59
memulihkan. Persoalan lingkungan yang dipicu oleh pola konsumsi dalam bentuk pencemaran dan kemacetan lalu lintas diperkotaan akan memicu keberingasan
sosial, sikap yang tidak saling menenggang. Dampak lingkungan dan sosial yang timbul akibat Tempat Pembuangan
Akhir Sampah TPA telah menjadi fenomena umum di kota-kota besar seperti Jakarta Bantargebang, Surabaya Keputih, Sukolilo, Semarang Jatibarang dan
bahkan menjurus menjadi konflik vertikal. Resistensi terhadap TPA oleh penduduk lokal telah menjadi fenomena umum. Dalam konteks pemecahan
persoalan sampah, maka perubahan pola konsumsi merupakan salah satu pendekatan yang harus mulai dilakukan.
2.7.1.3. Keadilan Sosial
Berkaitan dengan keadilan, prinsip keadilan masa kini menunjukkan perlunya pemerataan dalam prinsip pembangunan. Tanpa pemerataan akan
menimbulkan ketimpangan sebagaimana yang terjadi pada pembangunan di era Orde Baru dimana yang menikmati hasil pembangunan hanya sekelompok kecil
masyarakat. Keadilan masa kini juga berdimensi luas termasuk didalamnya pengalokasian sumber daya alam antara daerah dan pusat. Keinginan memisahkan
diri pada daerah-daerah yang kaya sumber daya alam seperti Riau, Aceh, Papua menjadi indikasi adanya perasaan diperlakukan tidak adil atas pengalokasian
sumber daya alam. Sedangkan keadilan masa depan berarti perlunya solidaritas antar generasi.
Hal ini ditunjukkan perlunya pengakuan akan adanya keterbatasan limitations atas sumber daya alam yang harus diatur penggunaanya agar tidak mengorbankan
kepentingan generasi yang akan datang. Komitmen untuk melindungi ekosistem itu sebenarnya harus tertuang dalam prinsip berbangsa dan bernegara yakni pada
UUD 1945. Pasal 33 ayat 3 dari UUD 1945 menyebutkan bahwa bumi air dan kekayaaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pasal ini baru menyiratkan
penggunaan sumber daya alam untuk kesejahteraan masyarakat pro jobs, pro people,
tetapi tidak menyiratkan perlunya dipergunakan secara rasional agar tidak
60
merusak tata lingkungan hidup pro nature. Karena itu amandemen UUD 1945 harus memasukkan klausul perlunya perlindungan terhadap fungsi lingkungan.
2.7.1.4. Penentuan Nasib Sendiri
Penentuan nasib sendiri meliputi prinsip terwujudnya masyarakat mandiri dan partisipatori demokrasi. Masyarakat mandiri self reliant community adalah
masyarakat yang mampu mengambil keputusan sendiri atas hal-hal yang berkaitan dengan nasib dan masa depanya. Hal ini termasuk penentuan alokasi sumber-
sumber daya alam. Sedangkan prinsip partisipatori demokrasi adalah adanya keterbukaan dan transparansi. Dengan memberikan kesempatan bagi masyarakat
untuk mengambil bagian dalam setiap proses pengambilan keputusan yang menyangkut nasib mereka maka masyarakat akan merasa menjadi bagian dari
proses sehingga tumbuh rasa memiliki dan pada giliranya bisa memperoleh manfaat atas perubahan yang terjadi disekitar mereka.
Seperti diketahui, ketidakpuasan pada pemerintah pusat yang diekspresikan dalam bentuk keinginan untuk memisahkan diri, protes dan
demonstrasi dipicu oleh pola pengambilan keputusan yang otokratis, sentralis dan top down.
Ruang untuk dialog yang mempertemukan keinginan masyarakat daerah dengan para pengambil keputusan hampir tidak ada, karena pintu-pintu
demokrasi ditutup. Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan diatas, akan bisa terwujud jika
didukung oleh Pemerintahan yang baik good governance. Governance dikategorikan sebagai baik jika sumbersumber daya dan masalah-masalah publik
dikelola secara efektif, efisien yang merupakan respon terhadap kebutuhan masyarakat. Good governance sebagaimana dirumuskan oleh ICEL 1999 dalam
Sudharto 2010 mempersyaratkan lima hal:
a Lembaga perwakilan yang mampu menjalankan fungsi kontrol dan penyalur
aspirasi masyarakat effective representative system. b
Pengadilan yang mandiri, bersih dan profesional judicial independence.