Meningkatkan SDM yang Berkualitas
81
umumnya dapat diperoleh melalui pendidikan. Dengan demikian, pendidikan merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan kualitas SDM.
Jika abad silam disebut abad kualitas produkjasa, maka masa yang akan datang merupakan abad kualitas SDM. SDM yang berkualitas dan
pengembangan kualitas SDM bukan lagi merupakan isu atau tema-tema retorika, melainkan merupakan taruhan atau andalan serta ujian setiap
individu, kelompok, golongan masyarakat, dan bahkan setiap bangsa.
Pengembangan SDM adalah proses sepanjang hayat yang meliputi berbagai bidang kehidupan, terutama dilakukan melalui pendidikan. Jika dilihat dari
sudut pandang ekonomi, peningkatan kualitas SDM lebih ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi yang dibutuhkan oleh
dunia kerja dalam upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas proses produksi dan mempertahankan keseimbangan ekonomi.
Pengembangan SDM berkualitas adalah proses kontekstual, sehingga pengembangan SDM melalui upaya pendidikan bukanlah sebatas menyiapkan
manusia yang menguasai pengetahuan dan keterampilan yang cocok dengan dunia kerja pada saat ini, melainkan juga manusia yang mampu, mau, dan siap
belajar sepanjang hayat.
Program peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan akan memberi manfaat pada organisasi berupa produktivitas, moral, efisiensi, efektivitas, dan
stabilitas organisasi dalam mengantisipasi lingkungan, baik dari dalam maupun ke luar organisasi yang selalu berubah mengikuti perkembangan
zaman. Perencanaan SDM yang berkualitas, dalam Malaysia‘s 2020 merumuskan beberapa kecenderungan yang terjadi dalam masyarakat global
yang perlu menjadi bahan pertimbangan dalam pengembangan kualitas SDM. Kecenderungan tersebut adalah: 1 Dibandingkan dengan dasawarsa 1970-an
dan 1980-an, tiga dasawarsa mendatang diperkirakan akan terjadi eksplosi yang hebat, terutama yang menyangkut teknologi informasi dan bio-
teknologi. Dalam konteks peningkatan kualitas SDM, implikasi yang dapat diangkat adalah para ilmuwan harus bekerja dalam pendekatan
multidisipliner dan adanya program pendidikan berkelanjutan S2S3, dan 2 Eksplosi teknologi komunikasi yang semakin canggih dapat mempersingkat
jarak dan mempercepat perjalanan. Hal ini akan membuat bangsa yang mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang relevan dan menguasai
teknologi baru secara substantif mampu meningkatkan produktivitasnya.
Program peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan akan memberikan manfaat pada lembaga berupa produktivitas, moral, efisiensi kerja, stabilitas,
serta fleksibilitas lembaga dalam mengantisipasi lingkungan, baik dari dalam maupun ke luar lembaga yang bersangkutan. Fungsi dan orientasi pendidikan
dalam peningkatan kualitas SDM telah dibuat dalam suatu kebijakan Depdiknas dalam tiga strategi pokok pembangunan pendidikan nasional, yaitu:
1 pemerataan kesempatan pendidikan, 2 peningkatan relevansi dan kualitas
82
pendidikan, dan 3 peningkatan kualitas manajemen pendidikan. Untuk melaksanakan ketiga strategi pokok pembangunan pendidikan tersebut di atas,
seyogianya dilihat bagian-bagian sistem pendidikan nasional dalam kaitannya dengan orientasi masing-masing dan dijabarkan dalam rencana dan prioritas
pembangunan pendidikan.
Titik tolak pemikiran mengenai orientasi pendidikan nasional adalah: 1 mencerdaskan kehidupan bangsa, 2 mempersiapkan SDM yang berkualitas,
terampil, dan ahli yang diperlukan dalam proses memasuki era globalisasi dan otonomi daerah, dan 3 membina dan mengem-bangkan penguasaan berbagai
cabang keahlian ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pada saat ini, Indonesia menghadapi masalah yang sifatnya multidimensi yang menuntut pemecahan segera. Masyarakat yang mutu SDM-nya rendah,
cenderung tidak akan mampu memecahkan masalahnya. Berbeda dengan masyarakat yang mutu SDM-nya tinggi, mereka memiliki potensi untuk
memecahkan masalahnya, serta mampu merumuskan pola pemberdayaan empowerment
masyarakat untuk berpartisipasi aktif di dalam meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup.
Perkembangan masyarakat industri dan pasca industri Indonesia akan sekaligus berada di bawah pengaruh empat proses perkembangan sosial-
ekonomi yang mendasar pada abad ke-21, bahkan sesungguhnya sudah mulai
83
dalam tiga dekade terakhir abad ke-20. Keempat proses perkembangan sosial- ekonomi yang mendasar, perlu dipahami karena dampaknya dapat
mempengaruhi seluruh tata kehidupan bangsa Indonesia terutama pada abad ke 21 ini. Keempat proses itu meliputi: 1 globalisasi; 2 industrialisasi; 3
asianisasi; dan 4 sistem informasi canggih, serta akibat utama yang ditimbulkan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 7. 1 Akibat Utama Globalisasi, Industrialisasi,
Asianisasi,dan Informasi Canggih No.
Proses Akibat Utama
1. Globalisasi Keterbukaan
Demokratisasi Persaingan dalam konteks kerja sama
2. Industrialisasi Rasionalitas
Dominan Kecerdasan Intelektual KI Sekularisme
3. Asianisasi Percaya diri Asia
Pengaruh budaya Asia ke Barat dan bagian lain dunia
4. Sistem Informasi Canggih
Kesaratderasan informasi Perkembangan KI dan KE
Simplikasi,efisiensi,dan efektifitas dalam komunikasi
Bahasa menjadi kebutuhan pokok Kemandirian memperoleh pengetahuan
Perubahan sifat lembaga-lembaga pendidikan,khususnya Perguruan Tinggi
Berkaitan dengan keempat proses tersebut, tantangan utama bagi kita ialah bagaimana Indonesia mempersiapkan diri agar keempat proses itu bermanfaat
semaksimal mungkin bagi seluruh rakyat Indonesia dalam meningkatkan mutu kehidupan. Sebab suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, arus globalisasi
mengharuskan kita terlibat dalam proses saling berhubungan yang sifatnya mendunia, baik antar individu, bangsa, negara, organisasi kemasyarakatan,
terutama dunia usaha. Dan disinilah aktualisasi pendidikan harus memperoleh
84
porsi dan perhatian yang tinggi agar mampu melahirkan SDM yang berkualitas. Karena dalam era globalisasi yang bercirikan persaingan,
kemenangan akan ditentukan oleh mutu sumber daya manusia. Setelah menelaah beberapa uraian di atas, jelaslah bahwa untuk
melaksanakan tugas di masa depan diperlukan SDM yang berkualitas yaitu SDM berkualitas yang harus disiapkan untuk memasuki abad ke-21 adalah
SDM yang mampu melakukan life long learning. Hal ini tampak dengan jelas pada sebagian SDM kita yang terus-menerus menimba ilmu dengan tidak
memikirkan usia. Makin tua usia SDM tersebut, makin matang pula cara berpikirnya, ini dibantu oleh pengalaman yang banyak, baik di dalam maupun
di luar dinas.
Dalam hubungan ini, patut diperhatikan bahwa pendidikan memegang peranan kunci dalam penyediaan SDM yang berkualitas, bahkan sangat
menentukan berhasil atau gagalnya pembangunan, sehingga kita dapat mengikuti suatu wacana yang menegaskan: Development stands or falls with the
improvement of human and institutional competence. Secara lebih arif dapat
disimpulkan bahwa pendidikan bermutu menghasilkan SDM bermutu dan merupakan kata kunci dari keberhasilan pembangunan.
Human investment melalui pendidikan bermutu, akan melahirkan SDM
bermutu yang pada akhirnya membawa Indonesia dapat melakukan persaingan dalam konteks kerjasama dengan bangsa-bangsa lain.
Bukti menunjukkan bahwa era krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997, ternyata Malaysia, Singapura, dan Thailand jauh lebih cepat keluar dari krisis
tersebut, sedangkan Indonesia hingga saat ini masih menghadapi krisis yang makin terpuruk, dan malah ditambah dengan krisis-krisis sosial, politik,
disintegrasi, konflik sosial horizontal, yang sifatnya multidimensi.
Hal ini terjadi karena SDM di negara-negara tersebut jauh lebih berkualitas dibandingkan dengan Indonesia. Kita masih ingat bahwa pada tahun 1960
yaitu permulaan kemerdekaan Malaysia, guru-guru MIPA dari Indonesia banyak mengajar di Malaysia, tetapi saat ini telah banyak mahasiswa Indonesia
yang kuliah di Perguruan Tinggi Malaysia pada tingkat sarjana, bahkan Pascasarjana. Ini suatu bukti bahwa pemerintah Malaysia memberikan
perhatian yang serius terhadap pendidikan sebagai Human investment serta menyediakan anggaran yang cukup untuk melaksanakan pendidikan yang
bermutu termasuk perhatian terhadap gaji dan kesejahtaraan tenaga kependidikannya. Bagaimana dengan Indonesia? Apakah pemerintah telah
memberikan perhatian yang serius terhadap pembangunan sektor pendidikan ini? Dan sejauh mana pemerintah telah menunjukkan kemauan politiknya
untuk menjamin kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga mereka dapat berkonsentrasi untuk memberikan pendidikan yang bermutu kepada peserta
didiknya?
85
Secara jujur harus diakui bahwa pada permulaan pemerintahan orde baru, pemerintah telah banyak membangun gedung-gedung sekolah mulai dari
Sekolah Dasar, SLTP, SLTA, sampai Perguruan Tinggi. Akan tetapi sasarannya lebih menekankan pembangunan material, belum mengacu kepada
pembangunan sektor pendidikan yang berorientasi kepada mutu lulusan, apalagi peningkatan kesejahteraanm tenaga kependidikan sebagai unsur
pendidikan yang perlu memperoleh perhatian. Hal ini dimungkinkan karena pada waktu itu pemerintah memperoleh dana yang cukup besar dari hasil
kenaikan harga minyak.
Semua departemen berlomba membangun gedung-gedung yang mewah baik di pusat, Daerah Tingkat I, Daerah Tingkat II, sampai Kecamatan. Dan
malah ada yang mubazir, seperti gudang Dolog pada tingkat kecamatan yang tidak pernah digunakan karena di samping lokasinya tidak tepat juga karena
tidak merespon kebutuhan masyarakat. Banyak gedung SD Inpres tidak mempunyai murid karena dibangun di lokasi yang sudah ada bangunan SD-
nya. Orang-orang daerah sangat bangga melihat Jakarta yang penuh dengan gedung-gedung pencakar langit serta pesatnya pembangunan jembatan layang.
Akan tetapi mereka bertanya mengapa di daerah yang banyak sungainya, jembatan tidak dibangun, sementara di Jakarta yang tidak ada sungainya malah
ada jembatan layangnya. Inilah beberapa kasus-kasus pembangunan, yang menjadikan pembangunan material sebagai prioritas sementara pembangunan
SDM-nya terlupakan.
Perubahan peran pemerintah pusat sebagai pemeran utama dalam peningkatan mutu pendidikan dengan konsep ―segalanya harus dari dan oleh
pemerintah‖ seperti kita alami dalam 55 tahun terakhir ini, kini mulai digeser ke arah konsep ―dari, oleh, dan untuk rakyat‖ dalam wujud tanggung jawab
kolaboratif dan usaha sinergistik dari masyarakat individu, kelompok, dan lembaga swadaya masyarakat, organisasi politik, pemerintah daerah legislatif,
eksekutif, dunia usaha, dan pemerintah pusat. Kata kunci dari tatanan
kolaboratif dan sinergistik itu adalah ―komitmen dan tanggung jawab‖ yang secara konseptual merupakan ciri dari the ethos of democracy.
Dengan etos tersebut, semua unsur yang berkepentingan dengan pendidikan atau yang lebih dikenal dengan stakeholders seyogyanya memiliki
komitmen dan tanggungjawab untuk berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Pemerintah daerah, karena memang merupakan lembaga publik
yang formal, tentu saja perannya sebagai fasilitator pengembangan pendidikan di daerah tidak bisa dipungkiri. Dengan demikian komitmen dan
tanggungjawab semua unsur dapat tumbuh dan berkembang menjadi etos kerja demokratisasi pendidikan.
Selanjutnya akan dibahas isu-isu penting yang berkenaan dengan komitmen dan tanggungjawab daerah dalam pengembangan pendidikan,
antara lain: siapa saja yang menjadi stakeholder pendidikan di daerah, urusan
86
pendidikan apa saja yang kini menjadi tanggung jawab daerah, faktor-faktor apa saja yang memberi kontribusi terhadap mutu pendidikan, bagaimana
menggerakkan potensi daerah untuk pengembangan pendidikan, serta bagaimana menumbuhkan dan mengembangkan komitmen dan tanggung
jawab daerah terhadap mutu pendidikan. Siapa
“Stakeholder” Pendidikan di Daerah?
Yang dimaksud dengan stakeholder adalah orang-orang atau pihak-pihak yang merasa berkepentingan dengan pendidikan. Atas dasar konsep tersebut
maka yang termasuk ke dalam ―stakeholder‖ pendidikan di daerah adalah orang tua murid, keluarga, guru, pimpinan sekolah, masyarakat, dunia kerja,
organisasi politik, lembaga swadaya masyarakat, dan pemerintah daerah. Walaupun masing-masing unsur tersebut memiliki perbedaan dalam peran
dan tanggung jawabnya, ke semua itu terikat oleh aspirasi hasil pendidikan
yang diharapkan, yakni individu yang ―smart and good‖ atau ―cerdas dan baik‖. Orang tua dan keluarga tentu sangat mendambakan hasil pendidikan
anaknya mampu memfasilitasi perbaikan mutu kehidupan anaknya di masa mendatang serta mampu mengangkat harkat dan martabat orang tua dan
keluarganya. Sedangkan masyarakat, dunia kerja, LSM, Organisasi politik, tentu sangat mendambakan hasil pendidikan itu menghasilkan individu yang
mampu memberikan kontribusi yang bermakna sesuai dengan status dan perannya dalam komunitas itu.
Sementara itu pemerintah tentu sangat mengharapkan lulusan pendidikan itu mampu berpikir, bersikap, dan berbuat sebagai warganegara yang cerdas
dan baik, seperti demokratis, taat hukum, toleran, dan beradab, atau bila menjadi pegawai pemerintah mampu menjadi abdi negara yang juga cerdas
dan baik, seperti kreatif, efisien, produktif, jujur, dan bertanggung jawab. Sedangkan lembaga persekolahan tentu saja mendambakan hasil pendidikan
jenjang pendidikan di bawahnya memberi landasan yang kuat untuk kelanjutan pendidikan berikutnya sehingga semakin tinggi pendidikan
semakin tinggi pula mutu lulusannya.
Apa Saja Yang Menjadi Tanggung Jawab Daerah?
Sesuai dengan PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Provinsi sebagai Daerah Otonom, pemerintah pusat antara lain bertanggung
jawab atas penetapan standar kompetensi siswa dan warga belajar, pengaturan kurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional serta pedoman
pelaksanaannya, penetapan standar materi pelajaran pokok, penetapan persyaratan perolehan dan penggunaan gelar akademik, penetapan pedoman
pembiayaan penyelenggaraan pendidikan, penetapan persyaratan penerimaan, perpindahan, sertifikasi siswa dan warga belajar; penetapan kalender
pendidikan dan jumlah belajar efektif; pengaturan dan pengembangan
87
pendidikan tinggi, pendidikan jarak jauh, dan sekolah internasional; dan pembinaan bahasa dan sastra Indonesia.
Sedangkan yang menjadi kewenangan dan tanggung jawab provinsi, antara lain
adalah ―penetapan kebijakan penerimaan siswa dan mahasiswa dari masyarakat minoritas, terbelakang atau tidak mampu; penyediaan bantuan
pengadaan buku pelajaran pokok; penyelenggaraan sekolah luar biasa dan balai pelatihan danatau penataran guru‖. Di luar semua kewenangan dan
tanggung jawab tersebut di atas, seperti penyelenggaraan pembelajaran di sekolah, pengangkatan, pembinaan, dan pemindahan guru, mobilisasi sumber
daya untuk pelaksanaan proses pendidikan, sepenuhnya menjadi kewenangan daerah kabupatenkota.
Dengan kata lain sebagian besar dari unsur-unsur yang mempunyai kaitan langsung dengan peningkatan mutu pendidikan seperti guru, sarana belajar,
proses belajar, sinergi orangtua, sekolah, dan masyarakat, dan iklim serta budaya belajar kini menjadi tanggung jawab sem
ua unsur ―stakeholder‖ pendidikan di daerah.
Apa Yang Memberi Kontribusi TerhadapMutu Pendidikan?
Apakah yang sesungguhnya dimaksudkan dengan mutu pendidikan? Yang dimaksud dengan mutu pendidikan adalah kemampuan lembaga pendidikan
untuk building capacity of students to learn. Oleh karena itu mutu pendidikan seyogyanya dilihat dari instrumental input dan through-put. Yang termasuk
instrumental input adalah guru, kurikulum, bahan belajar, media dan sumber
belajar, prasarana belajar, dan sarana pendukung belajar lainnya. Sedangkan yang termasuk through-put adalah learning experiences yakni
proses yang melibatkan bagaimana siswa melakukan proses interaksi dengan semua instrumental input sehingga potensinya berkembang seoptimal mungkin,
dengan hasil belajar sebagai salah satu indikatornya. Oleh karena itu, dapat diidentifikasi adanya sejumlah unsur yang potensial memberikan kontribusi
terhadap mutu pendidikan, yakni: guru sebagai kurikulum hidup life curriculum
, kurikulum kompetensi yang dikembangkan dan materi pelajaran yang diseleksi dan diorganisasikan, bahan belajar buku pelajaran siswa dan
buku sumber guru, media dan sumber belajar tercetak, terekam, tersiar, elektronik prasarana belajar ruang belajar, meubelair, sarana pendukung
belajar lainnya jaringan sosial sekolah dan lingkungan, dan iklim belajar interaksi edukatif dan sosial-kultural di sekolah dan luar sekolah.