e Memotivasi peserta didik untuk mendalami materi pembelajaran
melalui kegiatan belajar mandiri, f
Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
5. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembelajaran
Terdapat faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan proses pembelajaran, di antaranya yaitu:
a. Faktor Guru
Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Dalam proses pembelajaran
guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran.
11
Oleh karena itu keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas
atau kemampuan guru. b.
Faktor Siswa Siswa merupakan suatu komponen input dalam proses
pendidikan berhasil atau tidak proses pendidikan banyak bergantung pada keadaan, kemampuan, dan tingkat perkembangan siswa itu
sendiri. peresapan bahan pelajaran yang disampaikan guru juga bergantung pada sambutan siswa.
12
guru dan siswa merupakan komponen yang tidak terpisahkan karena proses pendidikan terjadi
akibat interaksi yang terbangun antar keduanya c.
Faktor Sarana dan Prasarana Menurut E Mulyasa yang dimaksud dengan sarana pendidikan
adalah “peralatan dan perlengakapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses
belajar dan mengajar, seperti gedung, ruang kelas, kursi, meja, serta alat-alat
dan media pengajaran” adapun prasarana pendidikan adalah
11
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2010, h. 52.
12
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, h. 115.
“fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran.
13
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana adalah komponen penting yang harus ada dalam
pelaksanaan pembelajaran. pendidikan formal dan pendidikan nonformal harus memperhatikan sarana dan prasarana sekolahnya,
karena akan memfasilitasi perkembangan belajar siswanya. d.
Faktor Lingkungan Individu dan lingkungan terjalin proses interaksi atau saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Tingkah laku individu dapat menyebabkan perubahan pada bentuk positif dan negatif.
14
Pembelajaran tidak hanya terjadi di dalam kelas tetapi juga bisa di luar kelas pun bisa terjadi asalkan tempatnya nyaman dan kondusif. Oleh
karena itu lingkungan pun dapat mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran karena lingkungan yang baik akan tercipta pembelajaran
yang baik pula sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
B. Homeschooling
1. Pengertian dan Tujuan Homeschooling
Homeschooling berasal dari bahasa inggris yaitu Home dan Schooling. Home berarti rumah dan Schooling berarti bersekolah. Jadi
homeschooling berarti bersekolah di rumah. Homeschooling juga sama dengan home education yaitu pendidikan yang dilakukan secara mandiri
oleh keluarga, dimana materinya dipilih dan disesuaikan dengan kebutuhan anak.
Dalam bahasa Indonesia, terjemahan yang biasanya digunakan untuk homeschooling
adalah “sekolahrumah”. Istilah ini dipakai secara resmi oleh Departemen Pendidikan Nasional Depdiknas untuk
menyebutkan homeschooling. Selain sekolah rumah, homeschooling kadangkala juga diterjemahkan dengan istilah sekolah mandiri.
13
E Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT Remaja Rosdakrya, 2011, h. 49.
14
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014 , Cet. XIV, h. 98.
Sementara itu pengertian homeschooling menurut para ahli adalah sebagai berikut:
a. Menurut Arief Rachman Hakim secara etimologis, homeschooling
adalah sekolah yang dilakukan di rumah, namun secara hakiki ia adalah sebuah sekolah alternatif yang menempatkan anak sebagai
subyek dengan pendekatan pendidikan secara at home.
15
b. Menurut daoed joesoff mantan menteri pendidikan dan kebudayaan
kabinet pembangunan III, 1978-1983 Homeschooling adalah rumah dijadikan tempat pembelajaran anak. Anak-anak itu di dampingi dan di
bantu orang tua sendiri atau di bantu menguasai pengetahuan atau keterampilan tertentu yang diberikan dalam proses pembelajaran privat.
c. Menurut Satmoko Budi Santoso secara substansi makna
homeschooling pada aspek kemandirian dalam menyelenggarakan pendidikan di lingkungan keluarga.
16
d. Menurut Sumardiono 2007 homeschooling adalah model pendidikan
saat keluarga memilih untuk menyelenggarakan sendiri dan bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya. Homeschooling atau sekolah
mandiri adalah ketika anak-anak tidak tergantung pada sistem sekolah formal yang ada sekarang. Tetapi memutuskan sendiri bersama orang
tua sebagai mentornya mengenal apa yang dipelajari, bagaimana cara belajar waktu belajar dan di mana proses belajarnya.
17
e. Menurut undang-undang No. 129 pasal 1 tahun 2014 sekolahrumah
adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar dan terencana dilakukan oleh orang tuakeluarga di rumah atau tempat-tempat lain
dalam bentuk tunggal, majemuk, dan komunitas dimana proses pembelajaran dapat berlangsung dalam suasana yang kondusif dengan
15
Arief Rachman Hakim, homeschooling, Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2007, h. 18.
16
Satmoko Budi Santoso, S ekolah Alternatif, Mengapa Tidak?, Yogyakarta: Diva Press, 2010, h. 71.
17
Sumardiono, Apa Itu Homeschooling. 35 Gagasan Pendidikan Berbasis keluarga, Jakarta: Panda Media, 2014, h. 6.
tujuan agar setiap potensi peserta didik yang unik dapat berkembang secara maksimal.
Dari kelima pendapat di atas mengenai definisi homeschooling, para ahli cenderung mempunyai pandangan yang sama dalam
mendefinisikan homeschooling, yaitu pendidikan alternatif berbasis keluarga dimana keluarga bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-
anaknya sekaligus menajdi pengajarnya pembelajaran bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja selama tempat tersebut kondusif bagi anak.
dari keempat pendapat tersebut penulis lebih merujuk kepada Undang- Undang No 129 tahun 2014, karena definisi undang-undang lebih lengkap
dan detail sehingga pemahaman mengenai definisi tersebut menjadi utuh. Jadi dapat disimpulkan bahwa homeschooling adalah salah satu model
pendidikan alternatif dimana orang tua yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya, tetapi tidak selalu harus orang tua yang
menjadi fasilitator pembelajaran anaknya sehingga anak bisa belajar sesuai dengan gaya belajarnya kapan saja dan dimana saja seperti ia belajar
dirumahnya sendiri. Disini anak tidak perlu belajar di rumah, namun bisa dimana saja
dan kapan saja asal kondisinya betul-betul menyenangkan dan nyaman seperti suasana di rumah. Maka, jam belajarnya pun sangat lentur, yaitu
dari mulai bangun tidur sampai berangkat tidur kembali. Seperti yang dilakukan ibu Beni ke anaknya Beni sangat
tertarik dengan serangga, beni hafal berbagai species tawon atau lalat penyengat dan menjelaskan berbagai ciri mereka serta
menghafal nama-nama latin mereka. Selain beni mempelajari berbagai macam serangga dari buku-buku di perpustakaan, ibu beni
mengajaknya ke museum of natural sciences yang menerima jasa pelayanan menjawab segala pertanyaan yang diajukan warga
sekitar.
18
Abe Saputro pun menambahkan bahwa: “mengenai tempat belajar, homeschooling tidak memiliki batasan tempat karena proses belajar itu
18
Loy Kho, Homeschooling Untuk Anak Mengapa Tidak?, Yogyakarta : kansius, 2007, h. 93.
dapat terjadi di mana saja, baik dalam ruang fisik maupun ruang maya”.
19
Adapun tujuan sekolah rumah menurut undang-undang No. 129 pasal 2 tahun 2014 adalah sebagai berikut:
a. Pemenuhan layanan pendidikan dasar dan menengah yang bermutu bagi
peserta didik yang berasal dari keluarga yang menentukan pendidikan anaknya melalui sekolah rumah;
b. Melayani peserta didik yang memerlukan pendidikan akademik dan
kecakapan hidup secara fleksibel untuk meningkatkan mutu kehidupan; dan
c. Pemenuhan layanan pendidikan secara sadar, teratur, dan terarah dengan
mengutamakan untuk menumbuhkan dan menerapkan kemandirian dalam belajar, yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan yang
berbentuk pembelajaran
mandiri dimana
pembelajaran dapat
berlangsung di rumah atau tempat-tempat lain dalam suasana yang kondusif dengan tujuan agar setiap potensi anak yang unik dapat
berkembang secara maksimal. Sementara tujuan homeschooling menurut jamal
Ma’mur Asmani 2012: 67 yaitu:
a. Menjamin penyelesaian pendidikan dasar dan menengah yang bermutu
bagi peserta didik yang berasal dari anak dan keluarga yang memilih jalur Homeschooling.
b. Menjamin pemerataan dan kemudahan akses pendidikan bagi setiap
individu untuk proses pembelajaran akademik dan kecakapan hidup. c.
Melayani peserta didik yang memerlukan pendidikan akademik dan kecakapan hidup secara fleksibel untuk meningkatkan mutu
pendidikannya. Dari tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
homeschooling adalah untuk menciptakan pendidikan akademik dan non akademik yang bermutu dengan waktu yang fleksibel dan suasana belajar
yang kondusif. Walaupun orang tua menjadi penanggung jawab utama
19
Abe Saptro, Rumah Sekolahku: Panduan Bagi Orang Tua Untuk Menciptakan Homeschooling, Yogyakarta: Graha Pustaka, 2007, h. 12.