11
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN FOKUS PENELITIAN
Pada bab II ini dipaparkan mengenai kajian pustaka yang terdiri dari spiritualitas pendiri Kongregasi SFS yang meliputi: spiritualitas dan kharisma,
riwayat pendiri Kongregasi Suster Bergen op Zoom, sejarah berdirinya Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi di Indonesia, spiritualitas pendiri
kongregasi dan visi, misi serta tujuan Kongregasi SFS; konteks yang dibatasi pada bidang komunikasi, kebudayaan, psikologi, pendidikan, dan kepemimpinan;
peluang dan tantangan dalam pembinaan, kontekstualisasi spiritualitas pendiri, penelitian relevan, serta fokus penelitian.
A. SPIRITUALITAS PENDIRI KONGREGASI SUSTER-SUSTER
FRANSISKAN SUKABUMI 1.
Spiritualitas dan Karisma
Jacobs 1989: 3 berpendapat bahwa hanya ada satu spiritualitas, yaitu spiritualitas Kristiani. Kita sama-sama milik Kristus. Dibaptis dalam Kristus,
digerakkan oleh Roh Kudus menuju Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus. Tetapi masing-masing orang menghayati imannya menurut kepribadian dan latar
belakang, kekhususan dan keunikannya sendiri. Maka ada sekelompok orang yang menghayati iman Kristiani, yang memiliki ciri yang khas yang membedakan
dengan kelompok-kelompok yang lain. Kekhasan penghayatan iman Kristiani dalam kelompok inilah yang disebut spiritualitas.
12
Jacobs 1989: 1-2 menjelaskan bahwa kata spiritualitas berasal dari kata Perancis, spiritualité yang berarti cara atau gaya hidup. Kata spiritualitas dari kata
spiritus, yang berarti roh. Jadi, kata spiritualis berarti orang yang digerakkan oleh Roh Kudus. Pengertian spiritualis dalam bahasa Yunani: pneumatikos berarti
kharismatis. Yang artinya orang yang digerakkan oleh Roh. Yang khas dari orang pneumatikos
itu ialah, bahwa mereka orang yang spontan digerakkan oleh Roh dan agak menyimpang dari yang biasa-biasa. Jadi, yang khas untuk pneumatisi
justru bahwa mereka tidak terikat pada lembaga, pada institusi, pada organisasi. Selalu merupakan suatu gerakan bebas dalam Gereja. Spiritualitas selalu suatu
proses. Spiritualitas adalah sesuatu yang dinamis, yang berkembang. Maka spiritualitas awal harus selalu diceritakan kembali. Kalau seseorang tertarik pada
suatu ordo atau kongregasi, hal itu berarti bahwa dia merasa cita-cita rohaninya sendiri cocok dengan kelompok ini. Dan kalau dia betul-betul sudah terintegrasi
ke dalam ordo atau kongregasi, dia ikut menentukan spiritualitas. Setiap orang berpartisipasi pribadi dalam spiritualitas kongregasi karena menghayati kharisma
secara pribadi. Spiritualitas sangat tergantung dari situasi dan kondisi, sehingga setiap ordo
atau kongregasi mempunyai wajah yang berbeda dengan wajah cabang-cabang lain di lain negara. Tetapi kita semua mempunyai dasar yang sama. Dan dalam
kharisma kita mempunyai dasar untuk berkomunikasi satu dengan yang lain. Dengan kata lain, komunikasi menjadi pokok spiritualitas dan karisma.