar tetap terjaga dan terus menerus meningkat. Salah satu bentuk konsep pemasaran yang bertujuan untuk membentuk pelanggan-pelanggan yang loyal adalah konsep Experiential Marketing dan Emotional Branding EXEM. Konsep ini menyarankan agar pemasar menitikberatkan pada kemampuan produk untuk menawarkan pengalaman emosi bagi para pelanggannya.Konsep ini diharapkan dapat menimbulkan keinginan dan kesukaan yang mendalam bagi para konsumen terhadap produk yang ditawarkan, sehingga konsumen terus menerus mengkonsumsi produk dalam jangka panjang. Hal ini dapat berdampak pada meningkatnya loyalitas konsumen, seperti yang diinginkan oleh setiap perusahaan. Penelitian ini menggunakan Analisis Faktor untuk mengelompokkan variabel-variabel Experiental Marketing dan Emotional Branding yang memiliki kemiripan untuk dijadikan satu faktor. Kerangka penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.