2.2. Experiential Marketing
Schmitt 1999 menyatakan bahwa experiential marketing pemasaran yang memberikan pengalaman ada dimana-mana. Dalam berbagai macam
pasar dari barang-barang konsumen ke produk-produk industri dan berteknologi tinggi, perusahaan menggunakan experiential marketing untuk
tujuan yang berbeda-beda. Tujuan tersebut adalah mengembangkan produk baru, berkomunikasi dengan pelanggan, memperbaiki hubungan penjualan,
merancang jarak retail, dan membangun website.
Menurut Schmitt 1999, pengalaman adalah peristiwa khusus yang terjadi pada orang sebagai tanggapan atas beberapa jenis rangsangan.
Pengalaman merupakan hasil pengamatan dan keterlibatan dalam peristiwa- peristiwa yang nyata dan rekayasa. Pengalaman-pengalaman seperti itu
melibatkan bagian dalam diri yaitu indera, perasaan, pikiran dan badan. Pengalaman melibatkan rasional dan emosional pada diri manusia. Jadi,
experiential marketing adalah kemampuan produk untuk menawarkan pengalaman emosi hingga menyentuh hati dan perasaan konsumen.
2.2.1 Lahirnya Experiential Marketing
Seiring dengan masuknya manusia ke dalam abad baru, perusahaan- perusahaan mere-engineer diri mereka dan mendefinisikan keunggulan
utama mereka, dan mereka sekarang telah siap untuk mengkapitalisasikan kekuatan baru serta mengembangkan asset mereka. Fokusnya ada pada
pertumbuhan growth, kebangkitan revival dan perluasan expansion. Perusahaan ingin mengkapitalisasikan kesempatan yang disediakan oleh
revolusi informasi. Mereka ingin membangun merek mereka dan menciptakan komunikasi dua arah yang terintegrasi secara global dengan
para konsumennya Schmitt, 1999, namun pemasaran tradisional traditional marketing dan konsep-konsep bisnis tidak banyak
memberikan arahan mengenai bagaimana untuk mengkapitalisasikan munculnya Experiential Economy. Traditional marketing dikembangkan
untuk merespon revolusi industri, bukan revolusi informasi, branding dan komunikasi yang kita hadapi sekarang ini. Saat ini, konsumen
menganggap fitur fungsional dan kegunaan kualitas produk dan brand
image yang positif sebagai sesuatu yang mutlak ada pada sebuah produk. Apa yang mereka inginkan sekarang adalah produk, komunikasi dan
kampanye pemasaran yang menggugah indera, menyentuh hati dan merangsang pikiran mereka. Mereka menginginkan produk dan kampanye
pemasaran yang memberikan sebuah pengalaman. Kemampuan sebuah perusahaan untuk menciptakan sebuah pengalaman konsumen customer
experience yang diinginkan dan menggunakan teknologi informasi, merek, komunikasi yang terintegrasi dan hiburan akan sangat menentukan
kesuksesan perusahaan tersebut di dalam pasar global di era baru ini.
2.2.2 Kegunaan Experiential Marketing
Experiential Marketing semakin banyak digunakan oleh perusahaan- perusahaan
untuk menciptakan
experiential connection
dengan konsumennya. Experiential Marketing khususnya sangat relevan bagi
perusahaan multinasional untuk mendorong terbentuknya global brands merek global. Experiential Marketing dapat digunakan secara
menguntungkan di dalam banyak situasi, diantaranya:
1. Membangkitkan kembali merek yang telah mengalami penurunan. 2. Mendiferensiasikan sebuah produk dari para pesaingnya.
3. Menciptakan sebuah image dan identitas untuk sebuah perusahaan. 4. Mempromosikan inovasi.
5. Mendorong percobaan trial pembelian dan yang paling penting adalah loyalitas konsumen.
Selain hal-hal tersebut, menurut Kartajaya 2006, konsep experiential marketing dapat menimbulkan memorable experience yang
menyebabkan pelanggan menjadi advocator setia perusahaan. Hal tersebut juga dapat menjadi pemicu buzz marketing atau cerita dari mulut ke mulut
yang sangat positif bagi citra suatu merek.
2.2.3 Strategic Experiential Modules SEMs