Pengertian dan Tujuan Homeschooling

homeschooling, tetapi pendidikan homeschooling tidak harus dilakukan oleh orang tua, orang tua dapat mengundang guru privat, mendaftarkan anak pada tempat kursus, melibatkan anak-anak pada proses magang internship, dan sebagainya. Tetapi pada kenyataannya di Indonesia orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikaan anaknya ke tempat penyelenggara homeschooling yang justru berbentuk lembaga. Homeschooling untuk pendidikan anak-anaknya. Orang tua dapat memiliki satu alasan kuat atau beberapa alasan sekaligus. Masih menurut Jamal Ma’mur Asmani 2012 Diantara alasan-alasan orang tua melakukan homeschooling antara lain: a. Moral dan Religious Reasons Beberapa orang tua ingin mempunyai kesempatan untuk mengajarkan anak-anak mereka dengan memilih material atau kurikulum pelajaran yang menekankan nilai-nilai agama dan karakter juga standar moral dalam pembelajaran. b. Academic Reasons Melalui Homeschooling anak akan belajar secara tutorial, yaitu “one-on-one.” Melalui “one-on-one.” Tutorial, anak akan menguasai secara penuh apa yang mereka pelajari dan apa yang menjadi minat mereka. Orang tua bisa mendukung minat anak dan rasa ingin tahun anak, hal ini akan menghasilkan pencapaian yang maksimal dalam pendidikan anak-anak kita. Berbeda dengan ruangan sekolah, semua anak disamaratakan dengan cara belajar dan metode belajar yang sama. c. Family Unity Melalui Homeschooling, orang tua dan anak bersama-sama belajar, bereksplorasi, dan menghabiskan waktu bersama-sama dengan anak-anak. hal ini akan mempererat hubungan antara orang tua dan anak ataupun antara saudara kandung.

2. Sejarah Homeschooling

Menurut pormadi simbolon,SS 2007, filosofi berdirinya sekolah rumah adalah “manusia pada dasarnya makhluk belajar dan senang belajar; kita tidak perlu ditunjukkan bagaimana cara belajar. Yang membunuh kesenangan belajar adalah orang-orang yang berusaha menyelak, mengatur, atau mengontrolnya” john cadlwell holt dalam bukunya how children fail. 1964. 20 Dipicu oleh filosofi tersebut, pada tahun 1960-an terjadilah 20 Jamal ma’mur asmani, Buku Pintar Homeschooling, Jogjakarta: Flashbook, 2012, Cet. 1, h. 52. perbincangan dan perdebatan luas mengenai pendidikan sekolah dan sistem sekolah. Sebagai guru dan pengamat anak dan pendidikan, holt mengatakan bahwa kegagalan akademis pada siswa tidak ditentukan oleh kurangnya usaha pada sistem sekolah, tetapi disebabkan oleh sistem sekolah itu sendiri. Pada awal 1970-an Dr. Raymon dan dorothy moore, seorang psikolog dan peneliti perkembangan penddikan melakukan penelitian mengenai kecenderungan orang tua untuk menyekolahkan anak lebih awal early childhood education. Penelitian mereka menunjukkan bahwa memasukkan anak-anak pada sekolah formal sebelum usia 8 sampai 12 tahun bukan hanya tak efektif, tetapi sesungguhnya berakibat buruk bagi anak-anak, khususnya bagi laki-laki karena keterlambatan kedewasaan mereka. 21 Hasil penelitian tersebut dipublikasikan pertama kali pada tahun 1975 dalam buku “better late than early”. Kemudian pada tahun 1977, holt mulai mempublikasikan buletin berita sebanyak empat halaman yang disebut growing without schooling tumbuh tanpa sekolah. Pada awalnya holt menggunakan ka ta “pendidikan tanpa sekolah” untuk menggambarkan tindakan mengeluarkan anak seseorang dari sekolah, tapi hal ini segera menjadi sinonim untuk “sekolah- di- rumah” Homeschooling. Selama dua dekade terakhir, arti istilah itu telah menyempit, sehingga unschooling mengacu pada gaya khusus sekolah di rumah yang dianjurkan Holt, berdasarkan pembelajaran yang berpusat pada anak. 22 setelah itu, Homeschooling terus berkembang dengan berbagai alasan. Selain karena alasan keyakinan, pertumbuhan Homeschooling juga banyak dipicu oleh ketidakpuasan atas sistem pendidikan di sekolah formal. Perkembangan Homeschooling di indonesia belum diketahui secara persis karena belum ada penelitian khusus tentang akar perkembangannya. Namun jika dilihat dari konsep Homeschooling sebagai pembelajaran yang tidak berlangsung di sekolah formal alias otodidak, maka sekolah rumah 21 Sumardiono, Homeschooling: A Leap For Better Learning: Lompatan Cara Belajar, Jakarta: PT Elexmedia komputindo, h. 20. 22 Mary Griffith, Sekolah Di Rumah: Memanfaatkan Seluruh Dunia Menjadi Ruang Kelas, Bandung: Nuansa,2008, cet.1., h. 11. sudah tidak merupakan hal baru. Banyak tokoh-tokoh sejarah indonesia yang sudah mempraktikan Homeschooling seperti KH. Agus Salim, ki hajar dewantara, dan buya hamka makalah Dr. seto Mulyadi, 18 Juni 2006. 23 Homeschooling di Indonesia mulai marak terjadi pada tahun 2005. Kehadirannya lebih dilatarbelakangi sebagai upaya mengantisipasi keberadaan sekolah regular pendidikan formal yang tidak merata ditiap-tiap daerah. saat ini Homeschooling telah menjadi tren di kota- kota besar di Indonesia. Dari fenomena tersebut dapat diperkirakan bahwa Homeschooling semakin dibutuhkan masyarakat. Setidak-tidaknya keberadaan Homeschooling akan memenuhi sekitar 10 dari total jumlah anak di Indonesia. Di Indonesia, baru beberapa lembaga yang menyelenggarakan home schooling, seperti morning star academy, dan lembaga pemerintah, yakni pusat kegiatan belajar mengajar PKBM. Morning star academy, lembaga pendidikan kristen ini berdiri sejak tahun 2002 dengan tujuan selain memberikan edukasi yang bertaraf internasional, juga membentuk karakter siswanya. Pusat kegiatan belajar masyarakat PKBM merupakan program pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan jalur informal. Badan penyelenggara PKBM sudah ada ratusan di Indonesia. di jakarta selatan saja, ada sekitar 25 lembaga penyelenggara PKBM dengan jumlah siswa lebih kurang 100 orang. Setiap program PKBM terbagi atas program paket A untuk setingkat SD, B setingkat SMP, C setingkat SMA. PKBM sebenarnya menyelenggarakan proses pendidikan selama 3 hari di sekolah selebihnya, tutor mendatangi rumah para murid. Para murid harus mengikuti ujian guna mendapatkan ijazah atau melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Perbedaan ijazah dengan sekolah umum, PKBM langsung mengeluarkan dari pusat. 24

3. Landasan Hukum Homeschooling

a. Undang-Undang Dasar 1945 b. Undang undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional terutama pada pasal 27 ayat 1 dan 2 mengenai kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan hasil pendidikan tersebut diakui sama dengan pendidikan formal setelah peserta didik lulus sesuai dengan standar nasional pendidikan. 23 Jamal ma’mur asmani, op. cit., h. 55. 24 Ibid., h. 57 c. Undang-Undang No. 32 tahun 2003 tentang Desentralisasi dan Otonomi Daerah. d. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. e. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom. f. Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah. g. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0131U1991 tentang Paket A dan Paket B h. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 132U2004 tentang Paket C i. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 14 tahun 2007 tentang Standar Isi Pendidikan Kesetaraan. 25 Agar kegiatan homeschooling bisa memperoleh penilaian dan penghargaan melalui pendidikan kesetaraan, perlu ditempuh langkah- langkah pembentukan komunitas belajar sebagai berikut: a. Mendaftarkan kesiapan orang tua atau keluarga untuk menyelenggarakan pembelajaran di rumah atau di lingkungan kepada komunitas belajar. b. Berhimpun dalam suatu komunitas. c. Mendaftarkan komunitas belajar pada bidang yang menangani pendidikan kesetaraan pada dinas pendidikan kabupatan atau kota setempat. d. Mengadministrasikan peserta didik sesuai dengan program paket belajar yang diikutinya. e. Menyusun program belajar dan strategi penyelenggaraan secara menyeluruh dan berkesinambungan sesuai dengan program paket belajar yang diselenggarakannya. f. Mengembangkan perangkat pendukung pembelajaran. g. Melakukan penilaian terhadap hasil belajar yang dicapai peserta didik secara berkala per semester. h. Mengikutsertakan peserta didik yang sudah memenuhi persyaratan dalam ujian nasional. 26

6. Jenis-Jenis Homeschooling

Ada tiga jenis Homeschooling yang berkembang di masyarakat. Masing-masing tipe memiliki keunggulan dan kelemahannya, jenis-jenis 25 Loy Kho, Obrolan Seputar Homeschooling, Yogyakarta: Kanisius, 2008, Cet.5, h. 243-244. 26 Yayah komariah, Homeschooling Trend Baru Sekolah Alternatif, Jakarta: Sakura Publishing, 2007, Cet. 1, h. 27. Homeschooling tersebut adalah sebagai berikut:

a. Homeschooling Tunggal

Homeschooling tunggal biasanya hanya melibatkan orang tua dalam satu keluarga tanpa bergabung dengan lainnya. Orang tua harus benar-benar mengambil peran sebagai pembimbing, teman belajar, sekaligus penilai. Beberapa selebritis muda kita cenderung mengambil tipe Homeschooling ini karena kesibukan mereka yang luar biasa. Mereka menyewa seorang guru yang datang ke rumah beberapa kali dalam seminggu. Artinya Homeschooling tunggal memiliki fleksibilitas tinggi. Tempat, bentuk, dan waktu belajar bisa disepakati oleh pengajar dan peserta didik. Kelemahan Homeschooling tunggal murni adalah tidak adanya mitra partner untuk saling mendukung, berbagi, atau membandingkan keberhasilan dalam proses belajar. Jika tidak di-mix dengan tipe Homeschooling lainnya, anak pun cenderung kurang bersosialisasi dan berekspresi sebagai syarat pendewasaan. Bagi orang tua, kesulitan yang akan dihadapi adalah ketika harus melakukan penilaian hasil pendidikan dan mengusahakan penyetaraannya. Namun jika pihak orang tua dan dan anak terkait sudah siap dengan resiko tersebut di atas, hambatan-hambatan tadi bukanlah masalah besar.

b. Homeschooling Majemuk

Dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu, sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh orang tua masing-masing. Keluarga yang memutuskan untuk bergabung dalam Homeschooling majemuk ini biasanya memiliki kebutuhan-kebutuhan yang dikompromikan dalam kegiatan bersama. Contohnya kurikulum dari konsorsium, kegiatan olahraga misalnya keluarga atlet tenis, keahlian musikseni, kegiatan sosial, dan kegiatan agama. Terlibatnya beberapa individu dalam kelompok Homeschooling ini praktis memunculkan berbagai konsekuensi. Salah satunya kebutuhan