124
Tujuan pembinaan religius ini dijelaskan dalam pengantar dari dokumen ini yakni bahwa pembaharuan yang tepat dalam lembaga-lembaga religius
bergantung terutama pada pembinaan para anggotanya. Hidup religius menghimpun murid-murid Kristus yang harus dibantu untuk menerima “kurnia
ilahi, yang diterima oleh Gereja dari Tuhannya dan selalu dipelihara dengan bantuan rahmat-Nya” artikel 1. Inilah sebabnya bentuk-bentuk penyesuaian yang
terbaik hanya akan membawa hasil bila dijiwai oleh pembaharuan rohani yang mendalam. Pembinaan para calon, yang langsung bertujuan memperkenalkan
mereka dengan hidup religius dan membuat mereka menyadari ciri khasnya di dalam Gereja, terutama ditunjukkan untuk membantu para religius pria dan wanita
menyadari kesatuan hidup mereka dalam Kristus melalui Roh, dengan memadukan secara harmonis unsur-unsur rohani, apostolik, doktrinal dan praktis.
5. Pertumbuhan Religius yang Diharapkan
Mardi Prasetya 2001: 55-56 berpendapat bahwa dalam hubungan antara tiap pribadi dengan tarekat beserta spiritualitas dan karismanya diharapkan terjadi
proses inkorporasi atau pertumbuhan ke dalam tubuh tarekat. Di dalamnya terkandung suatu dinamika pertumbuhan bahwa bukan spiritualitas dan karisma
tarekat yang harus disesuaikan dengan masing-masing pribadi, tetapi pribadi- pribadilah yang harus bertumbuh dalam dialog inkorporatif sampai makin menjadi
pribadi yang diharapkan oleh tarekat. Tugas pertumbuhan ini adalah tugas seumur hidup.
125
Menurut Mardi Prasetya 2001: 57-58 aspek-aspek yang diharapkan cukup bertumbuh dalam diri religius dalam proses inkorporasi ini terkandung dalam
keutamaan pertumbuhan yang terdiri atas: a.
Aspek kognitif: pengertian yang makin mendalam tentang tarekat, spiritualitas, karisma dan gerak dinamis kerasulan tarekat sehingga selalu
mempunayai insight dan sarana untuk berkonfrontasi dengan kenyataan hidup yang terus berjalan dan berubah. Konfrontasi ini yang akan menyuburkan
pertumbuhan pribadi sehingga mampu menjadikan kerohanian tarekat tetap aktual dan relevan.
b. Aspek sosial: kemampuan untuk senantiasa mengadakan pembaruan dan
penyesuaian diri karena bertumbuhnya kemampuan sosialisasi dan adaptasi yang seimbang dalam dunia sosial yang makin kompleks tanpa hanyut atau
malah ditelan oleh arus dan ekses negatif dari modernisasinya. c.
Aspek afektif: kemampuan dalam menata batin sampai mencapai tahap kebebasan batin dalam arti, tidak mudah diombang-ambingkan oleh gejolak
emosi dan perasaan sendiri, mampu menata dan mengendalikan sesuai dengan tujuan hidupnya sebagai religius.
d. Aspek rohani: semakin memiliki cinta yang personal atau kedekatan hidup
pada Tuhan, semakin menjadi murid Yesus yang sejati dan semakin berjalan ke arah konfigurasi dengan Kristus yang membuatnya makin mampu
berdiskretif dan mampu menanggung salibnya setiap hari. e.
Aspek aspostolik: semakin memancarkan keterlibatan hidup apostolik yang didasarkan pada keprihatinan Yesus dalam situasi dan kondisi konkret sesuai
126
dengan kepekaan yang dicanangkan oleh tiap tarekat dan opsi real yang diputuskan oleh provinsi dalam kerja sama dengan keuskupan setempat.
f. Aspek fisik: memelihara kesehatan fisik sehingga tidak mengganggu stamina
dalam keterlibatan hidup apostolik.
6. Usulan Program Pembinaan
a. Latar belakang usulan
Berdasarkan pendapat para responden mengenai konteks yang sedang trend sekarang ini dalam bidang komunikasi, kebudayaan, psikologi, pendidikan,
kepemimpinan dan pemahaman serta pergulatan spiritualitas pendiri, sebagai
berikut:
1 Trend Komunikasi
Komunikasi sekarang menurut para responden identik dengan alat-alat komunikasi, jadi komunikasi tidak hanya menggunakan berbagai media
komunikasi melainkan orang yang menggunakan alat komunikasi tersebut dapat dipengaruhi oleh model alat komunikasi yang digunakannya. Berbagai media
komunikasi membantu memperlancar komunikasi, informasi dan jejaring sosial namun menggeser komunikasi langsung yang jujur dan terbuka sehingga
komunikasi menjadi dangkal. Selain itu, orang menjadi lebih asyik dan sibuk dengan alat komunikasinya yang menjadi jantung hati ke dua sehingga kepedulian
terhadap sesama di sekitarnya semakin menurun. Media komunikasi juga dapat menimbulkan salah paham serta menurunnya nilai-nilai moral bila penggunaan
media komunikasi disalahgunakan.
127
Dengan demikian, dalam pembinaan bagi para suster yunior perlu meningkatkan komunikasi langsung sehingga komunikasi yang jujur dan
mendalam untuk menangkap dan memahami pergulatan mereka dapat terwujud. Penanaman kesadaran, kejujuran dan semangat hidup sederhana menjadi sangat
penting agar para yunior mampu selektif dan prioritas dalam menggunakan media komunikasi secara bijaksana.
2 Trend Kebudayaan
Kebudayaan sekarang disebutkan oleh para responden cenderung ikut-ikutan yang sedang nge-trend, instan-tidak mau susah-susah, individualisme, hedonisme,
konsumerisme, menjujung tinggi demokrasi dan musyawarah, kebebasan dalam berekspresi dan mengungkapkan pendapat, mengutamakan penampilan lahiriah
yang glamour dan perawatan diri. Berdasarkan pendapat tersebut di atas maka dalam pembinaan perlu
memberikan kebebasan berpendapat dan pengembangan kreativitas kepada formandi. Situasi konkret yang terjadi dalam masyarakat perlu dimasukkan
sebagai salah satu materi dalam pembinaan agar formandi semakin mampu menganalisa permasalahan yang terjadi dan rasa kepedulian terhadap sesama
semakin berkembang. Selain itu, kemampuan untuk discerment perlu terus ditingkatkan agar
formandi mampu memilah dan memilih serta tetap mampu menghayati tri kaul dalam situasi hidup dunia yang cenderung mengutamakan kenikmatan untuk diri
sendiri.
128
Budaya bebas berpendapat dan berekspresi sebagai gejala bahwa orang sekarang terlebih kaum muda tidak mudah lagi untuk diatur sedemikian rupa
secara intruksional dan hirarkis. Hal ini akan dapat bertentangan dengan penghayatan kaul ketaatan. Oleh karena itu, dalam pembinaan perlu terbuka
terhadap setiap pendapat dan cita-cita serta kreativitas yang baik sebagai budaya baru yang terus-menerus ditinjau dan direfleksikan sehingga nilai-nilai
spiritualitas dalam tradisi sehat Kongregasi tetap relevan pada zamannya. 3
Trend Psikologi Psikologi sekarang telah memadukan pendekatan dengan berbagai ilmu
seperti multi intellegen, pengembangan fungsi otak kanan dan otak kiri, dan mengembangkan multi talent.
Kemajuan ini sangat membantu proses pembinaan untuk mencapai kematangan dan keutuhan pribadi para formandi serta optimalisasi bakat sesuai
minat setiap pribadi formandi yang tentunya membutuhkan kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten.
4 Trend Pendidikan
Pendidikan sekarang lebih maju dengan meningkatkan kompetensi dan profesionalitas tenaga pendidik, menggunakan sarana pembelajaran dengan audio
visual, memandirikan peserta didik dalam mencari dan mengembangkan pengetahuan dari berbagai sumber, menanamkan pendidikan karakter, pedagogi
reflektif dan nilai-nilai akhlak serta peserta didik mengalami pendidikan secara langsung melalui praktek-praktek yang diselenggarakan.
129
Situasi pendidikan ini memacu proses pendidikan bagi para calon religius dalam pembinaan dengan menerapkan model pendidikan sekarang ini sehingga
para formandi semakin mandiri dalam mengembangkan kemampuan berpikir dan berani mengembangkan pengetahuan yang diperolehnya.
Fungsi formator sebagai fasilitator yang membantu formandi dalam proses belajar menyerap dan mengolah berbagai informasi, pengetahuan dan
keterampilan serta nilai-nilai keutamaan yang diajarkan untuk dijadikan milik diri sebagai bekal dan pengembangan diri para formandi dalam tugas perutusan dalam
lingkup Gereja maupun di tengah masyarakat. Bimbingan dan arahan dalam pengolahan dan penghayatan nilai-nilai spiritualitas Kongregasi tentu tetap
dibutuhkan. 5
Trend Kepemimpinan Kepemimpinan sekarang lebih terbuka, demokratis, melibatkan karyawan
atau anggota dalam pengambilan keputusan maupun dalam mengembangkan karya bersama untuk mencapai tujuan, tut wuri handayani, bersemangat egaliter,
memberikan perhatian, rasa nyaman dan memperhatikan kesejahteraan serta memberikan kesempatan untuk kemajuan karyawan dengan meningkatkan
pendidikan SDM, berani ambil resiko secara bertanggungjawab, memiliki visi dan misi yang jelas, berusaha menyelaraskan kata dan tindakan serta membangun
manajemen yang semakin baik. Pada dasarnya kepemimpinan dimulai dari diri sendiri sehingga lebih efektif dalam mempengaruhi anggota.
Jika situasi kepemimpinan sekarang seperti tersebut di atas, maka dalam pembinaan pun perlu mendengarkan harapan-harapan formandi dan memberi
130
kebebasan secara demokratis dalam proses pembinaan sejauh mendukung proses penanaman nilai-nilai rohani dan spiritualitas Kongregasi.
Prinsip kepemimpinan yang dimulai dari diri sendiri menuntut kesadaran para pemimpin untuk senantiasa berusaha memberikan keteladanan yang baik
dalam hidup konkret sehingga lebih mudah memberi pengaruh kepada anggota dalam mencapai perwujudan visi dan tujuan yang hendak dicapai bersama.
6 Spiritualitas Pendiri
Berdasarkan jawaban dari para responden mengenai spiritualitas pendiri yang ditanyakan diperoleh jawaban bahwa responden memahami sebagaimana harapan
para pendahulu dan berusaha diwujudkan dalam situasi zaman sekarang yang terus berubah tanpa mengurangi atau pun menghilangkan nilai dasar keutamaan
sebagaimana diwariskan oleh pendiri Kongregasi. b.
Usulan Tema dan Tujuan Pembinaan Di bawah ini adalah beberapa tema dan tujuan pembinaan yang penulis
ajukan, yakni: Tema Umum: Mewujudkan nilai-nilai spiritualitas Moeder Rosa de Bie dalam
situasi zaman kini. Tujuan Umum: agar para formandi mampu memaknai dan mewujudkan nilai-nilai
spiritualitas pendiri dalam situasi zaman masa kini. Tema 1
: Membangun sikap tobat secara terus-menerus. Tujuan 1
: agar formandi semakin terbuka akan kasih Yesus melalui SabdaNya dalam Kitab Suci, sehingga semakin mampu
membangun sikap tobat sebagai perwujudan pembaharuan hidup
131
sebagai religius peniten rekolek berkat pembaptisan yang telah diterima dalam hidup sehari-hari.
Tema 2 : Mengembangkan sikap hidup sederhana dan bijaksana di era
globalisasi. Tujuan 2
: agar formandi memiliki sikap hidup sederhana dan bijaksana di era globalisasi yang banyak memberikan tawaran yang
menggiurkan melalui berbagai fasilitas yang tersedia. Tema 3
: Meningkatkan komunikasi langsung secara terbuka, mendalam dan berkualitas dalam menjalani panggilan Tuhan.
Tujuan 3 : agar formandi senantiasa mengembangkan komunikasi langsung
diantara sesama saudari sepanggilan dalam satu Kongregasi secara terbuka, mendalam dan berkualitas sehingga tercipta tradisi
sehat saling mendengarkan, memahami dan meneguhkan pergulatan setiap pribadi dengan saling mendukung untuk setia
dalam menjalani panggilan Tuhan. Tema 4
: Mencintai Yesus dengan melayani sesama, teristimewa yang KLMTD dengan sepenuh hati.
Tujuan 4 : agar formandi semakin mencintai Yesus dalam seluruh hidupnya
dengan melayani sesama, teristimewa yang KLMTD dengan sepenuh hati sebagai perwujudan kemurnian cintanya kepada
Kristus sendiri.
132 c. Penjabaran Program
Tema Umum: Mewujudkan nilai-nilai spiritualitas Moeder Rosa dei Bie dalam situasi zaman kini. Tujuan Umum: agar para formandi mampu memaknai dan mewujudkan nilai- nilai spiritualitas pendiri dalam situasi zaman masa kini.
Tabel IV.1. Penjabaran Program Pembinaan
N o
Tema Tujuan
Materi Metode
Sarana Sumber Bahan
1 Membangun sikap tobat secara
terus-menerus. Agar formandi semakin
terbuka akan kasih Yesus melalui Sabda-Nya
dalam Kitab Suci, sehingga semakin
mampu membangun sikap tobat sebagai
perwujudan pembaharuan hidup
sebagai religius peniten rekolek
berkat pembaptisan yang telah diterima dalam
hidup sehari-hari. -
Kesaksian pertobatan seorang tokoh.
- Meneladan semangat
pertobatan Nikodemus.
- Membangun
semangat metanoia secara terus-menerus.
- Nonton film
“Pertobatan Eddy Sapto”
- Sharing
kelompok -
Diskusi kelompok
- Refleksi
pribadi -
Tanya- jawab
- Informasi
- AD OFR
- Konstitusi
- Teks Yoh. 3:
1– 8. -
Teks lagu :“O Roh Kudus
Ilahi “ ”Curahkan
Rahmat”
- Lap top
- LCD
- Flasdish
- Lilin dan salib
- AD psl 2 art. 6
- Konst. psl 4
- Yoh 3: 1- 8.
- Darmawijaya,
St. 1988. Pesan Injil Yohanes
. Yogyakarta:
Kanisius. Hal: 50.
- Dianne Bergant
Robert J. Karris. 2002.
Tafsir Alkitab Perjanjian
Baru.
Yogyakarta:
133 Kanisius. Hal:
167. -
Wesley, Brill. 1990.
Tafsir Injil Yohanes
. Bandung:
Kalam Hidup. Hal: 43 – 45.
2 Mengembangkan sikap hidup
sederhana dan bijaksana di era
globalisasi. agar formandi memiliki
sikap hidup sederhana dan bijaksana
di era globalisasi yang
banyak memberikan tawaran
yang menggiurkan dalam
berbagai fasilitas yang tersedia.
- Belajar dan
meneladan hidup sederhana dari
keluarga sederhana.
- Membangun
semangat hidup sederhana.
- Memupuk
spiritualitas penyerahan diri
kepada penyelenggaraan
Ilahi. -
Nonton film”Kentuc
ky ala Karte”
- Sharing
kelompok -
Diskusi kelompok
- Refleksi
pribadi -
Tanya- jawab
- Informasi
- AD OFR
- Konstitusi
- Teks Mat 6:
25– 34. -
Teks lagu :“Cintailah
sesamamu” ”Ajarilah
kami Tuhan bahasa cinta
kasih”
- Lap top
- LCD
- Lilin salib.
- AD psl 6 art.
21 -
Konst. psl 21 -
Dianne Bergant
Robert J. Karris. 2002.
Tafsir Alkitab Perjanjian
Baru.
Yogyakarta: Kanisius.
134 3 Meningkatkan
komunikasi langsung secara
terbuka, mendalam
dan berkualitas dalam
menjalani panggilan Tuhan.
agar formandi senantiasa mengembangkan
komunikasi langsung
diantara sesama sepanggilan dalam satu
Kongregasi secara
terbuka, mendalam dan berkualitas sehingga
tercipta tradisi sehat saling mendengarkan,
memahami
dan meneguhkan pergulatan
setiap pribadi agar setia dalam
menjalani panggilan Tuhan.
- Membangun budaya
komunikasi yang terbuka dan utuh.
- Menemukan
kehendak Tuhan dalam komunikasi
personal yang berkualitas.
- Permainan
“sambung kata”
- Sharing
kelompok -
Diskusi kelompok
- Refleksi
pribadi -
Tanya- jawab
- Informasi
- Konstitusi
- Teks Yoh. 4:
1– 42. -
Teks lagu :“Dengar Dia
panggil nama saya juga
namamu “ ”Bangun
dunia baru”
- Lilin dan salib
- Konst. psl 46
- Darmawijaya,
St. 1988. Pesan Injil
Yohanes .
Yogyakarta: Kanisius.
Dianne Bergant
Robert J. Karris. 2002.
Tafsir Alkitab Perjanjian
Baru.
Yogyakarta: Kanisius.
4 Mencintai Yesus dengan melayani
sesama, teristimewa yang
KLMTD sepenuh hati.
agar formandi semakin mencintai Yesus dalam
seluruh hidupnya
dengan melayani sesama, teristimewa yang
KLMTD sepenuh hati sebagai perwujudan
kemurnian cintanya kepada Kristus sendiri.
- Meneladan semangat
pelayanan dari Bunda Teresa dari Kalkuta.
- Menemukan Yesus
dalam pelayanan kepada sesama yang
KLMTD.
- Menjadi tempat
pengungsian bagi sesama yang
menderita. -
Nonton film”Bunda
Teresa” -
Sharing kelompok
- Diskusi
kelompok -
Refleksi pribadi
- Tanya jawab
- Informasi
- AD OFR
- Konstitusi
- Teks Mrk 9:
33– 37. -
Teks lagu :“ “Melayani
lebih sungguh Yang kau
perbuat bagi saudara-Ku”
- Lilin dan salib
- AD psl 5 art.
19 -
Konst. psl 51 -
Dianne Bergant
Robert J. Karris. 2002.
Tafsir Alkitab PB.
Yogyakarta: Kanisius.
135
d. Pengertian Katekese Umat dan Model Katekese Shared Christian Praxis
SCP Pengertian katekese umat adalah komunikasi iman atau tukar pengalaman
iman antara anggota jemaah. Melalui kesaksian iman, para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan
dihayati secara sempurna. Tekanan utama katekese umat adalah penghayatan iman namun pengetahuan tidak dilupakan Komkat KWI, 1995: 11.
Ada banyak macam model katekese, salah satunya adalah model Shared Christian Praxis
SCP. Katekese model SCP menekankan proses katekese yang bersifat dialogal yang bermaksud mendorong peserta, berdasarkan konfrontasi
antara ”tradisi” dan ”visi” hidup mereka dengan ”Tradisi” dan ”Visi” Kristiani, agar baik secara pribadi maupun bersama, mampu mengadakan penegasan dan
mengambil keputusan demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia yang terlibat dalam dunia Sumarno, 2011: 14.
e. Contoh Satuan Program SP
Contoh Satuan Program ini disajikan dalam bentuk katekese umat model
pengalaman hidup, yakni model Shared Christian Praxis SCP:
A. IDENTITAS
a Tema : Membangun sikap tobat secara terus-menerus
b Tujuan : peserta semakin terbuka akan kasih Yesus melalui SabdaNya
dalam Kitab Suci, sehingga semakin mampu membangun sikap tobat sebagai perwujudan pembaharuan hidup sebagai religius
peniten rekolek berkat pembaptisan
136
yang telah diterima dalam hidup sehari-hari. c Peserta
: para suster yunior SFS. d Tempat
: komunitas Sukabumi e Waktu
: 17.00 – 18.30 f Model
: Shared Christian Praxis g Metode
: Nonton film “Pertobatan Eddy Sapto”
Sharing kelompok Diskusi kelompok
Refleksi pribadi Tanya-jawab
Informasi h
Sarana :
Teks Yoh. 3: 1– 8. Teks lagu :“O Roh Kudus Ilahi “ ”Curahkan Rahmat”
Lap top LCD
Flasdish Lilin dan salib
i Sumber Bahan: AD psl 2 art. 6
Konst. psl 4 Yoh 3: 1- 8.
137 Darmawijaya, St. 1988. Pesan Injil Yohanes. Yogyakarta:
Kanisius. Hal: 50. Dianne Bergant, CSA Robert J. Karris, OFM. 2002. Tafsir
Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius. Hal: 167.
Wesley, Brill. 1990. Tafsir Injil Yohanes. Bandung: Kalam Hidup. Hal: 43 – 45.
B. PEMIKIRAN DASAR
Kenyataan dalam hidup sehari-hari, meskipun kita sudah dilahirkan kembali melalui pembaptisan yang kita terima bahkan telah menjadi seorang religius, kita
sebagai manusia lemah masih sering berbuat salah dan dosa. Dengan penuh kesadaran sebagai seorang Kristiani religius Fransiskan peniten rekolek, kita ingin
selalu membangun sikap tobat; namun hal ini tidak mudah kita wujudkan dalam hidup sehari-hari.
Pengalaman Nikodemus dalam Injil Yohanes 3:1-8, mengibaratkan semua orang yang belum dilahirkan kembali. Nikodemus datang kepada Yesus pada
waktu malam yang gelap, melambangkan kurangnya sinar iman. Nikodemus seorang yang percaya kepada Allah, ia taat kepada Taurat dan berkelakuan baik.
Ia seorang pemimpin agama Yahudi yang sopan, namun ia merasa belum jelas mengenai kebenaran, maka ia bertanya kepada Tuhan Yesus tentang kebenaran
itu. Yesus menjelaskan kepada Nikodemus, bahwa orang harus dilahirkan kembali melalui air dan Roh, sehingga dapat melihat Kerajaan Allah. Manusia yang adalah
gambar Allah dijadikan sebagai pribadi yang mempunyai tubuh, jiwa dan roh.
138
Manusia mempunyai pikiran yang penuh dengan pengetahuan, dan hati yang mampu mengasihi. Manusia mempunyai roh, yakni yang terutama di dalam diri
manusia. Karena roh itulah, manusia menjadi tempat kediaman Allah. Kita dapat menjalani hidup jasmani ini karena dilahirkan dari daging; juga kita akan
mendapatkan kehidupan bagi roh, bila kita dilahirkan kembali. Karena Yesus sendiri berkata:”Kamu harus dilahirkan kembali.” Hendaknya kita sebagai
seorang yang telah dibaptis, membangun sikap tobat secara terus-menerus seperti yang ajaran St. Fransiskus dalam Anggaran Dasar demi mencapai tujuan hidup
suci seperti tertulis dalam konstitusi kita sehingga rahmat pembaptisan selalu kita perbaharui.
Dari pertemuan ini kita berharap akan semakin mampu membuka hati akan kasih Yesus, melalui SabdaNya dalam Kitab Suci. Dengan demikian kita semakin
mampu membangun sikap tobat sebagai orang-orang Kristiani yang telah dilahirkan kembali dalam pembaptisan, sebagai perwujudan pembaharuan hidup
kita.
C. PENGEMBANGAN LANGKAH-LANGKAH
1. Pembukaan
a. Pengantar
Para saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus, kita berkumpul di tempat ini karena kasih Yesus kepada kita, yang telah melahirkan kita kembali sebagai
manusia baru melalui pembaptisan yang dianugerahkan kepada kita. Melalui pembaptisan itu, kita disucikan. Namun dalam perjalanan hidup, kita tidak
139
selamanya mampu menjaga kesucian itu karena kita sebagai manusia lemah sering jatuh dalam salah dan dosa. Oleh karena itu, selayaknya kita terus-menerus
membangun sikap tobat, dengan mau membuka hati menerima kasih Yesus. Dalam pertemuan ini, kita berharap agar kita semakin dimampukan untuk selalu
membuka hati akan kasih Yesus melalui SabdaNya dalam Kitab Suci dengan membaca dan merenungkannya.
b. Lagu pembukaan: Puji Syukur No. 570 bait 1- 2 “O Roh Kudus Ilahi”
c. Doa pembukaan:
Tuhan Yesus yang penuh kasih, kami bersyukur kepadaMu atas anugerah pembaptisan yang Kau curahkan kepada kami. Engkau berkenan melahirkan kami
kembali sebagai manusia baru, namun karena kelemahan manusiawi kami, kami sering berbuat salah dan dosa dalam hidup kami. Saat ini kami akan merenungkan
dan merefleksikan, sejauh mana kami sungguh menghayati panggilanMu sebagai seorang Kristiani yang telah Engkau lahirkan kembali dalam pembaptisan.
Bimbinglah kami agar semakin mampu membuka hati terhadap kasihMu melalui SabdaMu dalam Kitab Suci; agar kami semakin mampu membangun sikap tobat
dalam hidup sehari-hari. Kami persembahkan segala pembicaraan kami pada saat ini kepadaMu, berkenanlah Engkau memberkati dan menyemangati kami dalam
pendalaman iman kami ini. Demi Kristus penyelamat kami yang hidup dan berkuasa sekarang dan selama-lamanya. Amin.
2. Langkah I: Mengungkap pengalaman hidup peserta
a. Pendamping memutarkan film kesaksian pertobatan “Edy Sapto”.