33-46. 319-324 1242- k7KqcIv6saiH8Ifu prosiding forum iptekin 2015
113
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015
term
sebagaimana yang telah disinyalir oleh Kelliher
et al
., 2009, dan ini terjadi pula pada usaha responden.
Temuan riset Anderson
et al
., 2011 memperlihatkan
orientasi kewirausahaan
berhubungan positif ke pertumbuhan perusahaan kecil dan menengah yang belum lama beroperasi
daripada yang sudah lama beroperasi. Temuan Anderson
et al
., 2011 mendukung temuan sebelumnya dari Runyan
et al
., 2008 yang menyatakan orientasi kewirausahaan perusahaan
kecil yang berusia di atas 11 tahun bukan sebagai prediktor yang signifikan pada kinerja perusahaan
dan sebaliknya orientasi kewirausahaan menjadi prediktor yang signifikan pada kinerja perusahaan
yang berusia di bawah 11 tahun. Apabila temuan Anderson
et al
., 2011 dan Runyan
et al
., 2008 dikaitkan dengan studi penulis, diketahui 64 usaha
responden beroperasi lebih dari 11 tahun dan hanya 36 beroperasi kurang dari 11 tahun.
Temuan studi Frank
et al
., 2010 memperlihatkan orientasi kewirausahaan tidak
memberi kontribusi yang berarti pada kinerja usaha dalam keadaan lingkungan stabil dan akses tinggi ke
modal dan atau lingkungan dinamis dan akses rendah ke modal finansial. Apabila temuan Frank
et al
., 2010 dihubungkan ke studi penulis, diperoleh fakta
lingkungan usaha
responden diwarnai
persaingan yang rendah dan akses modal ke dunia perbankan tinggi. Pasar usaha responden adalah
pasar “kemitraan dan kekerabatan” yang telah terbangun,
disisi lain,
sangat sedikit
yang memanfaatkan dana pinjaman dari pihak perbankan
karena faktor sistem nilai atau budaya responden. Ini juga selaras dengan temuan Chaston 2008.
Temuan Chaston menunjukkan orientasi kewirausahaan belum memberi kontribusi pada
kinerja usaha kecil seni dan kraf di Inggris sebab tujuan perusahaan tersebut didorong terutama oleh
keberhasilan memperoleh dana bukan pada kinerja usaha. Jelas disini orientasi perusahaan adalah
jangka pendek bukan orientasi jangka panjang yang lajimnya
menjadi karakteristik
orientasi kewirausahaan dengan tujuan utama ekspansi usaha.
Inovasi responden yang diekspresikan oleh adanya
produk baru
dengan memanfaatkan
tumbuhan mengkudu maupun tumbuhan lainnya sebagai zat pewarna belum mampu mendongkrak
kinerja usaha lebih baik lagi, terlebih untuk ekspansi. Ini sejalan dengan temuan Cillo
et al
., 2012, dan Wright
et al
., 2005. Studi Cillo
et al
., 20
12 pada 143 perusahaan “fashion” di Itali. Kinerja usaha dalam studi Cillo dan koleganya
diukur dari sisi kinerja berdasarkan subyektif perusahaan, dan kinerja obyektif yang dilihat dari
return on sales
ROS, dan
return on investment
ROI. Pada kinerja subyektif perusahaan, produk baru memberi kontribusi namun pada konteks
kinerja obyektif, tidak. Studi Wright
et al
., 2005 yang dilakukan pada 178 perusahaan di Indianapolis
AS, menunjukkan produk baru atau layanan tidak berhubungan dengan kinerja keuangan perusahaan
dalam konteks lingkungan yang bersahabat,
sebaliknya, terdapat hubungan positif antara produk baru atau layanan ke kinerja usaha dalam konteks
lingkungan yang
sangat kompetitif.
Usaha responden berada dalam lingkungan yang relatif
bersahabat. Pemasaran produk lebih banyak diwarnai oleh hubungan kemitraan atau sistem
order. Kalaupun ada produk baru yang dijual di
pasar, inipun adalah “produksi lebih” dari sistem order yang diterima dan jumlahnya sangat sedikit.
PENUTUP
Sumber daya organisasi yang nirwujud seperti kapabilitas atau keterampilan membatik memberi
sumbangsih yang berarti bagi kemajuan usaha responden. Ketersediaan yang cukup atas sumber
daya alam nabati seperti buah mengkudu maupun tanaman lain yang tersebar di Pulau Madura, yang
digunakan sebagai zat pewarna telah menjadikan batik Madura mudah dikenali oleh masyarakat.
Walaupun responden belum bisa disebut sebagai wirausahawan
sejati karena
orientasi kewirausahaannya belum kuat, produk baru pun
sebatas
incremental
, apa yang ada sekarang ini, tetaplah berarti, walau kemajuan usaha dirasa
lamban. Saran
untuk mendongkrak
orientasi kewirausahaaan dan produk baru yang dapat
memberi kontribusi lebih berarti lagi ialah perlu adanya program pelatihan peningkatan kapasitas
kewirausahaan dan
orientasi kewirausahaan
responden secara berkelanjutan oleh dinas-dinas pemerintah daerah yang bertanggung jawab pada
pengembangan usaha mikro. Tujuannya, agar mereka tumbuh menjadi wirausahawan sejati
dengan memanfaatkan semua sumber daya alam yang ada selain mengkudu di Pulau Madura.
DAFTAR PUSTAKA
Amit, Raphael, Schoemaker, Paul, J.H., 1993, Strategic Assets and Organizational Rent,
Strategic Management Journal