F3 pupuk kandang +ampas sagu+ F4 ampas sagu+

428 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015 gulma. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji berbagai formula herbisida berasal dari bahan organik dalam menekan pertumbuhan gulma KERANGKA TEORIKERANGKA KONSEP Pertimbangan utama pemilihan herbisida adalah kandungan bahan aktif untuk membunuh gulma yang tumbuh di areal pertanaman, daya berantas kemempanan. Daya berantas kemempanan tergantung kemampuannya dalam menekan populasi dan pertumbuhan tanaman penutup tanah dan gulma. Gulma diakui oleh masyarakat umum secara nyata mempengaruhi kesehatan manusia baikmelalui reaksi alergi, iritasi kulit, cedera mekanik atau keracunan internal Ziska 2001. Salah satu herbisida yang paling banyak diperdagangkan di dunia adalah glifosat Vivancos 2011, karena spektrumnya yang luas dan toksisitasnya rendah Duke dan Powles 2008. Dalam rangka untuk menjaga kesehatan lingkungan perlu dicari jenis herbisida yang mampu menekan perkembangan gulma dan aman lingkungan. Pengunaan herbisida organik merupakan salah satu cara yang aman untuk pengendalian gulma tersebut. Berbagai bahan organik dan tanaman liar berpotensi digunakan sebagai pupuk organik yang sekaligus mampu berperan sebagai herbisida organik. Limbah pertanian yang memiliki potensi cukup besar untuk pengendalian gulma adalah ampas sagu, dan gulma tanaman liar Ageratum conyzoides var hirtum Lam dan Tithonia diversifolia Hamsley A. Gray dikarenakan adanya kandungan fenol. Menurut Bintoro et al. 2008 ampas sagu mengandung senyawa fenol sebesar 72.67 pp m, Ageratum conyzoides var hirtum Lam 322,07 ppm, T. diversifolia Hamsley A. Gray 308,85 ppm. Senyawa fenol merupakan salah satu bahan aktif untuk mengendalikan gulma. Fenol dan derivatnya merupakan senyawa kimia yang ba-nyak dimanfaatkan sebagai insektisida, herbisida dan fungisida. Sebagai herbi-sida, fenol sangat tinggi toksisitasnya, bersifat non selektif dan bekerja secara efektif yang sebagian besar bersifat kontak Oudejans 1991. Penggunaan tanaman liar utntuk herbisida organik perlu dilakukan pengomposan, dengan pengomposan dapat mematikan benih gulma sehingga gulma tidak menyebar ke tempat lain apabila kompos digunakan. Keuntungan lain dengan menggunakan herbisida organik dari hasil pengomposan bahan organik adalah dapat memperbaiki kesuburan tanah, karena selain dapat menekan gulma juga dapat menambah ketersediaan hara. Kompos meningkatkan kandungan humus tanah Giusquiani et al .1995; Qusèdraogo et al . 2001; Leifeld et al . 2002, jumlah, mutu, dan dinamika kandungan bahan organik tanah Lal, 2000. METODE PENELITIAN Pengujian efektivitas herbisida organik dilakukan dengan memformulasi bahan organik pupuk kandang, ampas sagu, A.conyzoides var hirtum Lam dan T. diversifolia Hamsley A. Gray . ROUNDUP486 SL digunakan sebagai pembanding, karena herbisida tersebut mempunyai spectrum yang luas, artinya dapat untuk membunuh gulma daun sempit maupun daun lebar dan teki- tekian. Pengujian efektivitas herbisida organik dilakukan di rumah kaca Cikabayan IPB, rancangan percbaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok 4 ulangan. Formula herbisida organik yang dicobakan sebagai berikut : 1. F1 pupuk kandang+ampas sagu+ A.conyzoides var hirtum Lam 2. F2 pupuk kandang+ampas sagu+ T.diversifolia Hamsley A.Gray 3. F3 pupuk kandang +ampas sagu+ A.conyzoides var hirtum Lam+ Tithonia 4. F4 ampas sagu+ A.conyzoides var hirtum Lam+ T. diversifolia Hamsley A.Gray 5. F5 Pupuk kandang 6. Kontrol tanpa mulsa 7. Herbisida sintetik Formula bahan organik di atas komposisi vv 1 : 1 dikomposkan terlebih dahulu pada kotak- kotak pengomposan, waktu pengomposan yang digunakan adalah 3 minggu. Polibag yang sudah diisi tanah kering sebanyak 5 kgpolibag selanjutnya dibasahi lebih dahulu dengan air hingga mencapai kapasitas lapang. Selanjutnya Kompos yang dihasilkan di aplikasikan di permukaan tanah dengan dosis 5 tha. Pengamatan dilakukan terhadap bobot segar gulma, jumlah gulma yang tumbuh pada tiap-tiap pot percobaan dan efektivitas formula herbisida organik dalam membunuh gulma dibandingkan dengan pupuk kandang maupun herbisida sintetik RoundUp . HASIL DAN PEMBAHASAN Herbisida organik yang akan digunakan terdiri atas formula limbah organik yang sebelumnya melalui proses pengomposan, untuk mengetahui efektivitas herbisida organik yang diperoleh dibandingkan dengan herbisida komersialsintetik yaitu dengan menggunakan Round Up disajikan pada Tabel 1. Aplikasi formula herbisida sintetik secara nyata menurunkan bobot segar gulma dibandingkan control tanpa herbisida organik, namun demikian antar perlakuan formula 429 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015 herbisida organik tidak menunjukkan perbedaan nyata. Perlakuan tanpa herbisida menunjukkan bobot segar gulma sebesar 104,8 gpot, sedangkan dengan perlakuan herbisida organik dihasilkan bobot segar gulma antara 33,01 – 53,05 gpot. Bobot segar gulma paling rendah pada perlakuan herbisida sintetik Round Up diikuti perlakuan formula F2 Pukan+AS+Tith. Tabel 1. . Bobot segar gulma No. Perlakuan Bobot segar gulma …gpot… 1. F1 Pukan+AS+Agr 40.36 b 2. F2 Pukan+AS+Tith 33.01 b 3. F3 Pukan+AS+Agr+Tith 62.49 b 4. F4 AS+Agr+Tith 44.17 b 5. F5 Pupuk kandang 53.05 b 6. Kontrol tanpa herbisida 104.18 c 7. Herbisida sintetik Round Up 0 a Keterangan : pukan pupuk kandang, AS ampas sagu, Agr Ageratum conyzoides var hirtum Lam, Tith Tithonia diversifolia Hamsley A. Gray Efektivitas formula herbisida organik yang menunjukkan peningkatan efektivitas penghambatan terhadap gulma dibandingkan dengan aplikasi mulsa pupuk kandang saja adalah formula F1 Pukan+AS+Agr, F2 Pukan+AS+Tith, dan F4 AS+Agr+Tith. Tabel 2, formula F2 Pukan+AS+Tith menunjukkan keefektivan formula herbisida organik yang paling tinggi setelah formula herbisida sintetik RoundUP. Persentase penghambatan gulma oleh formula F2 Pukan+AS+Tith adalah 71.17 dan tidak menunjukkan perbedaan nyata dibandingkan perlakuan dengan herbisida RoundUp. Pada F3 pupuk kandang + ampas sagu+ A.conyzoides var hirtum Lam+ T. diversifolia Hamsley A. Gray, dibandingkan dengan F4 ampas sagu + A.conyzoides var hirtum Lam+ T. diversifolia Hamsley A. Gray menunjukkan bahwa tanpa adanya campuran pupuk kandang pada formula F3 Pukan+AS+Agr+Tith efektivitas herbisida menurun hingga sebesar sebesar 41,69. Eektivitas herbisida organik pada formula F1 Pukan+AS+Agr dan F2 Pukan+AS+Tith masing-masing sebesar 63,82 dan 71,17. Tabel 2. Efektivitas herbisida organik dalam menekan gulma No. Perlakuan Efektivitas herbisida … … 1. F1 Pukan+AS+Agr 63,82 b 2. F2 Pukan+AS+Tith 71,17 bc 3. F3 Pukan+AS+Agr+Tith 41,69 b 4. F4 AS+Agr+Tith 60,01 b 5. F5 Pupuk kandang 51,13 b 6. Kontrol tanpa herisida 0.0 a 7. Herbisida sintetik Round Up 100,0 c Keterangan : pukan pupuk kandang, AS ampas sagu, Agr Ageratum conyzoides var hirtum Lam, Tith Tithonia diversifolia Hamsley A. Gray Adanya tambahan bahan organik penghasil fenol pada perlakuan pupuk kandang + ampas sagu+ A.conyzoides var hirtum Lam+ T. diversifolia Hamsley A. Gray, efektivitas herbisida organik menurun sebesar 18,32. Meskipun efektivitas herbisida organik belum setinggi penggunaan herbisida kimia, yaitu baru mencapai 71,17 namun penggunaan dalam jangka panjang lebih ramah lingkungan. Keuntungan lain dengan menggunakan herbisida organik dari hasil pengompoan bahan organik adalah dapat memperbaiki kesuburan tanah, karena selain dapat menekan gulma juga dapat menambah ketersediaan hara. Kompos meningkatkan kandungan humus tanah Giusquiani et al .1995; Qusèdraogo et al . 2001; Leifeld et al . 2002, jumlah, mutu, dan dinamika kandungan bahan organik tanah Lal, 2000. Menurut Piccolo 2002 tanah mineral terdiri dari bahan humat 70 hingga 80 dari kandungan bahan organik tanah. Pada perlakuan kontrol tanpa herbisida menunjukkan jumlah gulma lebih sedikit dibandingkan perlakuan herbisida organik. Rendah, jumlah gulma daun sempit 5 individu per pot, sedangkan jumlah gulma daun lebar sebesar 1,25 individupot Tabel 3, namun meskipun jumlah gulma relatif rendah naun menunjukkan bobot segar tinggi 104,18 gpot. Hal ini dikarenakan pertumbuhan gulma lebih subur dibandingkan dengan perlakuan lainnya Gambar 1. Pada perlakuan F1 Pukan+AS+Agr dan F2 Pukan+AS+Tith menunjukkan jumlah gulma baik gulma daun sempit maupun daun lebar sama, relative sama. Namun bobot segar gulma perlakuan 430 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015 F2 Pukan+AS+Tith menunjukkan bobot segar gulma lebih rendah dibaningkan formula F1 Pukan+AS+Agr Tabel 3. Jumlah individu gulma yang tumbuh setelah aplikasi herbisida organik No. Perlakuan Daun sempit Daun lebar …..individupot… 1. F1 Pukan+AS+Agr 3,25 c 3,50 b 2. F2 Pukan+AS+Tith 3,25 c 3,50 b 3. F3 Pukan+AS+Agr+Tith 4,25 c 6,25 c 4. F4 AS+Agr+Tith 2,5 b 6,50 c 5. F5 Pupuk kandang 1,25 ab 3,75 b 6. Kontrol tanpa herisida 5 d 1,25 a 7. Herbisida sintetik Round Up 0 a 0 a Keterangan : pukan pupuk kandang, AS ampas sagu, Agr Ageratum conyzoides var hirtum Lam, Tith Tithonia diversifolia Hamsley A. Gray RoundUP Formula F2 Tanpa herbisida Gambar 1. Pengaruh perlakuan herbisida terhadap pertumbuhan gulma pra tumbuh PENUTUP Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas herbisida organik tertinggi adalah F2 pupuk kandang + ampas sagu + T. diversifolia Hamsley A.Gray dapat menekan pertumbuhan gulma sebesar 71.17, sedangkan F1 pupuk kandang+ampas sagu+ A.conyzoides var hirtum Lam sebesar 63,82 dibandingkan dengan herbisida Round Up. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Zulhisnain dan Bapak Sutrasman Balittro, Pak Milin, pak Ganda, dan bu Maryati dari KP. Cikabayan IPB, dan semua pihak yang telah membantu sehingga pelaksanaan penelitian tersebut dapat berjalan dengan lancar. DAFTAR PUSTAKA Penulisan Daftar Pustaka bibliography dan Kutipan citation dengan Gaya style APA American Psychological Association. Strunk, W., Jr., White, E. B. 1979. The elements of style 3rd ed.. New York: Macmillan. Cohen, J. 1977. Manual labor and dream analysis Rev. ed.. New York: Paradise Press. American Psychiatric Association. 1994. Diagnostic and statistical manual of mental disorders 4th Ed.. Washington, DC: Author. Peele, S. 1981. Reductionism in the psychology of the eighties: Can biochemistry eliminate addiction, mental illness, and pain? American Psychologist, 36, 807-818. Schraw, G., Graham, T. 1997. Helping gifted students develop metacognitive awareness. Roeper Review, 20, 4-8. Retrieved November 4, 1998, from Expanded Academic ASAP database American Psychological Association. n.d. APAStyle.org: Electronic references. Retrieved August 31, 2001, from http:www.apa.orgjournalswebref.html Arbor, C.F. 1995. Early intervention strategies for adolescents. Unpublished doctoral dissertation, University of Massachusetts at Amherst. 431 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015 Formula Pupuk Organik Untuk Meningkatkan Persentase Tumbuh Pembibitan Lada Piper nigrum L Organic Fertilizer Formula To Increase The Percentage Of Pepper Seedlings Growth Piper nigrum L Jati Purwani 1 , Dyah Manohara 2 , M.H. Bintoro 3 1 Balai Penelitian Tanah,Jln Tentara Pelajar No. 12, Bogor, Kode Pos 16114 2 Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Jln, Tentara Pelajar N0, 3, Bogor , Kode Pos. 16111 3 Institut Pertanian Bogor. Jln. Raya Dramaga . 16680 Keyword A B S T R A C T organic fertilizer biological agent pepper seedlings growth percentage Pepper as a source of devisa, provider of employment and industrial raw materials of food, medicine and cosmetics, around 80 for exports. But in its development constrained by stem rot disease SRT pathogen. To prevent of SRT needs to be done since in the nursery, to obtain healthy pepper seedlings, using of organic materials and biological agents are needed to improve fertility and disease prevention. The aim of research to determine the appropriate formula and growth media can increase of the percentage of pepper seedlings growth by using cutting with one nodes. Growth media by using soil : organic fertilizer formula cow manure+ Trichoderma sp + decomposer bacteria with composition of soil and organic fertilizer 1: 1, and growth media by composition of soil : organic fertilizer cow manure by 1 : 2 ratio 1: 2 showed the highest percentage growth of pepper seedlings as much as 63.33. The highest of plant height and number of leaves by soil : organic fertilizer were 1:1 by using Formula 3 cow manure+ sago waste+ A. conyzoides+ T. diversifolia+ Trichoderma sp+ Bacteria . The use of cow manure by using Trichoderma and decomposer bacteria composting can save the use of organic fertilizer of cow manure for pepper seedlings nursery. Kata Kunci S A R I K A R A N G A N pupuk organik agen hayati bibit lada persentase tumbuh Lada berperan sebagai sumber penghasil devisa, penyedia lapangan kerja serta bahan baku industri makanan, obat-obatan dan kosmetika sekitar 80 dari total untuk ekspor. Namun dalam pengembangannya terkendala oleh patogen penyakit busuk pangkal batang BPB baik sejak di pembibitan maupun lapangan. Untuk meperole bibit lada yang sehat mencegah perkembangan BPB perlu dilakukan sejak di pembibitan, maka penggunaan bahan organik dan agen hayati diperlukan untuk meningkatkan kesuburan dan pencegahan penyakit. Tujuan penelitian untuk mengetahui formula media tanam yang sesuai dalam meningkatkan persentase tumbuh bibit lada dengan setek satu ruas. Perlakuan formula pupuk organik Pukan sapi+ Trichoderma sp+bakteri dan tanah dengan perbandingan tanah dan pupuk organik 1:1, dan formula pupuk organik pupuk kandang sapi, dengan komposisi tanah dan pupuk kandang sapi sebesar 1:2 menunjukkan persentase pertumbuhan bibit lada tertinggi yaitu sebesar 63.33.Tinggi tanaman dan jumlah daun tertinggi pada komposisi tanah : pupuk organik 1:1 dengan menggunakan pupuk organik Formula 3 Pukan+ampas sagu + A.conyzoides + T.diversifolia + Trichoderma sp+Bakteri . Penggunaan kompos pupuk kandang sapi dengan menggunakan Trichoderma sp dan bakteri dapat menghemat penggunaan pupuk kandang sapi untuk pembibitan lada. © Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015  Corresponding author. E-mail address: jati_purwani6243yahoo.com 432 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015 PENDAHULUAN Lada Piper nigrum L merupakan salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia, karena tanaman tersebut berperan dalam perekonomian nasional sebagai sumber penghasil devisa, penyedia lapangan kerja serta bahan baku industri makanan, obat-obatan dan kosmetika. Lada yang dihasilkan petani Indonesia sekitar 80 dari total diperuntukkan untuk ekspor. Dalam usaha pengembangan tanaman, salah satu kendala dalam pengembangan lada adalah adanya penyakit busuk pangkal batang BPB yang disebabkan adanya serangan Phytophtora capsici. Untuk itu ketahanan tanaman terhadap penyakit tersebut merupakan salah satu kunci keberhasilan pertanaman lada. Bibit yang unggul dan berkualitas baik merupakan salah satu faktor untuk keberhasilan pertanaman lada di lapangan, namun hal ini perlu didukung juga oleh penguasaan dan penerapan teknik budidaya yang tepat untuk mendapatkan hasil yang secara kuantitas dan kualitas dapat dipertanggungjawabkan Lawani, 1995. Salah satu alternatif untuk dalam usaha memacu peningkatan produktivitas lada adalah dengan mengembangkan lada perdu. Lada perdu merupakan tanaman yang dihasilkan dari perbanyakan vegetatif dengan mengunakan setek yang berasal dari cabang buah, dan akan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan lada biasa yaitu yang ditanam dengan cabang vegetatif. Penanaman lada perdu perlu dkembangkan secara luas,hal ini disebabkan karena adanya berbagai kendala, terutama dalam ha1 penyediaan bibit. Tanaman lada dapat ditanam langsung secara vegetatif, namun diperlukan bahan tanaman berupa batang yang dengan ruas sebanyak 7-9 ruas, tentu hal ini dapat merupakan kendala dalam meningkatkan jumlah tanaman dalam usaha mencapai produkai lada yang tinggi produksi tanaman terutama apabila bahan tanaman untuk bbit sangat terbatas. Jika batang setek terlalu panjang pertumbuhan tunas dan akar lambat dan boros, stek batang yang baik empunyai mata tunas minimum 3 buah Heddy et al ., 1994. Pembibitan merupakan suatu cara untuk menyediakan bahan tanaman dalam jumlah banyak. Penelitian tentang pembibitan lada telah dilakuakan beberapa penelitian, diantaranya dengan menggunakan zat tumbuh Artanti, 2005; Jayusman 2007, jumlah ruas setek dan media tanam Zaubin, 1989; Hariadi et al , 1996. Apabila menggunakan setek dengan dengan jumlah ruas yang lebih sedikit perlu dilakukan pembibitan lebih dahulu, tanaman lada dapat diperbanyak secara vegetatif dengan bibit yang berupa batang dengan 2-3 ruas saja, hal ini memberikan harapan akan diperolehnya bahan tanaman dalam jumlah yang banyak dengan cepat sehingga mendukung penyediaan bibit lada yang selanjutnya dapat peningkatan produksi. Perkembangbiakan vegetatif stek, bertujuan untuk mendapatkan bibit secara cepat tanpa ada perubahan sifat atau tanaman baru yang mempunyai sifat sama dengan tanaman induk. Macam stek yang bisa digunakan adalah stek batang, daun, akar, dan tunas. Menurut Zaubin 1989, media tumbuh setek berpengaruh terhadap pertumbuhan setek terutama pada proses ke]uamya akar dari jaringan tanaman. Saat ini media tumbuh yang banyak dipakai untuk perbanyakan lada perdu adalah campuran pasir, pupuk kandang sapi, dan lapisan tanah atas dengan perbandingan vv 1 : 1 : 2 Zaubin, 1989. Sedangkan hasil peneltian Hariadi et al 1996 dengan menggunakan setek 2 ruas 2 daun dan media tanam dengan menggunakan pasir pasir, tanah lapisan olah, bahwa macam setek tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit lada. Pertumbuhan tajuk bibit terbaik diperoleh pada perlakuan kombinasi campuran pasir + pupuk kandang + tanah lapisan atas 1:1:0, dan pertumbuhan akar bibit terbaik diperoleh pada kombinasi campuran pasir + pupuk kandang + tanah lapisan atas l : 1 : 2. Namun penelitian tentang media tanam untuk pembibitan yang diinokulasi dengan agen hayati utuk menekan perkembangan P. capsici L pada pembibitan belum banyak dilakukan. Seleksi bibit saat di pembibitan merupakan langkah awal dalam mencegah perkembangan P. capsici L Pupuk kandang sering digunakan untuk campuran media tanam untuk pembibitan, pupuk kandang yang digunakan harus sudah matang atau melalui proses pengomposan. Perlakuan penambahan bahan organik dan agensia hayati dalam media pembibitan lada merupakan salah satu tindakan pengendalian terhadap penyebaran patogen penyakit ke tempat lain Sarma., 2006. Produktivitas rendah tersebut disebabkan serangan hama dan penyakit, penyakit utama tanaman lada adalah penyakit busuk pangkal batang BPB yang disebabkan oleh cendawan Phytophthora capsici Leonian. Direktorat Perlindungan Perkebunan 2007 melaporkan kerugian akibat penyakit BPB pada akhir tahun 2007 diperkirakan menurunkan jumlah devisa dari ekspor lada hingga Rp.19,6 milyar. Cendawan patogen tersebut dapat menyerang seluruh bagian tanaman lada, tapi serangan yang mematikan adalah pada pangkal batang dan akar. Sampai saat ini belum ada varietas lada yang resisten terhadap penyakit tersebut, sehingga penggunaan bahan media tanam yang baik diharapkan dapat mengurangi kerusakan tanaman akibat P. capsici L. Pemanfaatan pupuk organik berasal dari pupuk kandang dan limbah pertanian maupun tanaman liar gulma di lingkungan pertanian dapat 433 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015 memperbaiki pertumbuhan tanaman, sehingga limbah yang semula tidak bermanfaat bagi manusia dan berpotensi menjadi bahan pencemar menjadi berguna. Pupuk kandang adalah semua produk buangan dari bagian binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik dan bilogi tanah, baik sudah dalam bentuk kompos atau bentuk segar Hartatik dan Widowati. 2006. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa pupuk kandang dapat memperbaiki kesuburan tanah Salah satu limbah pertanian yang berpotensi mencemari lingkungan karena menimbulkan bau yang tidak sedap adalah ampas sagu. Ampas sagu sebagai sumber bahan organik karena mengandung 53.92 C; 0.04 N; 0.02 P; 0.64 K; 1 –3 Ca; 0.01 Mg; 22.1 selulosa dan 14.3 hemi- selulose Rumawas et al. 1996. Selain ampas sagu gulma Ageratum conyzoides var hirtum Lam dan Tithonia diversifolia Hamsley A. Gray berpotensi digunakan sebagai pupuk organik, karena kandungan hara kedua jenis gulma tersebut cukup tinggi. Kandungan hara T. diversifolia adalah sebesar 3.59 N; 0.34 P; 2.29 K, sedangkan A. conyzoides sebesar 6.66 N; 0.17 P dan 2.03 K. Kandungan hara kedua jenis gulma tersebut lebih tinggi dibandingkan pada pupuk kotoran kambing yaitu sebesar 1.15 N, 0.47 P dan 1.46 K Bintoro et al. 2008. Proses dekomposisi bahan organik secara alami membutuhkan waktu yang lama 3-4 bulan, bahan yang mengandung lignin menjadi penghalang akses enzim selulolitik pada degradasi bahan organik yang berlignoselulosa dan dapat menghambat proses dekomposisi sehingga dapat menyebabkan penumpukan limbah dan berdampak negatif bagi lingkungan Saraswati et al. 2006. Ukuran partikel bahan organik, sifat dan banyaknya mikroorganisme yang terlibat, tingkat ketersediaan C, N, P dan K, kadar air tanah, suhu , pH dan aerasi, adanya zat penghambat seperti tanin adalah beberapa faktor utama yang mempengaruhi laju dekomposisi bahan organik Anonim, 2010 Pengomposan dengan menggunakan bebagai jenis bahan organik diharapkan dapat meningkatkan manfaat kompos dalam memperbaiki kesuuran tanah, terutama untuk keperluan media pembibitan. Tujuan penelitian untuk mengetahui formula media tanam yang sesuai dalam meningkatkan persentase tumbuh bibit lada dengan setek satu ruas. METODE PENELITIAN 1. Pengomposan formula pupuk organik.. Pelaksanaan kegiatan dilakukan di rumah kaca Cikabayan, Institut Pertanian Bogor. Setek lada yang digunakan berasal dari Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat di Sukamulya Sukabumi dengan menggunakan tanaman lada varietas Petaling yang yang diambil dari pohon induk yang berumur lebih dari 4 tahun. Bahan setek diambil dari tanaman yang sehat dan tidak sedang dalam kondisi berbuah pada cabang sekunder dan tersier, dipotong dengan menggunakan cutter yang tajam agar bahan setek tidak rusak. Pengambilan dilakukan pada sore hari, selanjutnya bahan setek diciprat dengan air dan dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk menjaga kelembabannya sebelum dilakukan pemotongan setek satu ruas berdaun tunggal. Pada saat setek berdaun tunggal telah dipotong, selanjutnya direndam lebih dahulu ke dalam 25 larutan air air kelapa selama 15 – 20 menit. Setek satu ruas berdaun tunggal ditanam langsung dalam polibag yang telah diberi perlakuan. Setelah setek berumur 3 bulan, dilakukan inokulasi dengan suspensi zoospora P. capsici L, dengan demikian ketahanan tanaman terhadap P. capsisi L untuk mengetahui ketahanannya terhadap penyakit busuk pangkal batang lada sudah dapat diseleksi sejak di pembibitan. Pengomposan dilakukan dengan menggunakan fungi dan bakteri dekomposer. Formula 5 pupuk kandang sapi dikomposkan secara alami tanpa menggunakan inokulan dekomposer. Adapun formula pupuk organik yang dikomposkan adalah : 1. Formula 1 Pupuk kandang+ampas sagu+ A.conyzoides var hirtum Lam+ Trichoderma sp+Bakteri 2. Formula 2 Pupuk kandang+ampas sagu+ T. diversifolia Hamsley A.Gray+ Trichoderma sp+Bakteri 3. Formula 3 Pupuk kandang+ampas sagu+ A.conyzoides var hirtum Lam+ T.diversifolia Hamsley A. Gray+ Trichoderma sp+Bakteri 4. Formula 4 Pupuk kandang+ Trichoderma sp+Bakteri 5. Formula 5 Pupuk kandang sapikontrol

2. Pengujian formula pupuk organik pada