36
b Sistematisasi pendidikan c
Profilerasi pendidikan d Politisasi pendidikan.
Empat paradigma tersebut merupakan dasar dari pengembangan pendidikan nasional. Oleh karena itu setelah kita analisis dan evaluasi
kebijakan pendidikan dimasa dulu, dan masa sekarang maka kita dapat berpikir, dan berekayasa pengembangan pendidikan dimasa yang akan datang
dengan paradigma baru.
Dengan berdasar pada keempat indikator sistem pendidikan nasional yaitu popularisasi, sistematisasi, profileralisasi dan politisasi pendidikan nasional,
Usulan program pengembangan pendidikan sebagaimana tercantum dalam Tilaar 2000 sebagai berikut :
28
1. Mengembangkan dan
mewujudkan pendidikan
berkualitas menyelenggarakan pendidikan guru dan tenaga kependidikan yang
bermutu terciptanya SDM pendidikan yang profesional dengan penghargaan yang wajar
2. Desentralisasi penyelenggraan pendidikan nasional secara bertahap, mulai tingkat provinsi dengan sekaligus mempersiapkan sarana, SDM, dan dana
yang memadai pada tingkat kabupaten 3. Perampingan birokrasi pendidikan dengan restrukturisasi departemen
pusat agar lebih efisien 4. Menghapus berbagai peraturan perundangan yang menghalangi inovasi
dan ekseperimen. Melaksanakan otonomi lembaga pendidikan 5. Menumbuhkan partisipasi masyarakat, terutama di daerah dalam
kesadarannya terhadap pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk membangun masyarakat Indonesia baru. Suatu wadah masyarakat
diperlukan untuk menampung keterlibatan masyarakat tersebut. 6. Menjalin kerjasama yang erat antara lembaga pelatihan dengan dunia usaha
depolitisasi pendidikan nasional. Komitmen politik dari masyarakat dan pemerintahuntuk membebaskan pendidikan sebagai alat penguasa
meningkatkan harkat profesi pendidikan dengan meningkatkan mutu pendidikan, syarat-syarat serta pemanfaatan tenaga profesional,
disertai dengan meningkatkan renumerasi profesi pendidikan yang memadai secara bertahap.
B. Sistem Pendidikan Nasional
Pembangunan pendidikan ke depan didasarkan pada paradigma membangun manusia Indonesia seutuhnya, yang berfungsi sebagai subjek yang
memiliki kapasitas untuk mengaktualisasikan potensi dan dimensi
28
HAR Tilaar, 2000, Paradigma baru Pendidikan Nasional, Jakarta : Rineka Cipta, 2000, h.77-79
37
kemanusiaan secara optimal. Dimensi kemanusiaan itu mencakup tiga hal paling mendasar, yaitu:
29
1. Afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi
estetis; 2. Kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk
menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi;
3. Psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis.
Pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik, yang memungkinkan ketiga dimensi kemanusiaan
paling elementer di atas dapat berkembang secara optimal. Dengan demikian, pendidikan seyogyanya menjadi wahana strategis bagi upaya mengembangkan
segenap potensi individu, sehingga cita-cita membangun manusia Indonesia seutuhnya dapat tercapai.
30
Selain itu, pembangunan pendidikan nasional juga diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan bagi peserta
didik, yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI.
Dalam hal ini, pemerintah mempunyai kewajiban konstitusional untuk memberi pelayanan pendidikan yang dapat dijangkau oleh seluruh warga
negara. Oleh karena itu, upaya peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang lebih berkualitas merupakan mandat yang harus dilakukan
bangsa Indonesia sesuai dengan tujuan negara Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945
yaitu ― untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan
kesejahteraan umum dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
UUD 1945 mengamanatkan mengenai pentingnya pendidikan bagi seluruh warga negara sebagaimana diatur dalam Pasal 28C Ayat 1 bahwa setiap orang
berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan
dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia, dan Pasal 31 Ayat 1 bahwa setiap warga
negara berhak mendapat pendidikan.
29
Mastuhu. Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam Abad 21. Yogjakarta: Safiria Insania Press. 2003, h. 28