7
1. Potensi jasmani dan panca indera, dengan mengembangkan sikap hidup sehat, memelihara gizi makanan, olah raga yang teratur, istirahat yang
cukup, dan lingkungan hidup yang bersih; 2. Potensi pikir rasional, dengan mengembangkan kecerdasan suka
membaca, belajar ilmu pengetahuan yang sesuai dengan minat, mengembangkan daya pikir kritis, dan objektif;
3. Potensi perasaan dikembangkan:
Perasaan yang peka dan halus dalam segi moral dan kemanusiaan etika dengan menghaati tata nilai ke-Tuhanan, keagamaan, kemanusiaan,
sosial budaya, dan filsafat;
a. Perasaan etetika dengan mengembangkan minat kesenian dengan berbagai seginya, sastra dan budaya.
4. Potensi karsa atau kemauan yang keras dengan mengembangkan sikap rajin belajarbekerja, ulet, tabah menghadapi segala tantangan, berjiwa
perintis pelopor, suka berpakarsa, termasuk hemat, dan hidup sederhana; 5. Potensi-potensi cipta dengan mengembangkan daya kreasi dan imajinasi
dari segi konsepsi-konsepsi pengetahuan maupun seni budaya sastra, puisi, lukisan, desain, model;
6. Potensi karya, konsepsi dan imajinasi tidak cukup diciptakan sebagai konsepsi, semuanya diharapkan dilaksanakan secara operasional melalui
tindakan, amal, atau karya yang nyata. Misalnya gagasan yang baik tidak cukup dilontarkan, kita berkewajiban merintis penerapannya;
7. Potensi budi nurani, kesadaran ke-Tuhanan dan keagamaan, yakni kesadaran moral yang meningkatkan harkat dan martabat manusia
menjadi manusia yang berbudi luhur, atau insan kamil atau manusia yang takwa menurut konsepsi agama masing-masing.
C. Rekontruksi Ide
Dalam buku republika oleh Plato 427-327 menjelaskan bahwa pendidikan dikonsepsikan sebagai proses penyiapan manusia sebagai warga
pendukung terwujudnya negara ideal.
16
Pendidikan seyogyanyalah menjadi desain percontohan yang berdaya saing. Dalam falsafah kehidupan bernegara
dan berbangsa pada Sila ke satu Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa; Sila ke dua Pancasila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab; Sila ke lima Pancasila
Keadilan sosial bagi seluruh Bangsa Indonesia. Maka pendidikan mempunyai korelasi signifikan dengan falsafah Bangsa dan Negara Indonesia tersebut.
Eksistensi pendidikan terutama adalah mengembangkan manusia didiknya untuk mencapai Ketuhanan Yang Maha Esa-nya dan mencapai Kemanusiaan
Yang Adil dan Beradab-nya. Namun sebagai institusi yang dimiliki
16
Syaeful Sagala. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta, 2009. h. 10
8
masyarakat merupakan bagian juga untuk menerima Keadilan sosial bagi seluruh Bangsa Indonesia, karena sejak zaman penjajahan sampai saat ini
posisi pendidikan Islam selalu berada dalam posisi marginal. Dengan pendidikan, manusia dapat memiliki dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi tanpa menimbulkan kerusakan bagi kehidupan manusia. Pendidikan membawa pengaruh yang sangat besar terhadap
pengembangan hidup setiap individu dan masyarakat melalui peningkatan kemampuan intelektual kemampuan-kemampuan emosi dalam menghadapi
berbagai hal, serta kemampuan-kemampuan motorik dalam menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan individu.
Pendidikan merupakan suatu proses yang tidak bisa dipisahkan dengan manusia yang menjadi subyek dan obyek dari upaya pendidikan itu sendiri,
karena mencakup 3 tiga aspek dasar dalam diri manusia. Pentingnya pendidikan ini bagi masyarakat tergambar dari peranan yang dibawa dalam
kegiatan pendidikan dalam kaitannya dengan perkembangan seseorang.
Pendidikan dinyatakan secara langsung mendorong perubahan kemampuan seseorang, seperti yang dikemukakan oleh Redja Mudyahardjo 1985:70,
bahwa dapat dikatakan pentingnya pendidikan adalah secara langsung mendorong terjadinya perubahan kualitas kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor, selanjutnya peningkatan dalam ketiga macam kawasan tersebut