PENGEMBANGAN LANGKAH-LANGKAH Upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri implikasinya bagi pembinaan suster-suster yunior Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi.

142 1 Bagaimana Edy Sapto mengatasi tantangan dalam membangun sikap tobat? 2 Bagaimana saudari-saudari mengatasi tantangan dalam membangun sikap tobat? b. Dari jawaban yang telah diungkapkan oleh peserta, pendamping memberikan arahan rangkuman singkat, misalnya: Seorang Kristiani religius Fransiskan sebagai peniten rekolek yang telah dibaptis selayaknya membangun sikap tobat secara terus-menerus sebagai perwujudan pembaharuan hidup untuk mencapai hidup suci. Dalam menghayati panggilan hidup sebagai seorang religius Kristiani hendaknya kita senantiasa membuka hati terhadap kasih Yesus melalui peristiwa pengalaman hidup sehari- hari dan melalui Sabda Yesus dalam Kitab Suci. Menyadari kelemahan dan keterbatasan diri sebagai manusia, tidaklah sanggup mengatasi dengan kekuatan diri sendiri. Oleh karena itu, keterbukaan hati kita terhadap kasih Yesus sendiri yang akan memampukan kita membangun sikap tobat secara terus-menerus dalam perjalanan hidup kita sebagai seorang religius Kristiani.

4. Langkah III: Menggali pengalaman iman Kristiani

a. Salah seorang peserta diminta bantuannnya untuk membacakan Injil Yohanes 3: 1–8. b. Peserta diberi waktu sebentar untuk membaca kembali dalam hati teks Kitab Suci sambil merenungkan dan menanggapi isi perikop ini dengan panduan pertanyaan sebagai berikut: 143 1 Ayat mana saja yang menunjuk pada sikap membangun pertobatan? Mengapa? 2 Sikap dan tindakan yang bagaimana yang ingin ditanamkan oleh Yesus kepada kita dari perikop tersebut? c. Peserta diajak untuk menemukan sendiri pesan inti dari perikop sehubungan dengan jawaban pertanyaan di atas b. d. Pendamping memberikan tafsir dari Injil Yoh 3: 1–8 dan menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan, sebagai berikut: Tuhan Yesus menjelaskan keselamatan kepada Nikodemus, bahwa setiap orang harus dilahirkan kembali. Nikodemus yang adalah seorang pemimpin agama Yahudi, anggota Mahkamah Agama, dan seorang Farisi yang taat pada hukum Taurat. Ia juga sebagai pengajar Israel ayat 10. Mengapa Nikodemus datang kepada Yesus seorang diri pada waktu malam? Karena Nikodemus hendak membicarakan hal penting, maka ia lebih suka membicarakannya dengan Yesus seorang diri pada waktu yang sudah sepi, sehingga tidak banyak gangguan dari orang lain. Nikodemus menghadap Yesus dengan rasa hormat, dengan memanggilNya:”Rabi” atau “Guru.” Nikodemus yakin bahwa Yesus adalah Guru yang diutus Allah, karena segala tanda-tanda yang telah diperbuat oleh Yesus di Yerusalem. Yesus mengatakan kepada Nikodemus bahwa jalan masuk ke dalam Kerajaan Allah itu sangat berlainan dengan yang dipikirkan oleh Nikodemus. Yesus berkata:“Jika orang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat 144 Kerajaan Allah” ayat 3. Maksudnya adalah bahwa orang harus berubah total, yaitu suatu kelahiran baru, dan tanpa perubahan itu seorang pun tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Harus ada kelahiran baru oleh Roh. Perkataan Nikodemus mengenai kelahiran secara jasmani dimaksudkan bahwa:”Bagaimana perangaiku, watakku, pikiranku, dan diriku dapat diubah?” Maka Yesus memberi jawab kepada Nikodemus, bahwa dia harus dilahirkan dengan air dan Roh. Air melambangkan pembaptisan Yohanes Pembaptis yang menyuruh orang-orang untuk bertobat. Sedangkan dilahirkan oleh Roh adalah dengan percaya kepada Yesus yang ditinggikan di salib untuk menebus manusia dari dosa, maka akan dilahirkan baru di dalam Roh.

5. Langkah IV: Menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta konkrit

a. Pengantar Dalam pembicaraan tadi, kita telah menemukan sikap dan tindakan Yesus sebagai penyelamat umat manusia dengan menjanjikan hidup kekal yang disampaikan kepada Nikodemus. Sebagai seorang Kristiani yang telah dilahirkan kembali dalam pembaptisan hendaknya kita juga melakukan ajaran Tuhan Yesus dengan hidup baru melalui pertobatan yang kita upayakan terus-menerus atau metanoia; dengan semakin memiliki iman mendalam, mampu berserah diri dan rela untuk dibimbing oleh Roh Kristus sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun dalam perjalanan hidup, kita sering merasa tidak mampu mewujudkannya, karena kelemahan manusiawi kita. Namun dalam pertemuan kali ini yang merupakan saat berahmat, Allah menyadarkan kembali panggilan kita 145 sebagai seorang Kristiani yang telah dilahirkan kembali dalam pembaptisan yang seharusnya semakin mampu membuka hati akan kasih Yesus sendiri, sehingga kita pun semakin mampu membangun sikap tobat sebagai perwujudan pembaharuan hidup kita sebagai orang-orang yang telah dibaptis. b. Sebagai bahan refleksi agar kita dapat semakin menghayati panggilan kita sebagai seorang Kristiani yang meneladan sikap dan tindakan Tuhan Yesus dalam hidup kita, kita akan melihat situasi nyata dalam hidup kita, dengan merenungkan pertanyaan ini: - Sikap dan tindakan apa yang bisa saudari-saudari perjuangkan agar semakin mampu mewujudkan sikap tobat dalam hidup sehari-hari sehingga semakin dapat mewujudkan tujuan hidup kita sebagai religius peniten rekolek? c. Saat hening Renungan secara pribadi akan pesan Injil dengan situasi konkrit peserta dengan panduan pertanyaan di atas b.1. Kemudian peserta diberi kesempatan secukupnya untuk mengungkapkan hasil renungan pribadinya. Sebagai bahan renungan dalam langkah konfrontasi ini pendamping memberikan arah rangkuman singkat sesuai dengan hasil-hasil renungan pribadi mereka, misalnya sebagai berikut: d. Contoh arah rangkuman penerapan pada situasi peserta: Yesus Sang Penyelamat, telah banyak menawarkan kesempatan kepada kita untuk membangun sikap tobat. Marilah kita menyadari kembali panggilan kita sebagai seorang Kristiani yang telah menerima pembaptisan dan terpanggil 146 sebagai religius peniten rekolek yang memiliki semangat metanoia. Hendaknya kita membaharui hidup terus-menerus dengan membangun sikap tobat yang kita upayakan. Oleh karena itu, sebaiknya kita berani menanggalkan cara hidup yang lama dengan menggantinya dengan sikap hidup yang baru melalui pertobatan yang kita upayakan. Tidaklah mudah mengikuti kehendak Yesus dengan hidup secara baru yang berarti bertobat secara total. Namun dengan beriman kepada Yesus sendiri, Dia akan memampukan kita untuk membangun sikap tobat secara terus-menerus untuk mencapai hidup suci yang berkenan kepada Kristus.

6. Langkah V: Mengusahakan suatu aksi konkrit

a. Pengantar Para saudari yang dikasihi Tuhan Yesus, setelah kita bersama-sama menggali pengalaman kita sebagai seorang Kristiani yang telah dibaptis dan yang berusaha terus-menerus membangun sikap tobat dalam hidup kita, seperti kesaksian pertobatan Bapak Edy Sapto yang dulu sebagai pengedar narkoba dan pembunuh berdarah dingin. Karena keterbukaan hatinya terhadap kasih Yesus melalui SabdaNya dalam Kitab Suci; Bapak Edy Sapto mampu bertobat. Demikian juga pengalaman kita sehari-hari, dalam membangun sikap tobat sebagai perwujudan pembaharuan hidup. Dari pengalaman Injil Yohanes, kita mengenal Pribadi Yesus yang penuh kasih. Ia menunjukkan kepada kita cara memperoleh keselamatan yakni dengan dilahirkan kembali melalui air dan Roh. Kita semua telah menerima pembabtisan tanda kelahiran baru dan menerima pencurahan Roh Kudus. Akhirnya, pengalaman kita sebagai seorang Kristiani yang telah dibaptis 147 disemangati kembali untuk semakin meningkatkan penghayatan panggilan hidup kita sebagai seorang religius Kristiani sesuai dengan kehendak Yesus. Dalam perjalanan hidup kita sebagai seorang Kristiani, kita perlu senantiasa menyadari bahwa Tuhan Yesus selalu menyertai usaha kita dalam membangun sikap tobat secara terus-menerus. Marilah sekarang kita memikirkan niat dan tindakan apa yang dapat kita perbuat dalam hidup kita sebagai seorang Kristiani yang telah dilahirkan kembali dalam pembaptisan di tengah-tengah umat sebagai bentuk pembaharuan hidup kita. b. Memikirkan niat-niat dan bentuk keterlibatan kita yang baru pribadi maupun bersama untuk lebih meningkatkan penghayatan hidup Kristiani sebagai seorang yang telah dibaptis, baik dalam komunitas, kongregasi, kelompok kaum muda, lingkungan, paroki maupun masyarakat sekitar; sesuai dengan harapan Tuhan Yesus yang telah menyelamatkan kita. Berikut ini adalah pertanyaan penuntun untuk membantu peserta membuat niat-niat: 1 Apa yang hendak saudari-saudari lakukan untuk semakin dapat menjadi seorang religius Kristiani yang membangun sikap tobat sebagai perwujudan pembaharuan diri? 2 Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan dalam mewujudkannya? c. Peserta diberi kesempatan dalam suasana hening memikirkan sendiri-sendiri niat-niat pribadi maupun bersama yang akan dilakukan. d. Niat-niat pribadi dapat diungkapkan dalam kelompok kecil untuk saling meneguhkan. 148 e. Pendamping mengajak peserta untuk membicarakan dan mendiskusikan bersama guna menentukan niat bersama yang konkrit, yang dapat segera diwujudkan, agar mereka semakin memperbaharui sikap bersama sebagai seorang Kristiani sebagai religius muda di komunitas, kongregasi, lingkungan maupun di paroki dan masyarakat.

7. Penutup

a. Saat hening, sementara salib dan lilin diletakkan di tengah-tengah peserta kemudian lilin dinyalakan. b. Kesempatan untuk doa umat secara spontan yang diawali oleh pendamping dengan menghubungkan dengan kebutuhan dan situasi religius muda baik di kelompok mereka sebagai orang muda, lingkungan Gereja maupun masyarakat. Kemudian doa umat disusul secara spontan oleh para peserta yang lain. Akhir doa umat disatukan dengan doa Bapa Kami yang diawali oleh ajakan pendamping; dilanjutkan doa penutup oleh pendamping. c. Doa penutup Tuhan Yesus yang selalu mengasihi kami, kami bersyukur atas panggilanMu kepada kami sebagai seorang religius Kristiani melalui pembaptisan yang telah kami terima. Engkau telah menunjukkan kepada kami, bagaimana kami dapat memperoleh hidup kekal dalam KerajaanMu. Kami telah Kau lahirkan kembali dalam air dan Roh, oleh karena itu mampukan kami agar kami semakin membuka hati terhadap kasihMu yang menyelamatkan melalui SabdaMu dalam Kitab Suci. Bantulah kami dalam upaya membangun sikap tobat dan mewujudkannya dalam 149 kehidupan kami sehari-hari. Demi Kristus yang telah wafat di salib untuk menebus kami dan bangkit dengan mulia bersama Bapa dalam persekutuan dengan Roh Kudus kini dan selamanya. Amin. d. Sesudah doa penutup, pertemuan diakhiri dengan bernyanyi bersama lagu dari Puji Syukur No 603:”Curahkan Rahmat dalam Hatiku” bait 1 2.

D. KETERBATASAN PENELITIAN

Penulis menyadari bahwa penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain: 1. Peneliti Peneliti adalah salah seorang anggota Kongregasi SFS sehingga dapat dimungkinkan penyajiaan data maupun pengolahan hasil penelitian kurang objektif. 2. Responden Responden dari pembina yang semula direncanakan dibatasi dua orang suster menjadi tiga orang suster dikarenakan telah terjadi pergantian koordinator tim pembina yunior per Juli 2012. Oleh karena itu, peneliti menambahkan koordinator yang baru sebagai responden yang menjadi rekan sejawat dalam penelitian ini. Responden dalam penelitian ini adalah para suster Kongregasi SFS sendiri sehingga informasi yang diperoleh bersifat sejenis. Peneliti menyadari bahwa informasi akan lebih lengkap dan objektif jika melibatkan responden dari kalangan karyawan yang menjadi rekan kerja para 150 suster Kongregasi SFS dan pengguna jasa dari unit karya pelayanan yang dimiliki oleh Kongregasi SFS. 3. Informan Informan untuk memperoleh informasi yang direncanakan dari medior senior hingga bina lanjut pada kenyataanya di lapangan, peneliti memasukkan seorang responden yunior sebagai salah satu informan yang mewakili jenjang yuniorat. 4. Peneliti menyadari keterbatasan dalam menyajikan bukti-bukti berupa dokumentasi yang menunjang informasi dalam penelitian ini. 5. Peneliti juga menyadari keterbatasan waktu dan kemampuan dalam observasi maupun analisis berkaitan dengan pengolahan data informasi yang peneliti sajikan. 151

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan deskripsi data hasil wawancara dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pemahaman dan pergulatan perwujudan spiritualitas pendiri Kongregasi SFS yang meliputi:

Spiritualitas ulah tapa merupakan latihan rohani dalam menjalin relasi dan usaha menemukan Allah yang mendasari seluruh bidang hidup lainnya. Spiritualitas pengendalian diri sebagai usaha mengalahkan ego diri demi perkembangan hidup rohani agar dapat hidup semakin berkenan kepada Allah. Sedangkan spiritualitas cinta kasih yang melayani merupakan bentuk pemberian diri secara total dalam tugas pelayanan kepada sesama sebagai perwujudan pelayanan kepada Tuhan Yesus sendiri. 2. Pemahaman para suster mengenai perkembangan di masa sekarang yang terdiri dari beberapa konteks, yakni: Trend komunikasi sekarang menggunakan media komunikasi yang menggeser komunikasi langsung namun di sisi lain media komunikasi membuka peluang untuk hal-hal yang positif. Trend kebudayaan sekarang cenderung ikut budaya yang sedang nge-trend yang tertuju pada pemenuhan kepuasan diri sendiri. Trend psikologi sekarang memadukan berbagai kecerdasan dengan mengembangkan fungsi otak secara seimbang. Trend pendidikan sekarang tidak 152 lagi terpusat pada guru melainkan peserta didik semakin mandiri dalam mencari dan mengembangkan pegetahuan dari berbagai sumber dan tetap membangun karakter serta pendidikan nilai akhlak. Trend kepemimpinan sekarang membangun manajemen yang baik dengan melibatkan karyawan atau anggota secara penuh demi terwujudnya visi dan tercapainya tujuan demi kesejahteraan bersama. 3. Upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri Kongregasi Upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri Kongregasi selama ini telah membawa anggota Kongregasi SFS semakin mengetahui, memahami dan menghayati nilai-nilai spiritualitas pendiri dalam situasi zaman sekarang ini. Hasil dari upaya tersebut dirasakan oleh para anggota bahwa ada kemajuan yang semakin baik dalam hidup persaudaraan, hidup rohani dan karya pelayanan. Upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri tersebut dapat dilihat dari rekomendasi kapitel khususnya dalam bidang spiritualitas, persaudaraan, pembinaan dan kepemimpinan selama kurun waktu tiga kali kapitel di bawah ini: Tahun Konteks Rumusan Rekomendasi 2004 Kemajuan zaman dengan tuntutan yang kompleks membutuhkan kesaksian penghayatan spiritualitas yang relevan, pentingnya pembinaan yang mendasari seluruh Penggalian dokumen-dokumen tentang spiritualitas pendiri Kongregasi bersama seluruh anggota dan merefleksikannya sebagai religius SFS, menekankan komunikasi yang bermutu dan mendalam dalam hidup persaudaraan, memprioritaskan dan memfasilitasi para formatores untuk mendalami kharisma dan spiritualitas pediri tarekat, dan meninjau 153 dinamikan hidup bakti dan penerapan kepemimpinan delegatif dan partisipatif . kembali struktur organisasi tarekat dan karya serta memberdayakan orang-orang yang berada dalam lingkup tanggungjawab kepemimpinan. 2008 Perkembangan zaman membutuhkan kesaksian penghayatan semangat dan kharisma pendiri, maraknya ketidakadilan dan pelanggaran HAM, tuntutan kedewasaan yang mencakup IQ, EQ, dan SQ serta berkembangnya berbagai budaya. Pokok-pokok perhatian pada perumusan spiritualitas pendiri, perwujudan spiritualitas dalam hidup rohani, persaudaraan dan karya dan adanya tenaga ahli di bidang spiritualitas; pokok-pokok perhatian pembinaan mencakup isi pembinaan, cara pembinaan, dan tantangan dalam pembinaan awal, medior dan senior; pokok perhatian dalam persaudaraan mewujudkan komunikasi yang mendalam dan bermutu yang mendukung hidup religius sedangkan untuk ke luar memberi perhatian kepada sesama yang berkesusahan dan yang mengalami ketidakadilan serta bidang kepemimpinan mengevaluasi adanya tugas rangkap, batas usia, tingkat pendidikan, aneka budaya dan relasi serta perlunya pembuatan Pedoman Kepemimpinan. 2012 Keanekaragaman budaya dan perubahan zaman yang penuh tantangan membutuhkan kesaksian hidup yang Rumusan spiritualitas adalah:”Suster Fransiskan Sukabumi menghayati kasih Yesus Kristus Injili dalam hidup persaudaraan yang ditopang oleh semangat tobat, doa, pelayanan, dan kesederhanaan”, pembinaan perlu merevisi

Dokumen yang terkait

Peranan hidup doa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual para suster yunior Kongregasi Suster-Suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 1 189

Hubungan timbal balik antara doa dan semangat peniten rekolek menurut spiritualitas Suster Fransiskan Sukabumi.

0 6 141

Penataan Sistem Informasi Akuntansi dan Tata Kelola Lembaga Nirlaba di Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi. - Unika Repository

0 0 66

DESKRIPSI TINGKAT KEBERMAKNAAN HIDUP SUSTER-SUSTER YUNIOR KONGREGASI FRANSISKANES SANTA ELISABETH (FSE) TAHUN 2004 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK

0 0 86

Makna spiritualitas cinta kasih bagi para suster yunior Kongregasi Suster Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef Provinsi Indonesia tahun 2011 - USD Repository

0 0 179

Pembinaan hidup religius para suster yunior kongregasi suster-suster Fransiskanes Sibolga dalam proses pematangan pribadi berdasarkan nilai-nilai spiritualitas Santo Fransiskus Asisi - USD Repository

0 5 142

Penghayatan spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi untuk kesaksian hidup injili masa sekarang, para suster Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia (KSFL) Pematangsiantar - USD Repository

0 1 140

Pengaruh bimbingan rohani terhadap kemampuan komunikasi antarpribadi para suster yunior dan yang berkaul kekal lima tahun ke bawah Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia Pematangsiantar - USD Repository

0 0 137

Upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri implikasinya bagi pembinaan suster-suster yunior Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi - USD Repository

0 0 222

HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA DOA DAN SEMANGAT PENITEN REKOLEK MENURUT SPIRITUALITAS SUSTER FRANSISKAN SUKABUMI

0 0 139