sampel. IC
50
berarti konsentrasi penghambatan oleh senyawa antioksidan yang mampu menghambat 50 aktivitas senyawa radikal bebas. Nilai x pada
persamaan menunjukkan konsentrasi ppm sedangkan nilai y menunjukkan peredaman yang diberikan oleh larutan sampel sehingga untuk menghitung IC
50
dilakukan dengan cara memasukkan nilai 50 pada varibel y dalam persamaan regreasi linier yang telah didapat. Nilai IC
50
sampel uji yang berupa ekstrak kulit buah manggis Garcinia mangostana L. sebesar 60,7584 ppm 60,7584
��⁄
yang tergolong dalam antioksidan kuat. Senyawa antioksidan dikatakan sangat kuat apabila memiliki IC
50
50 ppm, tergolong kuat apabila IC
50
memiliki nilai antara 50-100 ppm, tergolong sedang apabila IC
50
memiliki nilai antara 101- 150 ppm, dan tergolong lemah apabila IC
50
memiliki nilai 151-200 ppm Barasa, 2015.
C. Pengujian Sifat Fisik Krim Ekstrak Kulit Buah Manggis
Pengujian sifat fisik suatu sediaan memiliki peran penting pada aspek acceptability obat pada pasien maka dari itu pengujian sifat fisik ini sangat
diperlukan. Pengujian sifat fisik sediaan krim ekstrak kulit buah manggis dalam penelitian ini meliputi pengujian organoleptis sediaan, pH, daya sebar, viskositas
dan rheologi sifat alir sediaan krim.
1. Uji Organoleptis dan pH
Pengujian organoleptis dan pH krim berkaitan erat dengan aseptabilitas dari suatu bentuk sediaan krim. Pengujian organoleptis meliputi
bau, warna dan juga tekstur sediaan krim. Pengujian perubahan organoleptis dan pH juga dapat menjadi tolok ukur dalam pengujian stabilitas sediaan krim.
Tabel VII. Hasil Pengujian Organoleptis dan pH Sediaan Krim Kriteria
Formula 1
A B
AB
Bau Bau khas
Bau khas Bau khas
Bau khas Warna
Putih kecoklatan
Putih kecoklatan
Putih kecoklatan
Putih kecoklatan
Tekstur Halus
Halus Halus
Halus pH
5,5 5,5
5,5 5,5
Homogenitas Homogen
Homogen Homogen
Homogen Sediaan krim pada tabel hasil pengujian organoleptis menunjukkan
bahwa sediaan krim berbau khas dan tidak berbau tengik. Warna sediaan krim ekstrak kulit buah manggis putih kecoklatan, warna kecoklatan sediaan krim
berasal dari ekstrak kental yang dicampurkan ke dalam sediaan krim. Sediaan krim yang terbentuk memiliki tektur halus dan tidak ada pertikel-partikel kecil
yang menggumpal. Pengujian pH sediaan krim berpengaruh pada penetrasi senyawa aktif yang memiliki aktivitas antioksidan ke dalam kulit. Selain itu
terkait aseptabilitas atau peneriamaan pada pasien, pH sediaan disesuaikan dengan pH kulit manusia yaitu antara 4-6 Premjeet, Ajay, Sunil, Bhawana,
Sahil, Divashish and Sudeep, 2012 agar tidak mengiritasi kulit ketika diaplikasikan.
2. Uji Daya Sebar
Pengujian daya sebar bertujuan untuk mengetahui seberapa mudah sediaan krim ekstrak kulit buah manggis Garcinia mangostana L. untuk
menyebar ketika diaplikasikan pada kulit. Daya sebar krim yang baik apabila sediaan krim mudah menyebar ketika diaplikasikan pada kulit tanpa
memerlukan penekanan yang berlebih. Semakin mudah sediaan krim untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dioleskan, maka semakin besar luas permukaan kulit yang kontak dengan krim Suwandi, Pramono dan Mufrod, 2012.
Tabel VIII. Hasil Uji Daya Sebar Setelah Didiamkan Selama 48 Jam Formula
Daya Sebar cm
2
Viskositas dPa.s
I 14,81 ± 0,39
236,67 ± 5,77 A
19,12 ± 0,22 220,00 ± 10,00
B 17,66 ± 0,43
226,67 ± 11,5 AB
21,79 ± 0,73 186,67 ± 5,77
Nilai hasil uji daya sebar dipengaruhi oleh nilai hasil uji viskositas, karena nilai hasil uji daya sebar berbanding terbalik dengan nilai hasil uji
viskositas. Jika nilai hasil uji viskositas suatu sediaan semakin besar, maka nilai hasil uji daya sebar sediaan tersebut akan semakin kecil dan sebaliknya. Dari
tabel 8 didapatkan hasil formula AB memiliki nilai hasil uji daya sebar yang paling besar yang kemudiaan diikuti oleh formula A, formula B dan formula I
yang memiliki nilai hasil uji daya sebar yang paling kecil. Persamaan desain faktorial untuk respon daya sebar sediaan krim
ekstrak kulit buah manggis Garcinia mangostana L. terdapat pada persamaan 3 berikut:
Y = 8,237 + 0,633 X
1
+ 0,421 X
2
– 3,658 X
1
X
2
.................... 3 Y merupakan daya sebar, X
1
merupakan parafin cair, X
2
merupakan gliserol, serta X
1
X
2
merupakan interaksi antara parafin cair dan gliserol. Dari hasil analisis data yang diperoleh dengan menggunakan software Design
Expert
®
didapat hasil bahwa nilai hasil uji daya sebar berbeda bermakna dengan p-value 0,0001 signifikan. Hasil uji daya sebar tersebut menunjukkan bawa
dengan penambahan parafin cair dan gliserol dapat memberikan perubahan nilai respon daya sebar yang signifikan sehingga dapat dilakukan optimasi.
Dari persamaan 3 didapatkan counterplot respon daya sebar yang dapat dilihat pada gambar 12.
Gambar 12. Counterplot Respon Daya Sebar Sediaan Krim Ekstrak
Kulit Buah Manggis Garcinia mangostana L.
Daerah counterplot yang berwarna biru menunjukkan daerah dengan respon daya sebar yang paling rendah, sedangkan counterplot yang berwarna
merah menunjukkan daerah dengan respon daya sebar yang paling tinggi. Dari grafik counterplot didapatkan bahwa semakin banyak penggunaan parafin cair
maupun gliserol pada sediaan krim akan menyebabkan semakin meningkatnya respon daya sebar. Nilai daya sebar sediaan krim ekstrak kulit buah manggis
Garcinia mangostana L. berada pada rentang diameter sebesar 4,0-6,0 cm dengan luas 12,566-28,274 cm
2
. Pengaruh parafin cair, gliserol dan interaksi keduanya dalam respon sediaan krim ekstrak kulit buah manggis dapat dilihat
pada tabel 9. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel IX. Pengaruh Parafin Cair, Gliserol dan Interaksi Keduanya Terhadap Respon Daya Sebar
Faktor Efek
p-value Parafin cair
4,22 0,0001
Gliserol 2,76
0,0001
Interaksi
-0,093 0,7447
Parafin cair dan gliserol memiliki efek positif yang berarti kedua faktor tersebut mampu meningkatkan respon daya sebar sediaan krim ekstrak kulit
buah manggis. Sedangkan interaksinya memiliki nilai efek negatif, yang berati interaksi antara parafin cair dan gliserol menurunkan respon daya sebar sediaan
krim antioksidan ekstrak kulit buah manggis. Parafin cair dan gliserol memiliki efek yang signifikan terhadap perubahan respon daya sebar sediaan krim p-
value 0,05, sedangkan interaksi keduanya tidak memiliki efek yang signifikan terhadap perubahan respon daya sebar sediaan krim p-value 0,05.
Dari efek serta persamaan daya sebar krim yang diperoleh, didapatkan faktor dominan yang menentukan respon daya sebar adalah parafin cair.
Gambar 13. Grafik Pengaruh Parafin Cair Terhadap Daya Sebar
Berdasarkan gambar 13 menunjukkan parafin cair pada level tinggi
ataupun rendah gliserol menyebabkan peningkatan respon daya sebar krim ekstrak kulit buah manggis Garcinia mangostana L..
Gambar 14. Grafik Pengaruh Gliserol Terhadap Daya Sebar
Berdasarkan gambar 14 menunjukkan gliserol pada level tinggi ataupun rendah parafin cair menyebabkan peningkatan respon daya sebar krim
ekstrak kulit buah manggis Garcinia mangostana L.. Hal ini dikarenakan karena baik gliserol maupun parafin cair sama-sama memiliki kecenderungan
untuk meningkatkan daya sebar. Peningkatan daya sebar yang diakibatkan oleh interaksi parafin cair dan gliserol juga dapat dilihat dari karakter fisik parafin
cair maupun gliserol yang sama-sama merupakan cairan yang memiliki viskositas yang rendah yaitu 110-230 mPa.s untuk parafin cair dan 110 mPa.s
pada 20 C untuk gliserol. Dari kedua karakter tersebut maka interaksi keduanya
akan menyebabkan penurunan viskositas yang kemudian akan perpengaruh pada peningkatan daya sebar. Karena viskositas nilainya berbanding terbalik
dengan daya sebar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Uji Viskositas