Taba’s inverted model

103

6. Roger’s interpersonal relations model

Model ini dikembangkan oleh ahli psikoterapi Roger dengan menerapkan psikoterapinya agar bimbingan dapat diterapkan dalam bidang pendidikan khususnya dalam pengembangan kurikulum. Ada 4 langkah pengembangan kurikulum model Roger :  Pemilihan target dari sistem pendidikan  Partisipasi guru dalam pengalaman kelompok  Pengembangan pengalaman kelompok untuk satu kelas atau unit pelajaran  Partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompoknya dari segi nilai efisiensi dan efektifitas dalam bisnis.

7. Ralph Tyler model

Tyler dalam Tim Pengembang, 2006:61 menggunakan 4 tahap yang harus dilakukan dalam pengembangan kurikulum, yang meliputi: 1. Menentukan tujuan pendidikan 2. Menentukan proses pembelajaran yang harus dilakukan 3. Menentukan organisasi kurikulum 4. Menentukan evaluasi pembelajaran

8. Miller-Seller model

Model pengembangan kurikulum Miller-Seller merupakan pengembangan kurikulum kombinasi dari model transmisi Gagne dan model transaksi Taba‘s Robinson yang terdiri dari beberapa komponen, yaitu: 1. Klasifikasi Orientasi Kurikulum

2. Pengembangan Tujuan 3. Identifikasi Model Mengajar

4. Implementasi

9. The systematicd action research model

Model ini disusun berdasarkan prosedur action research. Asumsi yang dipergunakannya adalah bahwa perkembangan kurikulum merupakan implementasi dari perkembangan masyarakat. Oleh karena itu kurikulum disusun harus memperhatikan aspirasi masyarakat. Ada 2 langkah prosedur action research : 1. Mengkaji masalah kurikulum, berupa pengumpulan data dan mengidentifikasi masalah yang mempengaruhi kurikulum tersebut, lalu diambil tindakan bagaimana mengatasi masalah tersebut. 2. Implementasi tindakan yang diambil pada langkah pertama, yang diikuti dengan pengumpulan fakta dan data. Pengumpulan di sini dimaksudkan untuk mengadakan evaluasi tindakan, memahami masalah yang dihadapi, mengadakan modifikasi dan menentukan tindakan selanjutnya. 104

BAB IX MODEL PENGELOLAAN SEKOLAH KONTEMPORER

A. Komparasi Model MBS a. Model MBS di Hongkong

Di Hongkong, Manajemen Berbasis Sekolah MBS disebut dengan The School Management Initiative SMI atau Inisiatif Manajemen Sekolah IMS. Diterapkannya MBS di Hongkong karena kondisi pendidikan yang kurang baik sehingga diperlukan perbaikan. Problem pendidikan di Hongkong yang mendorong timbulnya MBS karena struktur dan proses manajemen yang tidak memadai, peran dan tanggung jawab masing-masing pihak kurang dijabarkan secara jelas, kurang memadainya alat pengukuran prestasi, saat itu masih dipentingkan kontrol secara ketat namun kurangnya kerangka kerja tanggung jawab dan akuntabilitas, dan lebih mementingkan kontrol pembiayaan daripada efektivitas pembiayaan. Sistem sekolah terdiri dari tiga sektor yang berbeda yaitu sekolah negeri, sekolah bersubsidi, dan sekolah suasta. Sektor terbesar adalah sekolah bersubsidi. Sektor ini menyediakan 80 tempat, sedangkan sekolah negeri dan suasta masing-masing menyediakan 7 dan 13. Reformasi pendidikan yang pertama dipusatkan pada perluasan sistem, dan peningkatan fasilitas belajar- mengajar. Pada 1991, suatu laporan dari Departemen Pendidikan tentang ‘inisiatif manajemen sekolah IMS, mencatat beberapa problem pendidikan sebagai berikut: a struktur dan proses manajemen tidak memadai; b peran dan tanggungjawab kurang dijabarkan; c tidak adanya atau tidak memadainya pengukuran kinerja; d penekanan lebih pada pengawasan yang terinci, ketimbang pada kerangka tanggungjawab dan akuntabilitas; dan e penekanan lebih pada pengawasan pembiayaan atas aspek-aspek anggaran, ketimbang pada efektifitas pembiayaan dan nilai keuangan. Prinsip-prinsip MBS di Hongkong yang diusulkan adalah: 1 perlunya telaah ulang secara terus-menerus terhadap pembelanjaan anggaran pemerintah, 2 perlunya evaluasi secara sistematis terhadap hasil, definisi yang lebih baik tentang tanggung jawab, 3 hubungan yang erat antara tanggung jawab sumber daya dan tanggung jawab manajemen, 4 perlu adanya organisasi dan kerangka kerja yang sesuai, hubungan yang jelas antara pembuat kebijakan dengan agen-agen pelaksana. Prinsip-prinsip utama MBS di Hongkong menurut Arcaro adalah: 1 telaah ulang review terus menerus terhadap dasar belanja publik; 2 evaluasi sistematis terhadap hasil; penegasan tanggungjawab lebih baik; 3 pertautan lebih erat antara tanggungjawab sumberdaya dan tanggungjawab manajemen; 4 kerangka manajemen dan organisasi yang sesuai; dan 5 hubungan