menggunakan substrat organik sebagai sumber energinya sedangkan bakteri autotrof menggunakan senyawa CO
2
dan HCO
3 -
sebagai sumber energi yang diperoleh dari hasil oksidasi bakteri heterotrof. Maka dapat dikatakan bahwa
efisiensi penyisihan proses nitrifikasi sejalan dengan poses penyisihan beban organik.
4.6.3 Pengaruh Suplai Udara Terhadap Penyisihan Deterjen
Efisiensi rata-rata penyisihan deterjen di dalam reaktor biofilter pada waktu tinggal hidrolis 2 jam dengan suplai udara 0 sampai 30 litermenit berturut-turut
yaitu 25, 42, 64 dan 66. Konsentrasi senyawa deterjen dalam air baku yang sangat berfluktuasi seperti terlihat pada Gambar 30, dapat direduksi dengan
baik oleh mikroorganisma pengurai. Kestabilan proses biofiltrasi dalam reaktor terlihat dari efisiensi penyisihan senyawa deterjen, yaitu fluktuasi konsentrasi
deterjen yang masuk dalam reaktor dapat disihkan dengan baik dan akibat pernurunan suplai udara dari 30 litermenit menjadi 20 litermenit efisiensi
penyisihan relatif stabil sekitar 64.
Gambar 30 Penyisihan detergen pada WTH 2 jam dan suplai udara 30-0 litermenit
Hasil identifikasi mikroorganisma yang dilakukan di laboratorium FKH IPB, mikroba pada lapisan biofilm yang menempel pada media biofilter tipe sarang
tawon terdapat bakteri Bacillus subtilis dan Proteus sp yang berperan penting
dalam menguraikan senyawa deterjen. Proses pengolahan secara biologis oleh bakteri pengurai memerlukan oksigen dalam jumlah yang cukup besar, sehingga
dengan perlakuan suplai udara menjamin terpenuhinya kebutuhan oksigen. Seperti telah dijelaskan di atas, menurut Wulan dan Gozan 2006 inti dari
pendegrasian deterjen adalah pemecahan struktur molekul deterjen. Pengolahan senyawa deterjen jenis linear alkyl sulfonate LAS secara biologis dengan
memanfaatkan aktifitas konsorsium bakteri Pseudomonas aeroginosa, Bacillusus subtilis, Bacillus aglomerans, Bacillus cereus dan Bacillus alvae
yang dilakukan pada rektor biofilter bermedia jenis bioball dengan waktu tinggal 24 jam mampu
menyisihkan senyawa deterjen jenis LAS sebesar 85. Penguraian senyawa deterjen oleh aktifitas mikroorganisma secara sempurna dirubah menjadi karbon
dioksida, air dan garam organik. Dilihat dari konsentrasi oksigen terlarut pada air olahan, yaitu sekitar 3 mgl
masih mencukupi kebutuhan mikroorganisma untuk melakukan penguraian senyawa deterjen. Rendahnya efisiensi penyisihan senyawa deterjen pada
perlakuan suplai udara 0-10 litermenit bisa diakibatkan dari faktor pengganngu. Faktor pengganggu biasanya berasal dari zat yang sulit didegradasi oleh
mikroorganisma. Konsentrasi oksigen terlarut DO, suhu dan pH di dalam reaktor memenuhi persyaratan mikroorganisma untuk hidup dan melakukan
aktivitas penguraian. Salah satu faktor penyebab menurunnya efisiensi penyisihan senyawa deterjen pada perlakuan suplai udara 0-10 litermenit adalah penghambat
yang menghalangi lapisan biofilm kontak dengan air baku. Faktor pengganggu kemungkinan bisa terjadi dari pengendapan tanah halus, lempung dan pasir halus
yang menutupi sebagian lapisan biofilm, sehingga luas permukaan kontak antara air baku dengan biofilm yang menempel pada media biofilter menyempit.
Penurunan luas permukaan kontak antara biofilm yang menempel pada media biofilter dengan air baku menyebabkan dominasi mikroorganisma tersuspensi
yang bekerja. Efektifitas mikroorganisma tersuspensi untuk penyisihan deterjen lebih kecil dari mikroorganisma yang melekat pada media. Mikrooganisma yang
melekat pada biofilm kurang mendapatkan suplai oksigen dan substrat makanan yang mencukupi, sehingga efisiensi penyisihan senyawa organik pada variasi
suplai udara 0 dan 10 litermenit kecil.
4.6.4 Pengaruh Suplai Udara Terhadap Penyisihan TSS