Zat organik dapat disisihkan secara biologi, dengan beberapa variabel yang berpengaruh antara lain jumlah oksigen terlarut DO, waktu kontak, senyawa
penggangu inhibitor, jenis dan jumlah mikroorganisme pengurai Bitton,1994. Adanya oksigen menyebabkan proses oksidasi aerob dapat berlangsung, bahan–
bahan organik akan dirubah menjadi produk – produk akhir yang relatif stabil dan sisanya akan disintesis menjadi mikroba baru. Secara umum mekanisme
penguraian organik dapat dilihat pada persamaan di bawah ini:
Sumber : Bitton, 1994
Standar maksimum kandungan zat organik khususnya kloroform dalam air minum menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
907MENKESSKVII2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum sebesar 200
µgliter. Bila telah melampaui batas maksimum yang telah ditentukan tersebut maka dapat menyebabkan bau yang tidak sedap pada air
minum dan dapat menyebabkan sakit perut. Adanya zat organik dalam air dapat diketahui dengan perubahan fisik dari air terutama dengan timbulnya warna, rasa,
bau dan kekeruhan.
2.3.1 Sumber Trihalometan
Said 1999 mengatakan senyawa trihalometan THM seperti kloroform, diklorometan, bromodiklorometan, dibromoklorometan, 1.2 dikloroetan, dan
karbon tetraklorida adalah senyawa klor yang dihasilkan dari hasil samping proses klorinasi air. Salah satu sumber THM adalah senyawa humus humic and Fulvic
Substances yang secara alami terbentuk akibat proses pelapukan daun-daun yang
gugur atau sisa tumbuh-tumbuhan yang telah mati. Sumber air baku yang tercemar baik secara alami maupun akibat buangan dari hasil aktifitas kegiatan
manusia misalnya buangan rumah tangga maupun industri adalah penyebab terbentuknya senyawa THM.
Air limbah baik domestik maupun industri banyak mengandung zat organik dan sangat berpotensi menurunkan kualitas air baku perusahaan air minum.
Tindakan Pemda DKI melalui PD PAL Jaya merupakan bentuk upaya melindungi badan air yang digunakan sebagai air baku perusahaan air minum dari pencemaran
limbah domestik, walaupun sampai saat ini kapasitas instalasi pengolahannya air limbah domestik PD PAL Jaya sangat jauh dari kebutuhan. Pengolahan air
limbah yang mengandung zat organik umumnya menggunakan proses biologi dengan memanfaatkan aktivitas mikroba untuk menguraikan zat organik. Said
1999 juga mengatakan selama proses penguraian mikroorganisme mengeluarkan senyawa hasil metabolisme yaitu amoniak dan senyawa organik yang sangat stabil
seperti senyawa humus. Air limbah yang masuk ke badan sungai mengalami proses penguraian secara alami oleh mikroorganisme yang ada dalam air yang
merupakan proses pembersihan sendiri self purification. Air sungai yang mengandung senyawa berpotensi membentuk THM
precursor ini diambil sebagai air baku perusahaan air minum dan diolah untuk dijadikan air bersih serta minum masyarakat di daerah hilir. Pada akhir proses
pengolahan air bersih di perusahaan air minum mengalami proses desinfeksi dengan penambahan senyawa klor. Senyawa precursor THM tersebut bereaksi
dengan senyawa klor membentuk senyawa trihalometan dan senyawa halogen organik lainnya. Konsentrasi senyawa THM yang terbentuk dalam air minum
sangat bervariasi tergantung pada musim, dosis klor, waktu kontak, suhu air, pH dan jenis atau cara pengolahan yang digunakan.
2.4 Senyawa Amoniak