Identifikasi Mikroorganisma Peningkatan Kualitas Air Baku Perusahaan Air Minum dengan Proses Biofiltrasi Menggunakan Media Plastik Tipe Sarang Tawon:

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 10 20 30 Suplai udara litermenit E fi si ens i pe nyi si ha n Organik Amoniak Detergen TSS Gambar 33 Efisiensi penyisihan polutan pada WTH 2 jam dan suplai udara 30-0 litermenit Waktu tinggal hidrolis 2 jam dan suplai udara 20 litermenit diambil sebagai suplai udara terpilih, dimana suplai udara 20 litermenit adalah merupakan suplai udara terbaik dengan efisiensi penyisihan tergolong tinggi untuk mereduksi organik, amoniak, detergen dan TSS. Pertimbangan lain adalah air hasil pengolahan memenuhi kriteria mutu golongan I Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum. Beberapa konsentrasi polutan dalam air olahan yang tidak memenuhi kriteria mutu air Golongan I dalam PPRI No. 822001 yaitu senyawa organik pada perlakuan suplai udara 0 litermenit, senyawa deterjen pada perlakuan suplai udara 0 litermenit, senyawa amoniak pada perlakuan suplai udara 0 dan 10 litermenit.

4.8 Identifikasi Mikroorganisma

Di dalam proses pengolahan air secara biologis, mikroorganisma merupakan faktor yang penting terhadap berlangsungnya proses biologis baik dalam penyisihan kandungan bahan organik maupun dalam proses nitrifikasi. Identifikasi mikroorganisme pada reaktor biofilter dengan media biakan tipe sarang tawon ini bertujuan untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang berperan dalam penyisihan bahan organik, amoniak, deterjen dan TSS. Hasil identifikasi mikroorganisme yang terdapat di dalam reaktor biofilter dengan media biakan tipe sarang tawon adalah basilus subtilis, proteus sp, nitrosomonas sp, nitrobacter sp, escherichia coli dan clostridium sp Laboratorium FKH IPB 2010 Bakteri basilus subtilis, closttridium dan Proteus sp adalah diidentifikasi sebagai pengurai senyawa organik, sedangkan pengurai amonia adalah nitrosomonas dan nitrobacter. Kekeruhan air disebabkan oleh padatan tersuspensi, baik itu bersifat anorganik maupun organik. Sifat yang menonjol dari zat organik adalah dapat diurai secara biologi, sehingga keberadaannya sangat mendukung perkembangbiakan mikroorganisma. Mikroorganisma juga termasuk dalam zat tersuspensi sehingga perkembangbiakannya juga akan menambah kekeruhan. zat organik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsentrasi amonium dalam proses nitrifikasi. Deterjen yang biasanya ada dalam air limbah domestik juga merupakan salah satu zat organik. Pada air limbah domestik, ± 60 nitrogen mengandung zat organik, ± 40 nitrogen dalam bentuk amoniak, ± 1 dalam bentuk nitrit dan nitrat. Uraian tersebut membuktikan bahwa senyawa organik, amoniak, deterjen dan TSS dapat diurakan oleh konsorsium bakteri pengurai tersebut di atas, namun TSS dari zat anorganik perlu mendapat penanganan kusus supaya tidak menjadi penghambat proses biofiltrasi. Kondisi lingkungan pada bioreaktor, yaitu pH dan temperatur sangat berpengaruh terhadap kinerja bioreaktor. pH lingkungan media yang dianjurkan berkisar antara 6.5 – 8.5, karena pH yang terlalu tinggi lebih lebih dari 8,5 akan menghambat akivitas mikroorganisme sedangkan pH dibawah 6.5 akan mengakibatkan pertumbuhan mikroorganisme terhambat juga. Suhu pada titik masuk dan keluar pada pengolahan air baku air minum dengan reaktor biologis berkisar pada suhu 28-29 C. Hal ini menunjukkan bahwa mikroorganisme mesofilik mendominasi proses penguraian di dalam bioreaktor. Temperatur yang ideal berkisar antara 25 – 30 C. Temperatur yang terlalu tinggi akan merusak proses dengan mencegah aktivitas enzim dalam sel sehingga akan menurunkan efisiensi penyisihan polutan. Kondisi operasi seperti suhu, pH, dan DO dalam reaktor biofilter sangat mendukung kehidupan mikroorganisma, sehingga proses biofiltrasi dapat berjalan dengan baik.

4.9 Analisis Karakteristik Reaktor