Karakteristik deterjen yang dibuat dari komponen PO
4 3+
dan CO
3 2-
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi deterjen dengan komponen PO
4 3+
dan CO
3 2-
Komponen Prosentase berat dalam deterjen
PO
4 3+
CO
3 2-
Surfactants Linier alkylbenzene sulfonate LAS
Tallow alcohol sulfats Ethyloctyl sulfosuccinates
Sodium sulfosuccinates
Builders Sodium tripolyphosphate
Sodium carbonates Corrosion inhibitors
Sodium silicates SiO
2
: Na
2
O
2
Suspending agents Carboxylmethylcellulose
Whitening fluorescent agents Optical brightners
Coloring matter and fragrance Perfume
Dye Fillers
Sodium sulfates Water
Polyethylene glycol 18
7,0 5,5
5,5 -
24 -
12 1,6 0,30
0,13 0,15
0,14 37
6,0 0,90
22 14
- 6,0
2,0 -
20 202,4
- 0,17
0,20 0,80
32 4,0
0,90 Sumber: Alhajjar, Harkin and Chesters 1989
2.6 Padatan Tersuspesi dan Kekeruhan
Air mengandung bermacam-macam senyawa polutan baik yang tersuspensi, berupa koloid maupun yang terlarut. Senyawa-senyawa polutan yang ada dalam
air tersebut, secara umum dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yakni senyawa atau zat yang terlarut dissolved substances, padatan tersuspensi
suspended solids, SS, dan partikel koloid colloidal particles. Zat terlarut adalah semua senyawa yang larut dalam air, dengan ukuran kurang dari beberapa
nanometer. Senyawa-senyawa ini umumnya berupa ion positif atau ion negatif. Selain itu juga termasuk gas-gas yang terlarut misalnya oksigen, karbondioksida,
hidrogen sulfida dan lain-lain. Zat padat tersuspensi merupakan senyawa bentuk padat yang berada dalam kondisi tersuspensi dalam air. Padatan tersebut
kemungkinan berasal mineral-mineral misalnya pasir yang sangat halus, silt, lempung atau berasal dari zat organik misalnya asam humus, asam vulvat yang
merupakan hasil penguraian jasat tumbuh-tumbuhan atau binatang yang telah mati.
Di samping itu, padatan tersuspensi ini juga dapat berasal dari mikroorganisme misalnya plankton, bakteria, alga, virus dan lain-lainnya. Semua elemen-elemen
tersebut umumnya menyebabkan kekeruhan atau warna dalam air. Kekeruhan dalam air juga dapat disebabkan oleh keberadaan partikel koloid dalam air.
Partikel koloid hampir sama dengan padatan tersuspensi hanya mempunyai ukuran yang lebih kecil yakni kurang dari 1
µm mikron, dengan kecepatan pengendapan yang sangat rendah sekali. Proses koagulasi-flokulasi adalah
merupakan proses dasar pengolahan air untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan partikel-partikel koloidal. Poses ini biasanya dilakukan pada tahap akhir dari
proses pemisahan zat cair dan zat padat Degremont, 1991. Dispersi koloid dalam air merupakan partikel-partikel bebas yang tertahan
dalam air dalam bentuk suspensi. Hal ini disebabkan karena ukuran partikel yang sangat halus 1-200 nm, hidrasi oleh air dan adanya muatan listrik permukaan.
Suatu koloid dikatakan stabil apabila tidak dapat menggumpal secara alami. Faktor yang paling mempengaruhi stabilitas koloid dalam air adalah ukuran
partikelnya. Partikel dengan ukuran yang lebih besar, ratio luas permukaan partikel terhadap berat partikel kecil sehingga pengendapan secara gravitasi
menjadi dominan. Beberapa contoh waktu pengendapan untuk berbagai jenis partikel dapat dilihatseperti pada Tabel 2.
Tabel 2 Waktu pengendapan untuk berbagai macam partikel
Diameter partikel Tipe
partikel Waktu pengendapan
dalam 1 meter air Luas spesifik
mm µm
Å m
2
m
3
10 10
4
10
8
Kerikil 1 detik
6.10
2
1 10
3
10
7
Pasir 10 det
6.10
3
10
-1
10
2
10
6
Pasir halus 2 menit
6.10
4
10
-2
10 10
5
Lempung 2 jam
6.10
5
10
-3
1 10
6
Bakteria 8 hari
6.10
6
10
-4
10
-1
10
5
Koloid 2 tahun
6.10
7
10
-5
10
-2
10
4
Koloid 20 tahun
6.10
8
10
-6
10
-3
10
3
Koloid 200tahun
6.10
9
Sumber : Degremont 1991
Efisiensi Proses Penyisihan
Perhitungan penyisihan senyawa polutan didasarkan atas perbandingan pengurangan konsentrasi zat pada titik masuk dan keluar terhadap konsentrasi zat
di titik masuk. Tingkat efisiensi yang didapat merupakan gabungan antara hasil asimilasi oleh mikroorganisme heterotrof dan proses biologis oleh
mikroorganisme. Perhitungan tingkat efisiensi ini dilakukan dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut:
2.8 Laju Pembebanan