Sejarah Homeschooling Pelaksanaan Pembelajaran Pada Komunitas Homeschooling Kak Seto Pusat Tingkat SMA

Homeschooling tersebut adalah sebagai berikut:

a. Homeschooling Tunggal

Homeschooling tunggal biasanya hanya melibatkan orang tua dalam satu keluarga tanpa bergabung dengan lainnya. Orang tua harus benar-benar mengambil peran sebagai pembimbing, teman belajar, sekaligus penilai. Beberapa selebritis muda kita cenderung mengambil tipe Homeschooling ini karena kesibukan mereka yang luar biasa. Mereka menyewa seorang guru yang datang ke rumah beberapa kali dalam seminggu. Artinya Homeschooling tunggal memiliki fleksibilitas tinggi. Tempat, bentuk, dan waktu belajar bisa disepakati oleh pengajar dan peserta didik. Kelemahan Homeschooling tunggal murni adalah tidak adanya mitra partner untuk saling mendukung, berbagi, atau membandingkan keberhasilan dalam proses belajar. Jika tidak di-mix dengan tipe Homeschooling lainnya, anak pun cenderung kurang bersosialisasi dan berekspresi sebagai syarat pendewasaan. Bagi orang tua, kesulitan yang akan dihadapi adalah ketika harus melakukan penilaian hasil pendidikan dan mengusahakan penyetaraannya. Namun jika pihak orang tua dan dan anak terkait sudah siap dengan resiko tersebut di atas, hambatan-hambatan tadi bukanlah masalah besar.

b. Homeschooling Majemuk

Dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu, sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh orang tua masing-masing. Keluarga yang memutuskan untuk bergabung dalam Homeschooling majemuk ini biasanya memiliki kebutuhan-kebutuhan yang dikompromikan dalam kegiatan bersama. Contohnya kurikulum dari konsorsium, kegiatan olahraga misalnya keluarga atlet tenis, keahlian musikseni, kegiatan sosial, dan kegiatan agama. Terlibatnya beberapa individu dalam kelompok Homeschooling ini praktis memunculkan berbagai konsekuensi. Salah satunya kebutuhan untuk berkompromi dengan peserta lain dalam hal jadwal, suasana, fasilitas, dan pilihan kegiatan. Tentu setiap orang tua memiliki kesibukan masing-masing sehingga waktu pendampingan anak-anak mereka pun harus menyesuaikan. Karena setiap orang tua memiliki agenda berbeda, praktis dibutuhkan kesepakatan untuk menentukan waktu belajar bersama anak-anak mereka.

c. Komunitas Homeschooling

Tipe ini merupakan gabungan beberapa Homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok olahraga, musikseni, dan bahasa, saranaprasarana, dan jadwal pembelajaran. Komitmen penyelenggaraan pembelajaran antara orang tua dan komunitasnya kurang lebih 50:50. Homeschooling komunitas lebih terstruktur dan lengkap untuk pendidikan akademik, pembangunan akhlak mulia, dan pencapaian hasil belajar.

7. Model-Model Pembelajaran Homeschooling

Pada dasarnya homeschooling bersifat unique. Karena setiap keluarga mempunyai nilai dan latar belakang berbeda, setiap keluarga akan melahirkan pilihan-pilihan model homeschooling yang beragam. Pendekatam approach homeschooling memiliki rentang yang lebar antara yang sangat tidak terstruktur unschooling hingga yang sangat terstruktur, seperti belajar di sekolah school at home. Pendekatan model homeschooling tersebut diantaranya: 27 a. School at home approach adalah model pendidikan yang sama dengan yang diselenggarakan di sekolah. Hanya saja tempatnya tidak di sekolah, tetapi di rumah. Metode ini juga sering disebut textbook approach, traditioanl approach, atau school approach. b. Unit studies approach adalah model pendidikan yang berbasis pada tema unit study. Pendekatan ini banyak dipakai oleh orang tua homeschooling. Dalam pendekatan ini, siswa tidak belajar satu mata pelajaran tertentu matematika, bahasa, IPA, IPS, tetapi mempelajari banyak mata pelajaran sekaligus melalui sebuah tema yang dipelajari. Misalnya, dengan tema tentang rumah, anak-anak dapat belajar bentuk 27 Sumardiono, Homeschooling A Leap For Better Learning: Lompatan Cara Belajar, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2007, Cet. 2, h. 33-34. geometri matematika, jenis-jenis rumah sejarah, fungsi rumah IPA, profesi pembangunan rumah IPS, dan sebagainya. c. The living books approach adalah model pendidikan melalui pengalaman dunia nyata. Metode ini dikembangkan oleh charlotte mason. Pendekatannya dengan mengajarkan kebiasaan baik good habit, keterampilan dasar membaca, menulis, matematika, serta mengekspos anak dengan pengalaman nyata, seperti berjalan-jalan mengunjungi museum, berbelanja ke pasar, mencari informasi di perpustakaan, menghadiri pameran dsb. d. The classical approach pendekatan ini menggunakan kurikulum yang distrukturkan berdasarkan tiga tahap perkembangan anak yang disebut Trivium. Pendekatan metode ini adalah kemampuan ekspresi verbal dan tertulis. Pendekatnnya berbasis teksliteratur bukan gambarimage. e. The waldorf approach adalah model pendidian yang dikembangkan oleh Rudolph steiner, banyak ditetapkan di sekolah-sekolah alternatif Waldorf di Amerika. Karena steiner berusaha menciptakan setting sekolah yang mirip keadaan rumah, metodenya mudah diadaptasi untuk homeschool. f. The montessori approach adalah model pendidikan yang dikembangkan oleh Dr. Maria Montessori. Pendekatan ini mendorong penyiapan lingkungan pendukung yang nyata dan alami, mengamati proses interaksi anak-anak di lingkungan, serta terus menumbuhkan lingkungan sehingga anak-anak dapat mengembangkan potensinya, baik secara fisik, mental, maupun spiritual. g. Unschooling approach model yang mendekatkan anak-anak ke pengalaman di dunia nyata dan tidak berangkat dari teks buku. Hal ini berasal dari keyakinan bahwa anak-anak memiliki keinginan belajar dan jika diberikan fasilitas yang cukup dan dikenalkan dengan dunia nyata,maka mereka akan belajar lebih banyak. h. The Eclectic approach memberikan kesempatan pada keluarga unutk mendesain sendiri program homeschooling yang sesuai, dengan memilih atau menggabungkan dari sistem yang ada. 28

8. Kurikulum Homeschooling

Masalah kurikulum biasanya menjadi pertanyaan yang pasti terlontar bagi siapapun yang ingin memulai homeschooling. Tapi sebenarnya, tak perlu pusing. Karena kurikulum yang dipakai dalam sekolahrumah adalah kurikulum yang telah disusun oleh Depdiknas sesuai dengan tingkat pendidikannya. Bedanya pada metode penyampaiannya saja. Jika di sekolah formal siswa dituntut untuk menyesuaikan diri dengan kurikulum yang ada, maka di sekolah rumah kurikulum yang menyesuaikan dengan keadaan 28 Ibid., h. 34-36.