5
kepada formator yunior, pemimpin komunitas maupun pimpinan karya bagi para yunior yang sedang magang dalam karya pelayanan. Melalui sarana yang ada
diharapkan tujuan pembinaan dapat tercapai. Dekrit Perfectae Caritatis PC, tentang pembaharuan dan penyesuaian
hidup religius, artikel 2.b, menyatakan: “Akan bermanfaat bagi Gereja, bila tarekat-tarekat mempunyai corak serta
perannya yang khas. Maka hendaknya diakui dan dipelihara dengan setia semangat para Pendiri serta maksud-maksud mereka yang khas, begitu pula
tradisi-tradisi yang sehat, yang kesemuanya merupakan pusaka warisan setiap tarekat.”
Menurut Jacobs 1989: 1, 7, memelihara semangat Pendiri bukan berarti para anggota kongregasi kembali pada situasi di mana pendiri berada pada masa
hidupnya, melainkan semangat pendiri tersebut tetap menjadi inspirasi yang mendasari baik secara historis maupun aktual. Maka dari itu, spiritualitas pendiri
bisa terus-menerus berubah. Yang tidak bisa berubah adalah kharisma pribadi, maka bagaimana setiap anggota kongregasi menyamakan kharismanya dengan
spiritualitas pendiri sehingga menjadi spiritualitas kongregasi. Karisma Kongregasi SFS terdapat pada Konstitusi Tarekat Suster-suster
Fransiskan Sukabumi tahun 2000 pasal 3, yang menyatakan:
“Suster-suster Fransiskan Sukabumi mengikuti Anggaran Dasar Regular Santo Fransiskus dari Assisi yang telah disahkan oleh Paus Yohanes II, 08
Desember 1982, sesuai dengan kharisma khas Tarekat: Semangat doa dan kontemplasi, ulah tapa dan pengendalian diri, pelepasan dari hal-hal
duniawi, ketaatan dan kerendahan hati, cintakasih yang melayani dan pengorbanan diri, kegembiraaan Fransiskan dan pengungsian bagi yang
berkesusahan.”
Karisma ini merupakan nilai-nilai rohani yang diwariskan oleh pendiri yang terus diupayakan untuk dihayati dan diwujudkan dalam situasi zaman yang terus
6
berubah. Dengan demikian, kekhasan spiritualitas yang telah dihayati oleh pendiri menjadi kekhasan spiritualitas kongregasi. Namun untuk mengalirkan spiritualitas
dari zaman ke zaman, dari generasi ke generasi, tentulah akan ada yang berubah; bahkan mungkin bisa terjadi menjadi berkurang dan bahkan mungkin juga hilang.
Oleh karena itu, diperlukan upaya kontekstualisasi penanaman nilai-nilai spiritualitas pendiri, dengan harapan kongregasi tidak akan kehilangan kekhasan
spiritualitasnya di arus zaman yang terus berubah ini.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Upaya pendalaman spiritualitas yang dilakukan oleh Kongregasi SFS selama
ini belum cukup memotivasi, mendorong dan menggugah para suster Fransiskan Sukabumi untuk hidup sesuai dengan spiritualitasnya.
2. Adanya keluhan dari para religius yang lebih senior mengenai perbedaan yang
mencolok dalam hal daya juang serta perwujudan penghayatan nilai-nilai luhur spiritualitas kongregasi dari para calon di zaman sekarang ini.
3. Para yunior kurang bisa menyeimbangkan antara tugas studi dengan tugas
pelayanan dalam persaudaraan maupun pastoral yang menyebabkan kurangnya penghayatan dan perwujudan nilai-nilai rohani.
4. Banyaknya tuntutan tugas dari unit karya bagi para yunior yang menyebabkan
ketidakseimbangan antara penghayatan nilai-nilai rohani dalam hidup konkret sehari-hari.
7
5. Bimbingan pribadi yang tidak selalu dapat dilakukan secara rutin oleh para
yunior. 6.
Kurangnya keterbukaan dari pihak para yunior dalam bimbingan pribadi kepada para formator.
7. Keterbatasan keterampilan dan kemampuan para formator dalam membantu
proses pembentukan yunior. 8.
Suasana dan kepemimpinan dalam komunitas biara yang kurang kondusif. 9.
Pola hidup yang serba instan, hedonisme, konsumerisme, situasi sosial ekonomi dan politik.
C. PEMBATASAN MASALAH
Dari identifikasi masalah di atas dapat diketahui bahwa upaya pendalaman spiritualitas yang dilakukan oleh Kongregasi SFS selama ini belum cukup
memotivasi, mendorong dan menggugah para suster Fransiskan Sukabumi untuk hidup sesuai dengan spiritualitasnya. Perbedaan penghayatan spiritualitas pendiri
antara generasi tua dengan generasi muda merupakan fenomena yang dapat dimungkinkan oleh kurangnya kontekstualisasi spiritualitas pendiri dalam situasi
masa kini. Oleh karena itu, permasalahan dibatasi pada: 1.
Bagaimana karisma spiritualitas pendiri pada masa itu? 2.
Bagaimana spiritualitas pendiri dikontekstualisasikan di masa sekarang ini dan di masa mendatang?
3. Bagaimana implikasi spiritualitas pendiri bagi pembinaan suster-suster yunior
Kongregasi SFS?
8
4. Apa yang harus dilakukan oleh anggota komunitas dalam mendukung
pembinaan yunior?
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah ditetapkan tersebut yang perlu diteliti adalah aktualisasi spiritualitas pendiri dalam konteks zaman sekarang,
maka masalah penulisan dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri dan implikasinya bagi
pembinaan suster-suster yunior Kongregasi SFS?
E. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk menemukan kembali nilai-nilai spiritualitas pendiri yang dihayati pada masa hidupnya.
2. Untuk melihat kembali upaya yang telah dilakukan oleh kongregasi selama ini
dalam mengembangkan spiritualitas pendiri kongregasi sesuai dengan situasi zaman sekarang ini.
3. Untuk menemukan upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri di masa
sekarang dan mendatang. 4.
Untuk menemukan cara-cara yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan dalam upaya menanamkan nilai-nilai spiritualitas pendiri kepada para calon di masa
sekarang.
9
F. MANFAAT PENULISAN
Manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut: 1.
Membantu anggota Kongregasi SFS untuk memahami dan mengkomunikasikan serta mewujudkan nilai-nilai spiritualitas pendiri di masa
sekarang ini. 2.
Memberikan masukan kepada Pimpinan Umum Kongregasi SFS beserta Dewannya, serta Tim Komisi Spiritualitas Kongregasi SFS untuk menggali
lebih lanjut mengenai nilai-nilai spiritualitas pendiri sesuai dengan situasi zaman sekarang.
3. Membantu para formator SFS dalam proses pembinaan dalam upaya
menanamkan nilai-nilai spiritualitas pendiri kepada para calon anggota kongregasi sesuai dengan jenjang pembinaannya, khususnya masa yuniorat.
G. METODE PENULISAN
Metode penulisan skripsi ini adalah deskriptif analisis dengan studi pustaka dan penelitian kualitatif untuk memperoleh gambaran mengenai upaya
kontekstualisasi spiritualitas pendiri implikasinya bagi pembinaan suster-suster yunior Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi.
H. SISTEMATIKA PENULISAN
Gambaran umum mengenai penulisan ini akan penulis uraikan dalam lima bab, sebagai berikut:
10
Bab I : berisi pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang penulisan, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II: berisi kajian pustaka dan fokus penelitian yang menguraikan spiritualitas pendiri Kongregasi Suster-suster Fransiskan Sukabumi, yang meliputi:
spiritualitas dan kharisma, riwayat pendiri Kongregasi Suster Bergen op Zoom, sejarah berdirinya Kongregasi SFS, spiritualitas pendiri
Kongregasi SFS dan visi, misi serta tujuan Kongregasi SFS; konteks yang dibatasi pada bidang komunikasi, kebudayaan, psikologi,
pendidikan, dan kepemimpinan; peluang dan tantangan dalam pembinaan, kontekstualisasi spiritualitas pendiri, penelitian relevan serta
fokus penelitian. Bab III: berisi metodologi penelitian yang meliputi: jenis penelitian, tempat dan
waktu penelitian, responden penelitian dan teknik pengambilan sampel, instrumen penelitian, teknik dan alat pengumpulan data, serta
pengembangan instrumen. Bab IV: berisi hasil temuan dan pembahasan upaya kontekstualisasi spiritualitas
pendiri implikasinya bagi pembinaan suster-suster yunior Kongregasi SFS, berdasarkan metodologi penelitian yang telah diuraikan pada bab
III. Bab V: berisi kesimpulan dan saran.