F3 pupuk kandang +ampas sagu+ F4 ampas sagu+
428
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015
gulma. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji berbagai formula herbisida berasal dari bahan
organik dalam menekan pertumbuhan gulma KERANGKA TEORIKERANGKA KONSEP
Pertimbangan utama pemilihan herbisida adalah kandungan bahan aktif untuk membunuh
gulma yang tumbuh di areal pertanaman, daya berantas
kemempanan. Daya
berantas kemempanan tergantung kemampuannya dalam
menekan populasi dan pertumbuhan tanaman penutup tanah dan gulma.
Gulma diakui oleh masyarakat umum secara nyata mempengaruhi
kesehatan manusia baikmelalui reaksi alergi, iritasi kulit, cedera mekanik atau keracunan internal
Ziska 2001. Salah satu herbisida yang paling
banyak diperdagangkan di dunia adalah glifosat Vivancos 2011, karena spektrumnya yang luas
dan toksisitasnya rendah Duke dan Powles 2008. Dalam rangka untuk menjaga kesehatan
lingkungan perlu dicari jenis herbisida yang mampu menekan
perkembangan gulma
dan aman
lingkungan. Pengunaan
herbisida organik
merupakan salah satu cara yang aman untuk pengendalian gulma tersebut. Berbagai bahan
organik dan tanaman liar berpotensi digunakan sebagai pupuk organik yang sekaligus mampu
berperan sebagai herbisida organik.
Limbah pertanian yang memiliki potensi cukup besar untuk pengendalian gulma adalah
ampas sagu, dan gulma tanaman liar
Ageratum conyzoides
var
hirtum
Lam dan
Tithonia diversifolia
Hamsley A. Gray dikarenakan adanya kandungan fenol.
Menurut Bintoro
et al. 2008
ampas sagu mengandung senyawa fenol sebesar 72.67 pp
m,
Ageratum conyzoides
var
hirtum
Lam 322,07 ppm,
T. diversifolia
Hamsley A. Gray 308,85 ppm. Senyawa fenol merupakan salah satu
bahan aktif untuk mengendalikan gulma. Fenol dan derivatnya merupakan senyawa kimia yang ba-nyak
dimanfaatkan sebagai insektisida, herbisida dan fungisida. Sebagai herbi-sida, fenol sangat tinggi
toksisitasnya, bersifat non selektif dan bekerja secara efektif yang sebagian besar bersifat kontak
Oudejans 1991. Penggunaan tanaman liar utntuk herbisida organik perlu dilakukan pengomposan,
dengan pengomposan dapat mematikan benih gulma sehingga gulma tidak menyebar ke tempat
lain apabila kompos digunakan.
Keuntungan lain dengan menggunakan herbisida organik dari hasil pengomposan bahan
organik adalah dapat memperbaiki kesuburan tanah, karena selain dapat menekan gulma juga dapat
menambah ketersediaan
hara. Kompos
meningkatkan kandungan humus tanah Giusquiani
et al
.1995; Qusèdraogo
et al
. 2001; Leifeld
et al
. 2002, jumlah, mutu, dan dinamika kandungan
bahan organik tanah Lal, 2000.
METODE PENELITIAN
Pengujian efektivitas
herbisida organik
dilakukan dengan memformulasi bahan organik pupuk kandang, ampas sagu,
A.conyzoides
var
hirtum
Lam dan
T. diversifolia
Hamsley A. Gray
.
ROUNDUP486 SL digunakan sebagai pembanding, karena herbisida tersebut mempunyai
spectrum yang luas, artinya dapat untuk membunuh gulma daun sempit maupun daun lebar dan teki-
tekian. Pengujian efektivitas herbisida organik
dilakukan di rumah kaca Cikabayan IPB, rancangan percbaan yang digunakan adalah rancangan acak
kelompok 4 ulangan. Formula herbisida organik yang dicobakan sebagai berikut :
1. F1 pupuk kandang+ampas sagu+
A.conyzoides
var
hirtum
Lam 2. F2 pupuk kandang+ampas sagu+
T.diversifolia
Hamsley A.Gray
3. F3 pupuk kandang +ampas sagu+
A.conyzoides
var
hirtum
Lam+
Tithonia
4. F4 ampas sagu+
A.conyzoides
var
hirtum
Lam+
T.
diversifolia Hamsley A.Gray 5. F5 Pupuk kandang
6. Kontrol tanpa mulsa 7. Herbisida sintetik
Formula bahan organik di atas komposisi vv 1 : 1 dikomposkan terlebih dahulu pada kotak-
kotak pengomposan, waktu pengomposan yang digunakan adalah 3 minggu. Polibag yang sudah
diisi tanah kering sebanyak 5 kgpolibag selanjutnya dibasahi lebih dahulu dengan air hingga mencapai
kapasitas lapang. Selanjutnya Kompos yang dihasilkan di aplikasikan di permukaan tanah
dengan dosis 5 tha. Pengamatan dilakukan terhadap bobot segar gulma, jumlah gulma yang tumbuh
pada tiap-tiap pot percobaan dan efektivitas formula herbisida
organik dalam
membunuh gulma
dibandingkan dengan pupuk kandang maupun herbisida sintetik RoundUp .
HASIL DAN PEMBAHASAN
Herbisida organik yang akan digunakan terdiri
atas formula
limbah organik
yang sebelumnya melalui proses pengomposan, untuk
mengetahui efektivitas herbisida organik yang diperoleh
dibandingkan dengan
herbisida komersialsintetik yaitu dengan menggunakan
Round Up disajikan pada Tabel 1. Aplikasi formula herbisida sintetik secara nyata menurunkan bobot
segar gulma dibandingkan control tanpa herbisida organik, namun demikian antar perlakuan formula
429
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015
herbisida organik tidak menunjukkan perbedaan nyata. Perlakuan tanpa herbisida menunjukkan
bobot segar gulma sebesar 104,8 gpot, sedangkan dengan perlakuan herbisida organik dihasilkan
bobot segar gulma antara 33,01
– 53,05 gpot. Bobot segar gulma paling rendah pada perlakuan
herbisida sintetik Round Up diikuti perlakuan formula F2 Pukan+AS+Tith.
Tabel 1. . Bobot segar gulma
No. Perlakuan
Bobot segar gulma
…gpot… 1.
F1 Pukan+AS+Agr 40.36 b
2. F2 Pukan+AS+Tith
33.01 b 3.
F3 Pukan+AS+Agr+Tith 62.49 b
4. F4 AS+Agr+Tith
44.17 b 5.
F5 Pupuk kandang 53.05 b
6. Kontrol tanpa herbisida
104.18 c 7.
Herbisida sintetik Round Up
0 a
Keterangan : pukan pupuk kandang, AS ampas sagu, Agr
Ageratum conyzoides
var
hirtum
Lam, Tith
Tithonia
diversifolia Hamsley A. Gray
Efektivitas formula herbisida organik yang menunjukkan
peningkatan efektivitas
penghambatan terhadap
gulma dibandingkan
dengan aplikasi mulsa pupuk kandang saja adalah formula
F1 Pukan+AS+Agr,
F2 Pukan+AS+Tith, dan F4 AS+Agr+Tith. Tabel
2, formula F2 Pukan+AS+Tith menunjukkan keefektivan formula herbisida organik yang paling
tinggi setelah formula herbisida sintetik RoundUP. Persentase penghambatan gulma oleh formula F2
Pukan+AS+Tith
adalah 71.17
dan tidak menunjukkan
perbedaan nyata
dibandingkan perlakuan dengan herbisida RoundUp.
Pada F3 pupuk kandang + ampas sagu+
A.conyzoides
var
hirtum
Lam+
T. diversifolia
Hamsley A. Gray, dibandingkan dengan F4 ampas sagu +
A.conyzoides
var
hirtum
Lam+
T. diversifolia
Hamsley A. Gray menunjukkan
bahwa tanpa adanya campuran pupuk kandang pada formula F3 Pukan+AS+Agr+Tith
efektivitas
herbisida menurun hingga sebesar sebesar 41,69. Eektivitas herbisida organik pada formula F1
Pukan+AS+Agr dan
F2 Pukan+AS+Tith
masing-masing sebesar 63,82 dan 71,17. Tabel 2. Efektivitas herbisida organik dalam
menekan gulma
No. Perlakuan
Efektivitas herbisida
… … 1.
F1 Pukan+AS+Agr 63,82 b
2. F2 Pukan+AS+Tith
71,17 bc 3.
F3 Pukan+AS+Agr+Tith 41,69 b
4. F4 AS+Agr+Tith
60,01 b 5.
F5 Pupuk kandang 51,13 b
6. Kontrol tanpa herisida
0.0 a 7.
Herbisida sintetik Round Up 100,0 c
Keterangan : pukan pupuk kandang, AS ampas sagu, Agr
Ageratum conyzoides
var
hirtum
Lam, Tith
Tithonia
diversifolia Hamsley A. Gray
Adanya tambahan bahan organik penghasil fenol pada perlakuan pupuk kandang + ampas
sagu+
A.conyzoides
var
hirtum
Lam+
T. diversifolia
Hamsley A.
Gray, efektivitas
herbisida organik menurun sebesar 18,32. Meskipun efektivitas herbisida organik belum
setinggi penggunaan herbisida kimia, yaitu baru mencapai 71,17 namun penggunaan dalam
jangka
panjang lebih
ramah lingkungan.
Keuntungan lain dengan menggunakan herbisida organik dari hasil pengompoan bahan organik
adalah dapat memperbaiki kesuburan tanah, karena selain dapat menekan gulma juga dapat menambah
ketersediaan
hara.
Kompos meningkatkan
kandungan humus tanah Giusquiani
et al
.1995; Qusèdraogo
et al
. 2001; Leifeld
et al
. 2002, jumlah, mutu, dan dinamika kandungan bahan
organik tanah Lal, 2000. Menurut Piccolo 2002 tanah mineral terdiri dari bahan humat
70 hingga 80 dari kandungan bahan organik tanah.
Pada perlakuan
kontrol tanpa
herbisida menunjukkan jumlah gulma lebih sedikit
dibandingkan perlakuan
herbisida organik. Rendah, jumlah gulma daun sempit 5
individu per pot, sedangkan jumlah gulma daun lebar sebesar 1,25 individupot Tabel 3,
namun meskipun jumlah gulma relatif rendah naun menunjukkan bobot segar tinggi 104,18
gpot. Hal ini dikarenakan pertumbuhan gulma lebih subur dibandingkan dengan perlakuan lainnya
Gambar 1. Pada perlakuan F1 Pukan+AS+Agr dan
F2 Pukan+AS+Tith menunjukkan jumlah gulma baik gulma daun sempit maupun daun lebar sama,
relative sama. Namun bobot segar gulma perlakuan
430
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015
F2 Pukan+AS+Tith menunjukkan bobot segar gulma lebih rendah dibaningkan formula F1
Pukan+AS+Agr Tabel 3. Jumlah individu gulma yang tumbuh
setelah aplikasi herbisida organik
No. Perlakuan
Daun sempit
Daun lebar
…..individupot… 1.
F1 Pukan+AS+Agr 3,25 c
3,50 b 2.
F2 Pukan+AS+Tith 3,25 c
3,50 b 3.
F3 Pukan+AS+Agr+Tith 4,25 c
6,25 c 4.
F4 AS+Agr+Tith 2,5 b
6,50 c 5.
F5 Pupuk kandang 1,25 ab
3,75 b 6.
Kontrol tanpa herisida 5 d
1,25 a 7.
Herbisida sintetik Round Up
0 a 0 a
Keterangan : pukan pupuk kandang, AS ampas sagu, Agr
Ageratum conyzoides
var
hirtum
Lam, Tith
Tithonia
diversifolia Hamsley A. Gray
RoundUP Formula F2
Tanpa herbisida
Gambar 1. Pengaruh perlakuan herbisida terhadap pertumbuhan gulma pra tumbuh
PENUTUP Hasil
penelitian menunjukkan
bahwa efektivitas herbisida organik tertinggi adalah F2
pupuk kandang + ampas sagu +
T. diversifolia
Hamsley A.Gray dapat menekan pertumbuhan
gulma sebesar 71.17, sedangkan F1 pupuk kandang+ampas sagu+
A.conyzoides
var
hirtum
Lam sebesar 63,82 dibandingkan dengan herbisida Round Up.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Zulhisnain dan Bapak
Sutrasman Balittro, Pak Milin, pak Ganda, dan bu Maryati dari KP. Cikabayan IPB, dan semua pihak
yang telah membantu sehingga pelaksanaan penelitian tersebut dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA Penulisan Daftar Pustaka
bibliography
dan Kutipan
citation
dengan
Gaya style
APA
American Psychological Association.
Strunk, W., Jr., White, E. B. 1979. The elements of style 3rd ed.. New York: Macmillan.
Cohen, J. 1977. Manual labor and dream analysis Rev. ed.. New York: Paradise Press.
American Psychiatric Association. 1994. Diagnostic and statistical manual of mental disorders 4th
Ed.. Washington, DC: Author. Peele, S. 1981. Reductionism in the psychology of
the eighties: Can biochemistry eliminate addiction, mental illness, and pain? American
Psychologist, 36, 807-818.
Schraw, G., Graham, T. 1997. Helping gifted students develop metacognitive awareness.
Roeper Review, 20, 4-8. Retrieved November 4, 1998, from Expanded Academic ASAP
database
American Psychological
Association. n.d.
APAStyle.org: Electronic references. Retrieved August
31, 2001,
from http:www.apa.orgjournalswebref.html
Arbor, C.F. 1995. Early intervention strategies for adolescents. Unpublished doctoral dissertation,
University of Massachusetts at Amherst.
431
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015
Formula Pupuk Organik Untuk Meningkatkan Persentase Tumbuh Pembibitan Lada Piper nigrum L
Organic Fertilizer Formula To Increase The Percentage Of Pepper Seedlings Growth Piper nigrum L
Jati Purwani
1
, Dyah Manohara
2
, M.H. Bintoro
3
1
Balai Penelitian Tanah,Jln Tentara Pelajar No. 12, Bogor, Kode Pos 16114
2
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Jln, Tentara Pelajar N0, 3, Bogor , Kode Pos. 16111
3
Institut Pertanian Bogor. Jln. Raya Dramaga . 16680
Keyword A B S T R A C T
organic fertilizer biological agent
pepper seedlings growth percentage
Pepper as a source of devisa, provider of employment and industrial raw materials of food, medicine and cosmetics, around 80 for exports. But in its
development constrained by stem rot disease SRT pathogen. To prevent of SRT needs to be done since in the nursery, to obtain healthy pepper seedlings,
using of organic materials and biological agents are needed to improve fertility and disease prevention. The aim of research to determine the appropriate
formula and growth media can increase of the percentage of pepper seedlings growth by using cutting with one nodes. Growth media by using soil : organic
fertilizer formula cow manure+ Trichoderma sp + decomposer bacteria with composition of soil and organic fertilizer 1: 1, and growth media by
composition of soil : organic fertilizer cow manure by 1 : 2 ratio 1: 2 showed the highest percentage growth of pepper seedlings as much as 63.33. The
highest of plant height and number of leaves by soil : organic fertilizer were 1:1 by using
Formula 3
cow manure+ sago waste+ A. conyzoides+ T. diversifolia+ Trichoderma sp+ Bacteria
.
The use of cow manure by using Trichoderma and decomposer bacteria composting can save the use of organic
fertilizer of cow manure for pepper seedlings nursery.
Kata Kunci S A R I K A R A N G A N
pupuk organik agen hayati
bibit lada persentase tumbuh
Lada berperan sebagai sumber penghasil devisa, penyedia lapangan kerja serta bahan baku industri makanan, obat-obatan dan kosmetika sekitar 80 dari total
untuk ekspor. Namun dalam pengembangannya terkendala oleh patogen penyakit busuk pangkal batang BPB baik sejak di pembibitan maupun lapangan. Untuk
meperole bibit lada yang sehat mencegah perkembangan BPB perlu dilakukan sejak di pembibitan, maka penggunaan bahan organik dan agen hayati diperlukan
untuk meningkatkan kesuburan dan pencegahan penyakit. Tujuan penelitian untuk mengetahui formula media tanam yang sesuai dalam meningkatkan
persentase tumbuh bibit lada dengan setek satu ruas. Perlakuan formula pupuk organik Pukan sapi+
Trichoderma
sp+bakteri dan tanah dengan perbandingan tanah dan pupuk organik 1:1, dan formula pupuk organik pupuk kandang sapi,
dengan komposisi tanah dan pupuk kandang sapi sebesar 1:2 menunjukkan persentase pertumbuhan bibit lada tertinggi yaitu sebesar 63.33.Tinggi tanaman
dan jumlah daun tertinggi pada komposisi tanah : pupuk organik 1:1 dengan menggunakan pupuk organik Formula 3 Pukan+ampas sagu +
A.conyzoides
+
T.diversifolia
+
Trichoderma
sp+Bakteri . Penggunaan kompos pupuk kandang sapi dengan menggunakan
Trichoderma
sp dan bakteri dapat menghemat penggunaan pupuk kandang sapi untuk pembibitan lada.
© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015
Corresponding author. E-mail address: jati_purwani6243yahoo.com
432
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015
PENDAHULUAN
Lada
Piper nigrum
L merupakan salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia, karena
tanaman tersebut berperan dalam perekonomian nasional sebagai sumber penghasil devisa, penyedia
lapangan kerja serta bahan baku industri makanan, obat-obatan dan kosmetika. Lada yang dihasilkan
petani
Indonesia sekitar
80 dari
total diperuntukkan
untuk ekspor.
Dalam usaha
pengembangan tanaman, salah satu kendala dalam pengembangan lada adalah adanya penyakit busuk
pangkal batang BPB yang disebabkan adanya serangan
Phytophtora capsici.
Untuk itu ketahanan tanaman terhadap penyakit tersebut merupakan
salah satu kunci keberhasilan pertanaman lada. Bibit yang unggul dan berkualitas baik merupakan salah
satu faktor untuk keberhasilan pertanaman lada di lapangan, namun hal ini perlu didukung juga oleh
penguasaan dan penerapan teknik budidaya yang tepat untuk mendapatkan hasil yang secara kuantitas
dan kualitas dapat dipertanggungjawabkan Lawani, 1995.
Salah satu alternatif untuk dalam usaha memacu peningkatan produktivitas lada adalah
dengan mengembangkan lada perdu. Lada perdu merupakan
tanaman yang
dihasilkan dari
perbanyakan vegetatif dengan mengunakan setek yang berasal dari cabang buah, dan akan
memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan lada biasa yaitu yang ditanam dengan
cabang vegetatif. Penanaman lada perdu perlu dkembangkan secara luas,hal ini disebabkan karena
adanya berbagai kendala, terutama dalam ha1 penyediaan bibit. Tanaman lada dapat ditanam
langsung secara vegetatif, namun diperlukan bahan tanaman berupa batang yang dengan ruas sebanyak
7-9 ruas, tentu hal ini dapat merupakan kendala dalam meningkatkan jumlah tanaman dalam usaha
mencapai produkai lada yang tinggi produksi tanaman terutama apabila bahan tanaman untuk bbit
sangat terbatas. Jika batang setek terlalu panjang pertumbuhan tunas dan akar lambat dan boros, stek
batang yang baik empunyai mata tunas minimum 3 buah Heddy
et al
., 1994. Pembibitan merupakan suatu cara untuk
menyediakan bahan tanaman dalam jumlah banyak. Penelitian tentang pembibitan lada telah dilakuakan
beberapa penelitian,
diantaranya dengan
menggunakan zat tumbuh Artanti, 2005; Jayusman 2007, jumlah ruas setek dan media tanam Zaubin,
1989; Hariadi
et al
, 1996. Apabila menggunakan setek dengan dengan jumlah ruas yang lebih sedikit
perlu dilakukan pembibitan lebih dahulu, tanaman lada dapat diperbanyak secara vegetatif dengan bibit
yang berupa batang dengan 2-3 ruas saja, hal ini memberikan harapan akan diperolehnya bahan
tanaman dalam jumlah yang banyak dengan cepat sehingga mendukung penyediaan bibit lada yang
selanjutnya dapat peningkatan produksi. Perkembangbiakan
vegetatif stek,
bertujuan untuk mendapatkan bibit secara cepat tanpa ada perubahan sifat atau tanaman baru yang
mempunyai sifat sama dengan tanaman induk. Macam stek yang bisa digunakan adalah stek
batang, daun, akar, dan tunas. Menurut Zaubin 1989, media tumbuh setek berpengaruh terhadap
pertumbuhan setek terutama pada proses ke]uamya akar dari jaringan tanaman. Saat ini media tumbuh
yang banyak dipakai untuk perbanyakan lada perdu adalah campuran pasir, pupuk kandang sapi, dan
lapisan tanah atas dengan perbandingan vv 1 : 1 : 2 Zaubin, 1989. Sedangkan hasil peneltian
Hariadi
et al
1996 dengan menggunakan setek 2 ruas 2 daun dan media tanam dengan menggunakan
pasir pasir, tanah lapisan olah, bahwa macam setek tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit
lada. Pertumbuhan tajuk bibit terbaik diperoleh pada perlakuan kombinasi campuran pasir + pupuk
kandang + tanah lapisan atas 1:1:0, dan pertumbuhan akar bibit terbaik diperoleh pada
kombinasi campuran pasir + pupuk kandang + tanah lapisan atas l : 1 : 2. Namun penelitian tentang
media tanam untuk pembibitan yang diinokulasi dengan agen hayati utuk menekan perkembangan
P. capsici
L pada pembibitan belum banyak dilakukan. Seleksi bibit saat di pembibitan merupakan langkah
awal dalam mencegah perkembangan
P. capsici
L Pupuk kandang sering digunakan untuk campuran
media tanam untuk pembibitan, pupuk kandang yang digunakan harus sudah matang atau melalui
proses pengomposan.
Perlakuan penambahan bahan organik dan agensia hayati dalam media pembibitan lada
merupakan salah satu tindakan pengendalian terhadap penyebaran patogen penyakit ke tempat
lain Sarma., 2006. Produktivitas rendah tersebut disebabkan serangan hama dan penyakit, penyakit
utama tanaman lada adalah penyakit busuk pangkal batang BPB yang disebabkan oleh cendawan
Phytophthora capsici
Leonian. Direktorat
Perlindungan Perkebunan
2007 melaporkan
kerugian akibat penyakit BPB pada akhir tahun 2007 diperkirakan menurunkan jumlah devisa dari
ekspor lada hingga Rp.19,6 milyar. Cendawan patogen tersebut dapat menyerang seluruh bagian
tanaman lada, tapi serangan yang mematikan adalah pada pangkal batang dan akar. Sampai saat ini
belum ada varietas lada yang resisten terhadap penyakit tersebut, sehingga penggunaan bahan
media
tanam yang
baik diharapkan
dapat mengurangi kerusakan tanaman akibat
P. capsici
L. Pemanfaatan pupuk organik berasal dari
pupuk kandang dan limbah pertanian maupun tanaman liar gulma di lingkungan pertanian dapat
433
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015
memperbaiki pertumbuhan tanaman, sehingga limbah yang semula tidak bermanfaat bagi manusia
dan berpotensi menjadi bahan pencemar menjadi berguna. Pupuk kandang adalah semua produk
buangan dari bagian binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat
fisik dan bilogi tanah, baik sudah dalam bentuk kompos atau bentuk segar Hartatik dan Widowati.
2006. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
pupuk kandang
dapat memperbaiki
kesuburan tanah Salah satu limbah pertanian yang berpotensi
mencemari lingkungan karena menimbulkan bau yang tidak sedap adalah ampas sagu. Ampas sagu
sebagai sumber bahan organik karena mengandung 53.92 C; 0.04 N; 0.02 P; 0.64 K; 1
–3 Ca; 0.01 Mg; 22.1 selulosa dan 14.3 hemi-
selulose Rumawas
et al.
1996. Selain ampas sagu gulma
Ageratum conyzoides
var
hirtum
Lam dan
Tithonia diversifolia
Hamsley A. Gray berpotensi digunakan
sebagai pupuk
organik, karena
kandungan hara kedua jenis gulma tersebut cukup tinggi. Kandungan hara
T. diversifolia
adalah sebesar 3.59 N; 0.34 P; 2.29 K, sedangkan
A. conyzoides
sebesar 6.66 N; 0.17 P dan 2.03 K. Kandungan hara kedua jenis gulma tersebut lebih
tinggi dibandingkan pada pupuk kotoran kambing yaitu sebesar 1.15 N, 0.47 P dan 1.46 K
Bintoro
et al.
2008. Proses dekomposisi bahan organik secara
alami membutuhkan waktu yang lama 3-4 bulan, bahan yang mengandung lignin menjadi penghalang
akses enzim selulolitik pada degradasi bahan organik
yang berlignoselulosa
dan dapat
menghambat proses dekomposisi sehingga dapat menyebabkan
penumpukan limbah dan berdampak negatif bagi lingkungan Saraswati
et al.
2006. Ukuran partikel bahan organik, sifat dan banyaknya
mikroorganisme yang terlibat, tingkat ketersediaan C, N, P dan K, kadar air tanah, suhu
, pH dan aerasi, adanya zat penghambat seperti tanin
adalah beberapa faktor
utama yang mempengaruhi laju dekomposisi bahan organik Anonim, 2010
Pengomposan dengan menggunakan bebagai jenis bahan organik diharapkan dapat meningkatkan
manfaat kompos dalam memperbaiki kesuuran tanah, terutama untuk keperluan media pembibitan.
Tujuan penelitian untuk mengetahui formula media tanam yang sesuai dalam meningkatkan persentase
tumbuh bibit lada dengan setek satu ruas. METODE PENELITIAN
1.
Pengomposan formula pupuk organik..
Pelaksanaan kegiatan dilakukan di rumah kaca Cikabayan, Institut Pertanian Bogor. Setek lada
yang digunakan berasal dari Kebun Percobaan Balai Penelitian
Tanaman Rempah
dan Obat
di Sukamulya
Sukabumi dengan
menggunakan tanaman lada varietas Petaling yang yang diambil
dari pohon induk yang berumur lebih dari 4 tahun. Bahan setek diambil dari tanaman yang sehat dan
tidak sedang dalam kondisi berbuah pada cabang sekunder dan tersier, dipotong dengan menggunakan
cutter yang tajam agar bahan setek tidak rusak. Pengambilan dilakukan pada sore hari, selanjutnya
bahan setek diciprat dengan air dan dimasukkan ke dalam
kantong plastik
untuk menjaga
kelembabannya sebelum dilakukan pemotongan setek satu ruas berdaun tunggal. Pada saat setek
berdaun tunggal telah dipotong, selanjutnya direndam lebih dahulu ke dalam 25 larutan air air
kelapa selama 15
– 20 menit. Setek satu ruas berdaun tunggal ditanam langsung dalam polibag
yang telah diberi perlakuan. Setelah setek berumur 3 bulan,
dilakukan inokulasi
dengan suspensi
zoospora
P. capsici
L, dengan demikian ketahanan tanaman terhadap
P. capsisi
L untuk mengetahui ketahanannya terhadap penyakit busuk pangkal
batang lada sudah dapat diseleksi sejak di pembibitan.
Pengomposan dilakukan
dengan menggunakan fungi dan bakteri dekomposer.
Formula 5 pupuk kandang sapi dikomposkan secara
alami tanpa
menggunakan inokulan
dekomposer. Adapun formula pupuk organik yang dikomposkan adalah :
1. Formula 1 Pupuk kandang+ampas sagu+
A.conyzoides
var
hirtum
Lam+
Trichoderma
sp+Bakteri 2.
Formula 2 Pupuk kandang+ampas sagu+
T.
diversifolia Hamsley
A.Gray+
Trichoderma
sp+Bakteri 3.
Formula 3 Pupuk kandang+ampas sagu+
A.conyzoides
var
hirtum
Lam+
T.diversifolia
Hamsley A. Gray+
Trichoderma
sp+Bakteri 4.
Formula 4
Pupuk kandang+
Trichoderma
sp+Bakteri 5.
Formula 5 Pupuk kandang sapikontrol