Metode Penarikan Sampel Teknik Pengambilan Data

319 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015 pengalamannya dengan tuntutan posisi yang didudukinya.

3. Pay for Performance

Menurut Byars et al. 2006 memberikan statement mengenai performance : “ Performance refers to the degree of accomplishment of the tasks that make up an employee’s job”. Pada dasarnya, dalam unsur pay for performance besaran kompensasi yang diberikan perusahaan mengacu pada hasil dari penyelesaian-penyelesaian tugas yang diberikan perusahaan terhadap karyawan. Semakin bagus kinerja karyawan, semakin besar pula nilai kompensasi yang diberikan perusahaan terhadap karyawan tersebut. Point Factor Analysis Method Dalam metode analisis Point Factor dari evaluasi kerja, perusahaan mengidentifikasi faktor- faktor yang dapat dikompensasikan lalu memisahkan menjadi tingkatan-tingkatan. Dalam mengidentifikasi, perusahaan juga harus memberikan bobot terhadap masing-masing faktor, menentukan tingkat kompleksitas untuk tiap faktor dan menentukan angkanya. Hasilnya evaluator menentukan nilai tiap pekerjaan untuk tiap faktor berdasar seberapa besar pengaruh faktor tersebut terhadap pekerjaan. Nilai total pekerjaan ditentukan dengan cara menjumlahkan semua nilai faktor. Prosedur seperti ini, ketika diterapkan kepada semua pekerjaan akan mengasilkan urutan pekerjaan sesuai dengan jumlah angka yang didapat dari pekerjaan tersebut. Pandey, Leelashree 2012 Kerangka Pemikiran Berikut merupakan kerangka pemikiran sebagai landasan pemikiran dalam penelitian ini : Gambar 2. Kerangka Pemikiran METODE PENELITIAN

1. Metode Penarikan Sampel

Penarikan sampel UKM menggunakan teknik non-probability sampling yaitu dengan convenience sampling accidental sampling . Menurut Sugiyono 2004 accidental sampling adalah mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data. Berdasarkan teori tersebut, maka didapati sebanyak tiga UKM komoditi susu di Kota Bogor, yaitu : 1. Kedai Mimicucu 2. D’Jamilah Café Susu 3. Sumur Susu Murni Penarikan sampel untuk pegawai yang bekerja pada tiga UKM tersebut menggunakan teknik probability sampling , yaitu secara sensus. Menurut Sugiyono 2010 sensus adalah Metode penarikanpengambil data dengan jelas mewakilimelibatkan seluruh anggota populasi.

2. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data dilakukan dengan cara interview bebas kepada seluruh pegawai yang bekerja di tiga UKM komoditi susu Kota Bogor. Interview bebas, yaitu pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang dikumpulkan, Sugiyono 2008. 3. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi, Sugiyono 2004 HASIL DAN PEMBAHASAN Karekteristik UKM Masing-masing UKM komoditi susu di Kota Bogor memiliki keunikan dan ciri khas masing- masing. Berikut dapat kita lihat karakteristik setiap UKM komoditi susu dari segi jenis usaha, jumlah tenaga kerja , dan omset usaha setiap bulannya pada tabel 2. UKM komoditas susu di Kota Bogor Permasalahan Kinerja SDM Identifikasi penyebab utama buruknya kinerja SDM di UKM komoditi susu di Kota Bogor Formulasi sistem kompensasi ideal Rekomendasi dan strategi penerapan system kompensasi ideal bagi UKM komoditi susu di Kota Bogor Prinsip kompensasi 3P Perbandingan Metode : a.Metode Berhimpitan b.Metode Tumpang Tindih 320 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015 Tabel 2. Karakteristik UKM komoditi susu di Kota Bogor berdasarkan jenis usaha, jumlah tenaga kerja, dan omset usaha setiap bulan UKM Jenis Usaha JTK Omset Rp Kedai Mimicucu Kecil 7 65.000.000 D’Jamilah Cafe Susu Kecil 8 25.000.000 Warung Sumur Kecil 6 9.000.000 Tabel 2 menjelaskan bahwa dari tiga UKM komoditi susu di Kota Bogor termasuk dalam jenis usaha kecil sesuai dengan definisi usaha kecil menurut BPS dengan jumlah tenaga kerja masing- masing tidak kurang dari 5 lima orang dan tidak lebih dari 19 sembilan belas orang, yaitu Kedai Mimicucu sebanyak 7 tujuh orang, D’Jamilah Café Susu sebanyak 8 delapan orang, dan Warung Sumur sebanyak 6 enam orang. Tabel 2 juga menjelaskan mengenai omset yang diterima masing-masing UKM setiap bulannya, di mana Kedai Mimicucu mendapatkan rata-rata omset tiap bulan paling tinggi dibandingkan dua UKM lainnya, yaitu sebesar Rp65.000.000,00 enam puluh lima juta rupiah. Kemudian omset terbesar kedua diperoleh oleh D’Jamilah Café Susu dengan pendapatan omset kurang lebih Rp25.000.000,00 dua puluh lima juta rupiah dan Warung Sumur memiliki omset rata-rata Rp9.000.000,00 sembilan juta rupiah Jika dilihat dari waktu memulai usaha dan produk utama yang dijual, dapat kita lihat seperti data yang tersaji dalam tabel 3 sebagai berikut : Tabel 3. Data produk utama yang dijual dan waktu memulai usaha pada UKM komoditi susu di Kota Bogor UKM Produk Utama Mulai Usaha Kedai Mimicucu Susu varian rasa 2015 D’Jamilah Café Susu Susu varian rasa 2013 Warung Sumur Susu varian rasa 2012 Bisa kita lihat bahwa dalam tabel 3, ketiga UKM komoditi susu di Kota Bogor memiliki kesamaan, yaitu sama-sama menjual produk utama berupa susu varian rasa. Namun jika dilihat dari waktu memulai usaha, Kedai Mimicucu masih bisa dibilang baru karena memulai usahanya di tahun 2015, tidak seperti D’Jamilah Café Susu dan Warung Sumur yang sudah memulai usahanya 2 dua tahun lebih dulu, yaitu di tahun 2013. Penerapan Konsep 3P dalam Sistem Kompensasi bagi UKM Komoditi Susu di Kota Bogor Konsep 3P dalam system kompensasi arusnya bisa diterapkan oleh pemilik UKM ini, sebagai dasar patokan untuk dapat mengukur nilai kinerja karyawan yang sesuai dengan jumlah besaran nilai upah dan kompensasi yang didapat karyawan, meskipun belum tentu ketiga konsep ini dapat diterapkan secara bersama-sama. Jika menghubungkan teori mengenai 3P dalam kompensasi dengan keadaan pada UKM komoditi susu di Kota Bogor ini, maka terdapat analisis sebagai begrikut : a. Pay for Person : UKM komoditi susu di Kota Bogor umumnya tidak terlalu menjadikan latar belakang kehidupan, latar pendidikan ataupun banyaknya pengalaman kerja seseorang untuk menentukan system penggajian dan besaran kompensasi karena dalam usaha ini lebih membutuhkan kempuan karyawan secara teknis b. Pay for Position : UKM komoditi susu di Kota Bogor biasanya tidak memiliki jenjang level karir yang beragam dengan kemampuan dasar yang berbeda, hanya berkutat pada manager UKM, waiter,cashier, dan chef. Sehingga jabatan dari karyawan akan cenderung tetap dan tidak memunginkan konsep ini diterapkan pada system pemberian upah dan kompensasi pada UKM ini c. Pay for Performance : UKM komoditi susu di Kota Bogor yang cenderung membutuhkan karyawan dengan kemampuan teknis, lebih cocok untuk menggunakan konsep ini sebagai dasar penilaian untuk system penggajian dan kompensasi Analisis Deskriptif Perbaikan Sistem Kompensasi Menurut keputusan Gubernur Jabar Nomor 561Kep.1581-Bangsos2014 tentang UMK di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015, UMK Kota Bogor ditetapkan sebesar Rp 2.658.155. Namun, pada kenyatannya UKM komoditi susu di Kota Bogor belum menerapkan sistem kompensasi yang berbasis UMK Kota Bogor, seperti yang terlihat dari tabel di bawah ini : Tabel 4. Gap actual salary dan UMK Kota Bogor Terlihat dari tabel 4, bahwa terdapat gap yang cukup tinggi antara actual salary dengan UMK Kota Bogor 2015 yang telah ditetapkan. Pemenuhan pemberian upah yang lebih tinggi dari UMK hanya terlihat pada jabatan manager saja, sedangkan pada jabatan lain memiliki nilai pemberian upah yang lebih rendah dibandingkan standar UMK Kota Bogor. 321 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015 Selain terdapat gap negative pada jabatan selain manager, dapat kita lihat bahwa nilai minimal dan maksimal dari tiap grade tidak memiliki standar perhitungan yang jelas, seperti terlihat pada gambar di bawah ini : Gambar 3. Actual Salary UKM Komoditi Susu di Kota Bogor Gambar 3 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata antara karyawan berdasar kemampuan teknis, bakat dan level top management, dimana karyawan dengan technical skill mendapat upah yang sangat rendah sedang level top management jauh diatasnya. Karena fenomena inilah, maka perlu dilakukan penghitungan sistem kompensasi ideal yang tepat untuk UKM komoditi susu di Kota Bogor. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini. Tabel 5 . Salary Mapping UKM Komoditi Susu Kota Bogor Tabel di atas menggunakan UMK Kota Bogor sebagai nilai minimal dari grade terendah sebagai standar dari salary mapping ideal bagi UKM komoditi susu di Kota Bogor. Perhitungan tersebut menggunakan dua metode perhitungan, yaitu metode berhimpitan adhered method dan metode tumpang tindih overlapping method. Dari hasil keduanya, perhitungan menggunakan metode tumpang tindih menghasilkan nilai kompensasi yang lebih rendah, sehingga biaya yang dikeluarkan UKM menjadi lebih efisien. Setelah dilakukan salary mapping , sebaran nilai kompensasi UKM mengalami perbedaan dari sebelumnya seperti pada gambar berikut: Gambar 4. Ideal salary UKM Komoditi Susu di Kota Bogor Pada gambar di atas terlihat bahwa, sebaran nilai kompensasi UKM komoditi susu di Kota Bogor menjadi lebih tertata, karena perhitungan telah menggunakan UMK sebagai standar kompensasi minimum. Strategi Implementasi Sistem Kompensasi Ideal bagi UKM Komoditi Susu di Kota Bogor Sistem penggajian yang diterapkan pada UKM komoditi susu di Kota Bogor selama ini menggunakan perjanjian awal kontrak kerja yang disepakati oleh pemilik usaha dan karyawan, namun ternyata besaran nilai upah dan kompensasinya masih belum bisa dikatakan layak, karena belum memenuhi standar upah minimum kota UMK yang telah ditetapkan pemerintah setempat, seperti yang tercantum dalam UU. No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 89 ayat 1 dan ayat 2, sebagai berikut : 1 Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 ayat 3 huruf a dapat terdiri atas : a. upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupatenkota; b. upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupatenkota. 2 Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diarahkan kepada pencapaian kebutuhan hidup layak Bagi pemilik usaha yang masih belum bisa memenuhi pemberian upah dan kompensasi setidaknya sebesar UMK yang telah ditetapkan pemerintah setempat dapat mengajukan permohonan penangguhan dengan prosedur yang dianjurkan sesuai dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan tahun 2003 pasal 90 ayat 2 dan ayat 3, yaitu : 2 Bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 dapat dilakukan penangguhan. 3 Tata cara penangguhan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 diatur dengan Keputusan Menteri. Jangka waktu untuk permohonan penangguhan yang disetujui adalah selama 12 dua belas bulan, menurut Keputusan Menteri Tenaga 322 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015 Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : KEP. 231 MEN2003 tentang Tata Cara Penangguhan Pelaksanaan Upah Minimum pasal 5. Hal yang diperlukan untuk dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan melalui pemberian upah dan kompensasi adalah peningkatan pendapatan dari usaha itu sendiri yang bisa tercapai dengan adanya produktivitas karyawan yang harus meningkat pula. Pemilik usaha perlu melakukan kontrol kinerja secara berkala dan melakukan pembenahan program yang dijalankan demi tercapainya tujuan ini, seperti misalnya melakukan pemberian insentif berbasis kinerja pada karyawan melalui All Employee are Marketeers dan Employee of The Month untuk bisa memacu peningkatan produktivitas karyawannya. PENUTUP Kesimpulan 1. Konsep kompensasi ideal bagi UKM komoditi susu di Kota Bogor adalah dengan konsep 3P, yakni hanya menerapkan konsep pay for performance 2. Sistem kompensasi yang lebih efektif untuk diterapkan pada UKM komoditi susu di Kota Bogor adalah sistem kompensasi yang menggunakan perhitungan dengan metode tumpang tindih 3. Strategi implementasi sistem kompensasi ideal berdasarkan jumlah tenaga kerja bagi UKM komoditi susu di Kota Bogor adalah dengan melakukan pemberian insentif berbasis kinerja seperti contohnya dengan kegiatan All Employee are Marketeers dan Employee of The Month Saran Saran yang diajukan penulis untuk karya tulis selanjutnya adalah melakukan penelitian pada UKM subsektor lain, dengan metode yang sama. Hal ini bertujuan agar tujuan awal daripada peneliti dapat tercapai dengan lebih sempurna. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih setinggi-tingginya penulis berikan kepada : 1. Tuhan Yang Maha Esa 2. Orang tua 3. Ibu Lindawati Kartika, S.E., M.Si., selaku dosen pembimbing 4. Pemilik UKM Susu Kota Bogor Mimicucu, D’Jamilah Café, Warung Susu Murni 5. Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015, yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk dapat mempresentasikan hasil penelitian ini 6. Pihak-pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang turut membantu terselesaikannya penelitian ini DAFTAR PUSTAKA Deputi Bidang Pembiayaan, Kementerian Negara Koperasi dan UKM. 2009. Optimalisasi Manfaat Asuransi dalam Peningkatan Akses Pembiayaan bagi Usaha Mikro, Menengah, dan Koperasi UMKM-K. Jakarta. Edmiston, Kelly D. 2006. Workers’ Compensation and State Employment Growth [online].http:web.a.ebscohost. comehostdetaildetail?sid=ba56b130-7 462-45be-8bdd99e7b027140840sessio nmgr4001vid=0hid=4206bdata=JnNp dGU9ZWhvc3QtbGl2ZQ3d3ddb=a9h AN=19398065.Diakses 4 April 2015 Fraser, T.M. 1992. Stress dan Kepuasan Kerja, Seri Manajemen No. 14. Pustaka Binaan Pressindo, Jakarta George, D.dan Mallery. 2003. SPSS for Windows steps by steps : A Simple Guide and Reference 11.0 Ivancevich, John M; Hoon, Lee S. 2002, Human Resource Management in Asia, McGraw- Hill Education, NY USA. keputusan Gubernur Jabar Nomor 561Kep.1581- Bangsos2014 tentang UMK di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : KEP. 231 MEN2003 Tentang Tata Cara Penangguhan Pelaksanaan Upah Minimum Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Update. Allyn and Bacon, Boston. Moekijat. 1992. Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen Perusahaan. Bandung: Bandar Maju. Pandey, Jatin ; Leelashree. Mei 2012. A Study on Job Evaluation – Point Factor Analysis In Sme’s. Indian Institute of Management. India Pantja, et al. Maret 2003. Terhadap Kepuasan Kompensasi, Komitmen Organisasi dan Prestasi Kerja. Jurnal Manajemen Kewirausahaan Vol. 5, No. 1. Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra Surabaya, Surabaya Pouliakas, Konstantinos. 2010. Pay Enough, Dont Pay Too Much or Dont Pay at All? The Impact of Bonus Intensity on Job Satisfaction [online]. http:web.a. ebscohost.comehostdetaildetail?sid=7befd d2b-a70e-4a1a-bb4f22f99507c31c 40sessionmgr4001vid=0hid=4206bd ata=JnNpdGU9ZWhvc3QtbGl2ZQ3d3d db=a9hAN=54451458 . Diakses 4 April 2015 323 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015 Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD. Bandung: Alfabeta. Umar, H. 2003. Riset Sumberdaya Manusia dalam Organisasi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 324 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015 Pengolahan Sumber Daya Lokal Menjadi Produk Inovatif : Pengalaman Diseminasi Teknologi Pengolahan Mi Berbasis Jagung Zeamie di Sumenep, Madura Processing Local Resources to be Innovative Products : Experience of Corn-Based Noodles Zeamie Processing Technology Dissemination in Sumenep, Madura Yanu Endar Prasetyo , Enny Solichah, Doddy Andy Daramajana, Rima Kumalasari Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna Pusbang TTG – LIPI, Jl. K.S. Tubun No 5 Subang, Jawa Barat, 41213 Keyword A B S T R A C T small-scale enterprises corn-based noodles zeamie food technology processing sumenep-madura Corn is one of the local commodities that are produced in Indonesia, especially on the island of Madura. Madura peoples had been consuming corn in various menu, especially corn rice nasek empog as a main meal. Rice Corn is a good substitution to reduce dependency of rice on most of Indonesian peoples. Besides Rice made from rice, noodles is a second food most consumed by peoples of Indonesia. Unfortunately, there is no substitution for noodle products based on raw material of the flour. In order to diversify food products and the use of local potential, Development Center for Appropriate Technology has implemented the corn noodles processing technology in Sumenep. This paper tells the story of how the technology dissemination process is executed, technology that is introduced, how the ongoing technology transfer and marketing of its products on field. Retrieval of data obtained through direct participation and observation for a month. The results indicate that corn noodle product appears to be an innovative product icon area that has met the standard of food and health, and have a good consumer acceptance. Womans Group who received processing technology of cor n noodle and also the tools extruders, dryers and packaging tools is capable of running a business in a sustainable manner even after the escape of technical assistance. Kata Kunci S A R I K A R A N G A N industri kecil-menengah mi jagung zeamie proses teknologi pangan sumenep-madura Jagung merupakan salah satu komoditas lokal yang banyak dihasilkan di Indonesia, khususnya di Pulau Madura. Masyarakat Madura mengkonsumsi jagung dalam berbagai bentuk, terutama nasi jagung nasek empog sebagai makanan pokok. Konsumsi Nasi Jagung ini sebagai makanan pokok sangat baik dalam mengurangi ketergantungan masyarakat Indonesia pada beras. Selain Nasi yang terbuat dari beras, mie merupakan makanan nomor dua yang paling banyak dikonsumsi oleh orang Indonesia. Sayangnya, belum ada banyak produk mi yang berbahan baku utama non terigu. Dalam rangka diversifikasi produk pangan dan dengan pemanfaatan potensi lokal, Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna – LIPI telah melakukan implementasi teknologi proses pengolahan mi berbasis jagung di Kabupaten Sumenep. Makalah ini menceritakan tentang bagaimana proses diseminasi teknologi, tekologi apa saja yang diintroduksikan, bagaimana proses alih teknologi berlangsung dan pemasaran produk. Pengambilan data diperoleh melalui partisipasi dan pengamatan secara langsung selama satu bulan. Hasilnya menunjukkan bahwa produk mi jagung muncul menjadi produk inovatif ikon daerah yang telah memenuhi standar pangan dan kesehatan serta memiliki tingkat penerimaan konsumen yang baik. Kelompok perempuan yang menerima teknologi proses pengolahan mi jagung serta teknologi peralatan alat pencetak mi, alat pengering dan alat pengemas ini mampu menjalankan usaha secara berkelanjutan bahkan setelah lepas dari pendampingan teknis. © Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015  Corresponding author. E-mail address: yanu002lipi.go.id 325 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015 PENDAHULUAN Mie merupakan salah satu jenis makanan yang sangat populer di Indonesia. Menurut data dari World Instant Noodles Association WINA per 13 Mei 2015, penduduk Indonesia merupakan konsumen mie instan terbesar kedua setelah China dengan total konsumsi 13,43 Milyar bungkus. Hal ini disebabkan karena mie sangat mudah dan praktis untuk dikonsumsi. Sayangnya, bahan baku utama pembuatan mie pada umumnya adalah biji gandum yang untuk memperolehnya harus di impor dari luar negeri. Gambar 1. Data Impor Gandum Indonesia APTINDO, 2014 Tingginya tingkat konsumsi dan ketergantungan masyarakat Indonesia akan produk mie telah mendorong para ahli dan peneliti untuk mencari bahan baku alternatif pembuatan mie. Untuk kepentingan ketahanan pangan nasional, bahan baku alternatif tersebut diharapkan dapat dihasilkan oleh negara kita sendiri dengan memanfaatkan sumber daya alam lokal. Salah satu bahan baku alternatif pembuatan mie yang telah banyak diteliti dan dikaji adalah jagung. Jagung merupakan salah satu komoditas unggulan nasional yang produksinya diharapkan meningkat setiap tahun. Berdasarkan Angka Ramalan ARAM II 2014 yang dilansir oleh BPS, produksi jagung diperkirakan sebanyak 19,13 juta ton pipilan kering atau mengalami kenaikan sebanyak 0,62 juta ton 3,33 persen dibandingkan tahun lalu. Kenaikan produksi diperkirakan terjadi karena kenaikan luas panen seluas 58,72.000 hektare 1,54 persen dan kenaikan produktivitas sebesar 0,85 kuintal per hektare 1,75 persen. Kenaikan produksi jagung diperkirakan terjadi di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa masing-masing sebanyak 0,06 juta ton dan 0,56 juta ton. Jagung merupakan potensi lokal yang penting untuk dikembangkan menjadi produk-produk baru yang menunjang ketahanan pangan nasional Sholichah, dkk 2013., Haryanto, dkk : 2014. Jagung memiliki keunggulan sebagai pangan fungsional dengan kandungan serat pangan, unsur Fe dan beta-karoten pro vitamin A yang tinggi Suarni, 2001 Selama ini, jagung memang sudah banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti untuk bahan pembuatan pakan. Namun demikian, diharapkan pula ada pemanfaatan lainnya untuk olahan pangan. Sejak tahun 2011, Pusbang TTG LIPI juga telah melakukan penelitian proses produksi mie jagung instan menggunakan 90 persen tepung jagung. Produk mie jagung instan yang dihasilkan memiliki kelebihan nilai gizinya dibandingkan mie gandum. Mie dari jagung mengandung beta karoten sebagai pewarna alami, rendah indek glisemik, serta tidak mengandung gluten. Sehingga mie jagung dapat dimanfaatkan sebagai pangan sehat healthy food . Setelah penelitian dan pengembangan yang dilakukan tentang proses produksi mie jagung dari tahun 2011, maka hasil-hasil penelitian tersebut harus dapat dimanfaatkan lebih lanjut oleh masyarakat. Oleh karena itu, pada tahun 2014, Pusbang TTG LIPI melakukan proses diseminasi berupa alih teknologi di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Alih teknologi tersebut didasarkan atas kerja sama Pusbang TTG LIPI dengan Bappeda Kabupaten Sumenep yang tertuang dalam naskah MoU nomor No 1410IPT.6KS.02XII2013 tentang pengkajian dan pengembangan serta implementasi komoditas unggulan kabupaten Sumenep melalui teknologi tepat guna, dan dilengkapo dengan perjanjian kerja sama nomor 02726.1435.2022014 dan 533IPT.6KS.02III2014. Di sisi lain, secara tradisi, masyarakat Madura telah turun-temurun mengkonsumsi jagung dalam berbagai bentuk, terutama nasi jagung nasek empog sebagai makanan pokok. Jagung juga menjadi komoditas favorit petani sumenep karena selain sebagai bahan substitusi beras juga digunakan untuk bahan pakan ternak Arifin, dkk : 2010:98. Secara kebijakan, pemerintah Kabupaten Sumenep memiliki komitmen terhadap produksi jagung dan pengembangan produk berbasis jagung yang cukup tinggi. Menurut data BPS tahun 2013, Sumenep adalah sentra penghasil jagung di Jawa Timur dengan luas area tanam sekitar 144.175 hektar, luas panen 142,126 hektar, produktivitas lahan 3,05 tonhektar, dan produksi tahun 2012 mencapai 4.329 ton jagung pipilan kering.. 326 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015 Gambar 2. Peta Lokasi Kegiatan Diseminasi Teknologi Pembuatan Mie Jagung di Kabupaten Sumenep Lokasi implementasi teknologi proses pembuatan mie berbasis jagung adalah di desa Kebun Dadap Barat, Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep dengan sasaran pengguna teknologi adalah Kelompok Wanita Tani KWT. Bunga Anggrek. Melalui implementasi teknologi pembuatan mi jagung ini diperoleh banyak sekali pengalaman dan pembelajaran terutama dalam proses diseminasi dan pengenalan produk baru yang belum pernah ada sebelumnya di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. KERANGKA TEORIKERANGKA KONSEP Diseminasi atau penyebaran teknologi ke dalam suatu sistem sosial memerlukan perencanaan menyeluruh terkait tentang teknologi yang akan disampaikan. Hal ini disebabkan diseminasi merupakan kesengajaan untuk mengintroduksikan teknologi ke dalam sistem sosial dengan tujuan- tujuan dan target waktu tertentu Erlina dkk, 2010:11. Menurut Mizar dkk. 2008 keberhasilan penerapan teknologi pada pengguna terutama industri kecil dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, faktor teknis, ekonomi, sosial, lingkungan dan kelembagaan. Usaha untuk mempercepat implementasi produk mie jagung kepada masyarakat diperlukan kajian lebih lanjut, terutama tentang bagaimana inovasi dan proses alih teknologi itu berlangsung? Faktor teknologi, faktor individual karakteristik pengusaha, faktor daya dukung organisasi, dan faktor lingkungan situasional dapat menjadi faktor pendukung maupun faktor penghambat adopsi teknologi pada pengusaha Suherti, dkk, 2010. METODE PENELITIAN Kajian ini mendeskripsikan bagaimana inovasi teknologi proses pengolahan jagung sebagai bahan pangan lokal menjadi produk mie yang dilaksanakan dalam sebuah rangkaian research and development RD selama 3 tahun 2011-2013 di laboratorium dan 1 tahun 2014 proses diseminasi atau alih teknologi kepada UMKM di lokasi kegiatan Sumenep. Pengambilan data primer, sekunder dan informasi lainnya untuk paper ini diperoleh melalui partisipasi penulis, wawancara mendalam dan pengamatan secara langsung selama satu bulan di lokasi penelitian. Data sekunder diperoleh dari publikasi-publikasi sebelumnya terkait pengembangan produk mie berbasis jagung di Pusbang TTG LIPI. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan penelitian dan pengembangan Mi Berbasis Jagung ini dimulai pada tahun 2011 sampai 2014 dengan berbagai inovasi teknologi proses dan peralatan sebelum produk akhir diperoleh dan didiseminasikan kepada pengguna manfaat. Berikut ini adalah uraian inovasi dan hasil yang diperoleh selama proses research and development RD :

1. Inovasi Produk Proses Formulasi