Verifikasi Ekstrak Kulit Buah Manggis Uji Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak Kulit Buah Manggis

36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Verifikasi Ekstrak Kulit Buah Manggis

Verifikasi ekstrak kulit buah manggis dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan kebenaran bahwa ekstrak yang digunakan dalam penelitian ini merupakan ekstrak kulit buah manggis Garcinia mangostana L. yang berasal dari PT. Borobudur Industri Jamu Semarang. Verifikasi dilakukan dengan cara membandingkan ekstrak kering kulit buah manggis yang diterima dengan Certificate of Analysis CoA yang tertera dalam kemasan ekstrak kering. Tabel IV. Hasil Verifikasi Ekstrak Kulit Buah Manggis Kriteria Hasil Pengamatan Data Certificate of Analysis CoA Bentuk Granul Granul Warna Coklat Coklat Bau Khas aromatis Khas aromatis Dari hasil pengamatan yang tertera pada tabel 4, dapat dikatakan bahwa ekstrak yang digunakan telah sesuai dengan CoA yang dicantumkan.

B. Pembuatan dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kental

1. Pembuatan Ekstrak Kental Kulit Buah Manggis Garcinia mangostana L.

Tujuan dilakukan pembuatan ekstrak kental kulit buah manggis adalah untuk memisahkan ekstrak kulit buah manggis dari eksipien yang ditambahkan yaitu berupa maltodekstrin. Ekstrak kering kulit buah manggis yang diperoleh dari PT. Borobudur Industri Jamu memiliki komposisi 85 ekstrak kulit buah manggis dan 15 maltodekstrin. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Pelarut yang digunakan dalam pembuatan ekstrak kental kulit buah manggis ini merupakan etanol 96. Setelah ekstrak kering dilarutkan dalam etanol 96, dilakukan penyaringan dengan tujuan ntuk memisahkan ekstrak yang terlarut dalam etanol 96 dengan maltodekstrin yang mengendap. Jumlah ekstrak kental yang didapatkan dari penimbangan 10,0 gram ekstrak kering yaitu: Ekstrak kental = × , gram = , gram Pelarut diuapkan pada suhu 50 C untuk menjaga agar senyawa antioksidan dalam ekstrak kulit buah manggis Garcinia mangostana L. tidak rusak, dan untuk mendapatkan aktivitas antioksidan yang maksimal dari senyawa antioksidan Husni, Putra dan Lelana, 2014. Alasan lain pelarut diuapkan pada suhu 60 C karena sebagian besar senyawa antioksidan mulai rusak pada suhu 60 C Barasa, 2014.

2. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Tujuan penentuan panjang gelombang maksimum adalah untuk mendapatkan panjang gelombang dimana larutan DPPH menghasilkan serapan maksimum, sehingga pengukuran yang dihasilkan memiliki sensitifitas yang maksimum serta menghasilkan kurva absorbansi data pengukuran yang linier dengan hukum Lambert-Beer. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 11. Peak λ Maksimum Larutan DPPH Dari hasil pengukuran panjang gelombang maksimum menggunakan spektrofotometer UV- Vis didapatkan λ maksimum 517 nm. Pada penelitian Tjahjani, Widowati, Khiong, Suhendra dan Tjokropranoto 2014 panjang gelombang maksimum yaitu 517 nm. Sehingga pada penelitian digunakan panjang gelombang 517 nm.

3. Penentuan Operating Time OT

Penentuan operating time OT dikakukan dengan tujuan untuk mendapatkan waktu dimana reaksi antara senyawa antioksidan dan larutan DPPH telah berjalan sempurnan hal tersebut ditunjukkan dengan absorbansi yang stabil. Tabel V. Data Penetapan Operating Time Ekstrak Kulit Buah Manggis Waktu menit Absorbansi A 5 0,874 10 0,749 15 0,726 20 0,725 25 0,717 30 0,717 Berdasarkan tabel data penetapan OT ekstrak kulit buah manggis didapatkan absorbansi yang stabil pada menit ke-25 dan 30. Hal tersebut menunjukkan bahwa reaksi antara senyawa antioksidan pada ekstrak kulit buah manggis dengan larutan DPPH telah berjalan sempurna, maka dari itu digunakan operating time 25 menit.

4. Pengukuran Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Buah Manggis

Tujuan pengukuran aktivitas antioksidan ekstrak kulit buah manggis yaitu untuk mengetahui aktivitas antioksidan yang diberikan oleh ekstrak kulit buah manggis yang akan digunakan dalam formulasi sediaan krim. Tabel VI. Hasil Pengukuran Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Buah Manggis Garcinia mangostana L. Konsentrasi ppm Absorbansi A Inhibisi Persamaan regresi linier konsentrasi vs inhibisi 12 0,828 5,263 y = 0,9172 x - 5,7279 R 2 = 0,9981 16 0,801 8,352 20 0,753 13,844 30 0,690 21,053 60 0,442 49,428 Dari tabel 6 diketahui bahwa terjadi penurunan absorbansi seiring dengan peningkatan konsentrasi larutan sampel, hal ini menunjukkan bahwa semakin besar potensi senyawa antioksidan dalam sampel yang ditunjukkan pula dengan nilai persentasi inhibisi yang semakin meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi larutan sampel. Dari regrasi linier antara konsentasi larutan sampel dengan persentase inhibisi didapatkan persamaan y = 0,972 x – 5,7276 yang kemudian digunakan untuk menghitung nilai IC 50 dari larutan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sampel. IC 50 berarti konsentrasi penghambatan oleh senyawa antioksidan yang mampu menghambat 50 aktivitas senyawa radikal bebas. Nilai x pada persamaan menunjukkan konsentrasi ppm sedangkan nilai y menunjukkan peredaman yang diberikan oleh larutan sampel sehingga untuk menghitung IC 50 dilakukan dengan cara memasukkan nilai 50 pada varibel y dalam persamaan regreasi linier yang telah didapat. Nilai IC 50 sampel uji yang berupa ekstrak kulit buah manggis Garcinia mangostana L. sebesar 60,7584 ppm 60,7584 ��⁄ yang tergolong dalam antioksidan kuat. Senyawa antioksidan dikatakan sangat kuat apabila memiliki IC 50 50 ppm, tergolong kuat apabila IC 50 memiliki nilai antara 50-100 ppm, tergolong sedang apabila IC 50 memiliki nilai antara 101- 150 ppm, dan tergolong lemah apabila IC 50 memiliki nilai 151-200 ppm Barasa, 2015.

C. Pengujian Sifat Fisik Krim Ekstrak Kulit Buah Manggis

Pengujian sifat fisik suatu sediaan memiliki peran penting pada aspek acceptability obat pada pasien maka dari itu pengujian sifat fisik ini sangat diperlukan. Pengujian sifat fisik sediaan krim ekstrak kulit buah manggis dalam penelitian ini meliputi pengujian organoleptis sediaan, pH, daya sebar, viskositas dan rheologi sifat alir sediaan krim.

1. Uji Organoleptis dan pH

Pengujian organoleptis dan pH krim berkaitan erat dengan aseptabilitas dari suatu bentuk sediaan krim. Pengujian organoleptis meliputi bau, warna dan juga tekstur sediaan krim. Pengujian perubahan organoleptis dan pH juga dapat menjadi tolok ukur dalam pengujian stabilitas sediaan krim. Tabel VII. Hasil Pengujian Organoleptis dan pH Sediaan Krim Kriteria Formula 1 A B AB Bau Bau khas Bau khas Bau khas Bau khas Warna Putih kecoklatan Putih kecoklatan Putih kecoklatan Putih kecoklatan Tekstur Halus Halus Halus Halus pH 5,5 5,5 5,5 5,5 Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen Sediaan krim pada tabel hasil pengujian organoleptis menunjukkan bahwa sediaan krim berbau khas dan tidak berbau tengik. Warna sediaan krim ekstrak kulit buah manggis putih kecoklatan, warna kecoklatan sediaan krim berasal dari ekstrak kental yang dicampurkan ke dalam sediaan krim. Sediaan krim yang terbentuk memiliki tektur halus dan tidak ada pertikel-partikel kecil yang menggumpal. Pengujian pH sediaan krim berpengaruh pada penetrasi senyawa aktif yang memiliki aktivitas antioksidan ke dalam kulit. Selain itu terkait aseptabilitas atau peneriamaan pada pasien, pH sediaan disesuaikan dengan pH kulit manusia yaitu antara 4-6 Premjeet, Ajay, Sunil, Bhawana, Sahil, Divashish and Sudeep, 2012 agar tidak mengiritasi kulit ketika diaplikasikan.

2. Uji Daya Sebar

Pengujian daya sebar bertujuan untuk mengetahui seberapa mudah sediaan krim ekstrak kulit buah manggis Garcinia mangostana L. untuk menyebar ketika diaplikasikan pada kulit. Daya sebar krim yang baik apabila sediaan krim mudah menyebar ketika diaplikasikan pada kulit tanpa memerlukan penekanan yang berlebih. Semakin mudah sediaan krim untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dioleskan, maka semakin besar luas permukaan kulit yang kontak dengan krim Suwandi, Pramono dan Mufrod, 2012. Tabel VIII. Hasil Uji Daya Sebar Setelah Didiamkan Selama 48 Jam Formula Daya Sebar cm 2 Viskositas dPa.s I 14,81 ± 0,39 236,67 ± 5,77 A 19,12 ± 0,22 220,00 ± 10,00 B 17,66 ± 0,43 226,67 ± 11,5 AB 21,79 ± 0,73 186,67 ± 5,77 Nilai hasil uji daya sebar dipengaruhi oleh nilai hasil uji viskositas, karena nilai hasil uji daya sebar berbanding terbalik dengan nilai hasil uji viskositas. Jika nilai hasil uji viskositas suatu sediaan semakin besar, maka nilai hasil uji daya sebar sediaan tersebut akan semakin kecil dan sebaliknya. Dari tabel 8 didapatkan hasil formula AB memiliki nilai hasil uji daya sebar yang paling besar yang kemudiaan diikuti oleh formula A, formula B dan formula I yang memiliki nilai hasil uji daya sebar yang paling kecil. Persamaan desain faktorial untuk respon daya sebar sediaan krim ekstrak kulit buah manggis Garcinia mangostana L. terdapat pada persamaan 3 berikut: Y = 8,237 + 0,633 X 1 + 0,421 X 2 – 3,658 X 1 X 2 .................... 3 Y merupakan daya sebar, X 1 merupakan parafin cair, X 2 merupakan gliserol, serta X 1 X 2 merupakan interaksi antara parafin cair dan gliserol. Dari hasil analisis data yang diperoleh dengan menggunakan software Design Expert ® didapat hasil bahwa nilai hasil uji daya sebar berbeda bermakna dengan p-value 0,0001 signifikan. Hasil uji daya sebar tersebut menunjukkan bawa dengan penambahan parafin cair dan gliserol dapat memberikan perubahan nilai respon daya sebar yang signifikan sehingga dapat dilakukan optimasi. Dari persamaan 3 didapatkan counterplot respon daya sebar yang dapat dilihat pada gambar 12. Gambar 12. Counterplot Respon Daya Sebar Sediaan Krim Ekstrak Kulit Buah Manggis Garcinia mangostana L. Daerah counterplot yang berwarna biru menunjukkan daerah dengan respon daya sebar yang paling rendah, sedangkan counterplot yang berwarna merah menunjukkan daerah dengan respon daya sebar yang paling tinggi. Dari grafik counterplot didapatkan bahwa semakin banyak penggunaan parafin cair maupun gliserol pada sediaan krim akan menyebabkan semakin meningkatnya respon daya sebar. Nilai daya sebar sediaan krim ekstrak kulit buah manggis Garcinia mangostana L. berada pada rentang diameter sebesar 4,0-6,0 cm dengan luas 12,566-28,274 cm 2 . Pengaruh parafin cair, gliserol dan interaksi keduanya dalam respon sediaan krim ekstrak kulit buah manggis dapat dilihat pada tabel 9. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel IX. Pengaruh Parafin Cair, Gliserol dan Interaksi Keduanya Terhadap Respon Daya Sebar Faktor Efek p-value Parafin cair 4,22 0,0001 Gliserol 2,76 0,0001 Interaksi -0,093 0,7447 Parafin cair dan gliserol memiliki efek positif yang berarti kedua faktor tersebut mampu meningkatkan respon daya sebar sediaan krim ekstrak kulit buah manggis. Sedangkan interaksinya memiliki nilai efek negatif, yang berati interaksi antara parafin cair dan gliserol menurunkan respon daya sebar sediaan krim antioksidan ekstrak kulit buah manggis. Parafin cair dan gliserol memiliki efek yang signifikan terhadap perubahan respon daya sebar sediaan krim p- value 0,05, sedangkan interaksi keduanya tidak memiliki efek yang signifikan terhadap perubahan respon daya sebar sediaan krim p-value 0,05. Dari efek serta persamaan daya sebar krim yang diperoleh, didapatkan faktor dominan yang menentukan respon daya sebar adalah parafin cair. Gambar 13. Grafik Pengaruh Parafin Cair Terhadap Daya Sebar Berdasarkan gambar 13 menunjukkan parafin cair pada level tinggi ataupun rendah gliserol menyebabkan peningkatan respon daya sebar krim ekstrak kulit buah manggis Garcinia mangostana L.. Gambar 14. Grafik Pengaruh Gliserol Terhadap Daya Sebar Berdasarkan gambar 14 menunjukkan gliserol pada level tinggi ataupun rendah parafin cair menyebabkan peningkatan respon daya sebar krim ekstrak kulit buah manggis Garcinia mangostana L.. Hal ini dikarenakan karena baik gliserol maupun parafin cair sama-sama memiliki kecenderungan untuk meningkatkan daya sebar. Peningkatan daya sebar yang diakibatkan oleh interaksi parafin cair dan gliserol juga dapat dilihat dari karakter fisik parafin cair maupun gliserol yang sama-sama merupakan cairan yang memiliki viskositas yang rendah yaitu 110-230 mPa.s untuk parafin cair dan 110 mPa.s pada 20 C untuk gliserol. Dari kedua karakter tersebut maka interaksi keduanya akan menyebabkan penurunan viskositas yang kemudian akan perpengaruh pada peningkatan daya sebar. Karena viskositas nilainya berbanding terbalik dengan daya sebar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Uji Viskositas

Pengujuan viskositas bertujuan untuk mengetahui kekentalan sediaan krim dengan variasi konsentrasi parafin cair dan gliserol yang digunakan. Sediaan krim tidak boleh terlalu viskos dan terlalu encer karena berkaitan dengan efek terapi yang diinginkan serta kenyamanan penggunaan pasien acceptability pasien Shovyana dan Zulkarnain, 2013. Tabel X. Hasil Uji Viskositas Krim Ekstrak Kulit Buah Manggis Formula Daya Sebar cm 2 Viskositas dPa.s I 14,81 ± 0,39 236,67 ± 5,77 A 19,12 ± 0,22 220,00 ± 10,00 B 17,66 ± 0,43 226,67 ± 11,5 AB 21,79 ± 0,73 186,67 ± 5,77 Dari data hasil uji viskositas pada tabel 10 menunjukkan bahwa formula AB memiliki hasil uji viskositas dengan nilai terendah yang kemudian diikuti oleh formula A, formula B dan formula I yang memiliki hasil uji viskositas dengan nilai tertinggi. Semakin banyak penambahan parafin cair dan gliserol dalam sediaan menyebabkan nilai viskositas semakin kecil. Nilai viskositas sediaan krim yang dikendaki yaitu antara 170-220 dPa.s. Persamaan desain faktorial untuk respon viskositas sediaan krim dapat dilihat pada persamaan 4: Y = 244,955 - 0,255 X 1 + 2,069 X 2 – 0,460 X 1 X 2 ................. 4 Y merupakan respon viskositas, X 1 merupakan parafin cair, X 2 merupakan gliserol, serta X 1 X 2 merupakan interaksi antara parafin cair dan gliserol. Dari hasil analisis data yang diperoleh dengan menggunakan software Design Expert ® didapat hasil bahwa nilai hasil uji viskositas berbeda bermakna PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dengan p-value 0,05 signifikan. Hasil uji viskositas tersebut menunjukkan bawa dengan penambahan parafin cair dan gliserol dapat memberikan perubahan nilai respon viskositas yang signifikan sehingga dapat dilakukan optimasi. Dari persamaan 4 didapatkan counterplot respon viskositas sediaan krim yang dapat dilihat pada gambar 15. Gambar 15. Counterplot Respon Viskositas Sediaan Krim Ekstrak Kulit Buah Manggis Garcinia mangostana L. Daerah counterplot yang berwarna biru menunjukkan daerah dengan respon viskositas yang paling rendah, sedangkan counterplot yang berwarna merah menunjukkan daerah dengan respon viskositas yang paling tinggi. Dari grafik counterplot didapatkan bahwa semakin banyak penggunaan parafin cair maupun gliserol pada sediaan krim akan menyebabkan semakin menurunnya respon viskositas. Pengaruh parafin cair, gliserol dan interaksi keduanya dalam respon sediaan krim ekstrak kulit buah manggis dapat dilihat pada tabel 11 berikut: Tabel XI. Pengaruh Parafin Cair, Gliserol dan Interaksi Keduanya Terhadap Respon Daya Sebar Faktor Efek p-value Parafin cair -28,33 0,0005 Gliserol -21,67 0,0025 Interaksi -11,67 0,0479 Parafin cair, gliserol dan interaksi keduanya memiliki nilai efek negatif, yang berati baik parafin cair, gliserol maupun interaksinya memiliki efek menurunkan respon viskositas sediaan krim antioksidan ekstrak kulit buah manggis. Parafin cair, gliserol dan interaksinya memiliki efek yang signifikan terhadap perubahan respon viskositas sediaan krim p-value 0,05. Dari efek serta persamaan daya sebar krim yang diperoleh, didapatkan faktor dominan yang menentukan respon viskositas adalah gliserol. Gambar 16. Grafik Pengaruh Parafin Cair Terhadap Viskositas Berdasarkan gambar 16 menunjukkan parafin cair pada level tinggi ataupun rendah gliserol menyebabkan penurunan respon viskositas krim ekstrak kulit buah manggis Garcinia mangostana L.. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 17. Grafik Pengaruh Gliserol Terhadap Viskositas Berdasarkan gambar 17 menunjukkan gliserol pada level tinggi ataupun rendah parafin cair menyebabkan penurunan respon viskositas krim ekstrak kulit buah manggis Garcinia mangostana L.. Hal ini dikarenakan karena baik gliserol maupun parafin cair sama-sama memiliki kecenderungan efek untuk menurunkan respon viskositas. Penurunan viskositas yang diakibatkan oleh interaksi parafin cair dan gliserol juga dapat dilihat dari karakter fisik parafin cair maupun gliserol yang sama-sama merupakan cairan yang memiliki viskositas yang rendah yaitu 110-230 mPa.s untuk parafin cair dan 110 mPa.s pada 20 C untuk gliserol. Dari kedua karakter tersebut maka interaksi keduanya akan menyebabkan penurunan viskositas.

4. Uji Rheologi Sifat Alir

Pengujian sifat alir dilakukan untuk menentukan tipe sifat alir dari sediaan krim ekstrak kulit buah manggis. Sediaan krim memiliki tipe sifat alir Pseudoplastis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel XII. Sifat Alir Sediaan Krim Ekstrak Kulit Buah Manggis Formula Sifat Alir I Pseudoplastis A Pseudoplastis B Pseudoplastis AB Pseudoplastis Dari tabel 12 menunjukkan bahwa sediaan krim termasuk dalam sifat alir Non-Newtonian Pseudoplastis. Data pada tabel 12 dapat dibuktikan dari hasil Rheosis pada gambar 18, 19, 20 dan 21. Gambar 18. Rheogram Formula I Krim Ekstrak Kulit Buah Manggis Gambar 19. Rheogram Formula A Krim Ekstrak Kulit Buah Manggis Gambar 20. Rheogram Formula B Krim Ekstrak Kulit Buah Manggis Gambar 21. Rheogram Formula AB Krim Ekstrak Kulit Buah Manggis

5. Optimasi Formula

Optimasi parafin cair dan gliserol dilakukan dengan menggunakan desain faktorial dengan dua level berbeda yaitu level tinggi dan level rendah sehingga kemudian didapatkan formula krim antioksidan yang optimum dengan sifat fisik sediaan yang diinginkan. Daerah optimum didapatkan dengan menggabungkan grafik counterplot respon daya sebar dan viskositas yang kemudian disebut dengan grafik counterplot superimposed. Gambar 22. Counterplot Superimposed Krim Ekstrak Kulit Buah Manggis Daerah berwarna kuning pada gambar 22 merupakan daerah optimum dari formula krim ekstrak kulit buah manggis dengan sifat fisik yang diinginkan yaitu dengan rentang viskositas sebesar 170-220 dPa.s dan rentang daya sebar sebesar 12,566-28,274 cm 2 . Pada gambar X 1 menunjukkan jumlah parafin cair dan X 2 menunjukkan jumlah gliserol yang diperlukan untuk mendapatkan viskositas sebesar 199,191 dPa.s dan daya sebar sebesar 21,1023 cm 2 . Validasi formula area optimum area berwarna kuning pada counterplot superimposed perlu dilakukan untuk memastikan bahwa area optimum counterplot superimposed memiliki sifat fisik krim yang diinginkan. Validasi dilakukan dengan cara mencuplik satu titik secara acak pada daerah yang berwarna kuning dan dilakukan pengujian stabilitas fisik sediaan krim sebanyak 3 replikasi. Hasil pengujian tersebut kemudian dibandingkan dengan hasil teoritis yang diperoleh dari counterplot superimposed. Design-Expert® Software Factor Coding: Actual Overlay Plot Viskositas Daya Sebar Design Points X1 = A: Parafin Cair X2 = B: Gliserol 5.4 6.4 7.4 8.4 9.4 10.4 11.4 12.4 11.875 13.325 14.775 16.225 17.675 19.125 Overlay Plot A: Parafin Cair gram B : G lis e ro l g ra m Viskositas: 220 3 Viskositas: 199.191 Daya Sebar: 21.1023 X1 10.0584 X2 16.9057 Tabel XIII. Hasil Validasi Counterplot Superimposed Perhitungan Viskositas dPa.s Daya Sebar cm 2 Teoritis 199,191 21,102 Hasil validasi R1 = 199 R2 = 198 R1 = 199 R1 = 21,033 R2 = 21,237 R3 = 21,033 p-value 0,2564 0,9896 Berdasarkan tabel 13 nilai respon viskositas dan daya sebarnya masuk dalam range viskositas dan daya sebar yang diinginkan. Hasil data respon viskositas dan daya sebar validasi yang didapat tidak berbeda signifikan p- value 0,05 dengan teori yang didapat dari counterplot superimposed. Hal tersebut menunjukkan bahwa model persamaan untuk respon viskositas dan daya sebar yang didapat valid.

D. Uji Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak Kulit Buah Manggis

Uji aktivitas antioksidan pada krim ekstrak kulit buah manggis bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak kulit buah manggis Garcinia mangostana L. setelah diformulasikan ke dalam bentuk sediaan krim. Dalam penelitian dilakukan penentuan aktivitas antioksidan atau peredaman radikal bebas terhadap ekstrak kulit buah manggis kontrol positif, sediaan krim dengan ekstrak kulit buah manggis perlakuan dan sediaan krim tanpa ekstrak kulit buah manggis kontrol negatif. Penggunaan kontrol positif dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak kulit buah manggis sebelum diformulasikan ke dalam sediaan krim, sedangkan penggunaan kontrol negatif dalam penelitian ini adalah sebagai faktor koreksi terhadap uji aktivitas yang dialakukan sehingga aktivitas antioksidan yang dihasilkan dari sediaan krim perlakuan merupakan aktivitas yang berasal dari ekstrak dan bukan dari bahan-bahan lain yang digunakan dalam formulasi sediaan krim. Tabel XIV. Nilai IC 50 Peredaman Radikal Bebas Formula IC 50 µgmL Kontrol Positif Perlakuan Kontrol Negatif I 60,758 599,922 ± 52,728 1709,020 ± 284,016 A 392,959 ± 22,312 2438,613 ± 485,397 B 433,693 ± 33,405 1915,013 ± 140,291 AB 679,592 ± 10,222 1970,420 ± 212, 955 Berdasarkan tabel 14 dapat dilihat bahwa aktivitas peredaman radikal bebas sediaan krim ekstrak kulit buah manggis lebih rendah apabila dibandingkan dengan aktivitas peredaman radikal bebas oleh ekstrak kulit buah manggis sebelum diformulasikan dikukur dengan menggunakan konsentrasi yang sama yaitu 12, 16, 20, 30 dan 60 ppm. Senyawa antioksidan dikatakan sangat kuat apabila memiliki IC 50 50 ppm, tergolong kuat apabila IC 50 memiliki nilai antara 50-100 ppm, tergolong sedang apabila IC 50 memiliki nilai antara 101-150 ppm, dan tergolong lemah apabila IC 50 memiliki nilai 151-200 ppm Barasa, 2015. Berdasarkan penggolongan antioksidan, sediaan krim ekstrak kulit buah manggis tergolong memiliki aktivitas antioksidan cukup lemah IC 50 200 ppm. Aktivitas peredaman radikal bebas DPPH yang kecil diduga disebabkan karena ekstrak kulit buah manggis yang sudah teroksidasi dikarenakan tempat penyimpanan yang tidak dapat dikontrol kelembabannya, rusaknya DPPH serta pengaruh komponen formula krim ekstrak antioksidan. DPPH pada 517 nm berkurang karena dipengaruhi cahaya, oksigen, pH dan tipe pelarut Ozcelik, Lee and Min, 2003. Senyawa Xanton terjebak dalam basis krim yang memiliki koefisien partisi asam stearat log minyak:air sebesar 8,2 bersifat non-polar Allen, 2009 sehingga aktivitas yang dihasilkan sangat lemah dengan persen penurunan aktivitas antioksidan untuk formula I, A, B dan AB lebih dari 100. Pada kontrol negatif memiliki IC 50 yang sangat besar,yang berarti aktivitas antioksidan yang dihasilkan sangat lemah IC 50 200 ppm sehingga dapat dikatakan bahwa kontrol negatif tidak memiliki aktivitas antioksidan terhadap radikal bebas DPPH.

E. Pengujian Stabilitas Krim Pada Freeze Thaw Cycle

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

4 100 106

Daya Hambat Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Bakteri Enterococcus faecalis Sebagai Alternatif Bahan Medikamen Saluran Akar (In Vitro)

3 289 97

Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana Linn.) pada bakteri Streptococcus mutans sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar dengan Metode Dilusi In Vitro

6 111 48

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan yang Dipapari Kebisingan

2 103 56

Efek Ekstrak Kulit Manggis(Garcinia mangostana L.) Sebagai Anti-Aging Dalam Sediaan Krim

5 65 162

Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Fusobacterium nucleatum sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar secara in Vitro

8 89 59

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana.L) Terhadap Perubahan Makroskopis, Mikroskopis dan Tampilan Immunohistokimia Antioksidan Copper Zinc Superoxide Dismutase (Cu Zn SOD) Pada Ginjal Mencit Jantan (Mus Musculus.L) Stra

3 48 107

Uji Aktivitas Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai Inhibitor RNA Helikase Virus Hepatitis C

0 7 80

Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim Anti-Aging Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia magostana L.) dengan Metode DPPH (1,1-Diphenil-2-Picril Hidrazil).

7 47 93

Optimasi PEG 4000 sebagai basis dan propilen glikol sebagai humektan pada sediaan krim ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) serta uji aktivitas antioksidan.

9 50 138