mengadakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan status gizi dan pertumbuhanperkembangan pada balita.
5.2 Pengaruh Pemanfaatan Dana BOK Berdasarkan Pembinaan terhadap
Cakupan Pemantauan Penimbangan Balita KS, Cakupan Partisipasi Masyarakat DS dan Cakupan Hasil Penimbangan ND
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pembinaan kader di Kecamatan
Bambel Kabupaten Aceh Tenggara, mayoritas baik yaitu sebesar 93,9 sedangkan
kurang baik sebesar 6,1. Tidak ada hubungan pembinaan dengan cakupan pemantauan penimbangan balita KS, cakupan partisipasi masyarakat DS dan
cakupan hasil penimbangan ND p0,05. Berdasarkan hasil uji regresi linear sederhana diperoleh nilai p0,05 berarti tidak ada pengaruh pemanfaatan dana BOK
berdasarkan pembinaan terhadap cakupan pemantauan penimbangan balita KS, cakupan partisipasi masyarakat DS dan cakupan hasil penimbangan NDdi
Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara. Pembinaan dilakukan dengan tujuan untuk memantapkan dan meningkatkan
pengetahuan, sikap serta keterampilan terhadap kegiatan yang telah berjalan. Pembinaan sangat penting artinya untuk kelangsungan kegiatan yang telah
dijalankan, karena pada tahap awal latihan kader hanya sekedar memperoleh informasi sehubungan dengan peningkatan pengetahuan. Pelatihan berkaitan dengan
keahlian dan kemampuan seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya. Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu seseorang untuk mencapai keahlian dan
kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan Dengan adanya
Universitas Sumatera Utara
pembinaan-pembinaan yang dilakukan diharapkan kader berperan aktif dalam kegiatan posyandu.
Pembinaan kader sangat penting dilakukan terutama saat pelaksanaan posyandu. Pembinaan hendaknya dilakukan oleh petugas puskesmas khususnya
petugas gizi, agar sesuai dengan materi-materi tugas kader di posyandu yang berkaitan dengan gizi.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan bahwa kader sudah pernah mendapatkan pembinaan dalam bentuk pelatihan tentang cara pendataanpencatatan
yang berkaitan dalam kegiatan Posyandu. Banyaknya pelatihan yang diikuti oleh kader hanya satu kali setahun. Berdasarkan hal tersebut diatas tentunya pembinaan
yang diberikan masih sangat kurang, karena masih banyak materi yang perlu untuk diajarkan kepada kader termasuk juga tekhnik dalam penimbangan dan memberikan
penyuluhan. Hal ini sangat dimungkinkan karena petugas kesehatan belum pernah melatih
kader dalam memberikan penyuluhan. Sehingga dapat kemungkinan menjadi sebab kader tidak percaya diri untuk mau memberikan penyuluhan kepada masyarakat,
karena kader merasa kurang yakin akan kemampuannya. Selain itu dukungan dari lurah tidak lebih hanya sebatas penyampaian informasi kegiatan Posyandu setiap
bulannya saja dan bantuan dana yang jumlahnya hanya dapat diberikan untuk membuat makanan tambahan saja dan tidak berlaku setiap bulannya. Keperluan
kegiatan Posyandu sepertinya diberikan perhatian penuh kepada petugas kesehatan dan puskesmas saja. Sehingga tidak mengherankan bila ketersediaan sarana seperti
Universitas Sumatera Utara
meja dan bangku yang hanya beberapa saja, artinya kegiatan Posyandu tidaklah dilakukan lima meja.
Pembinaan dan pengawasan Posyandu merupakan bagian dari kegiatan yang harus dilakukan oleh fasilitator posyandu sehingga harus memahami dan terampil
dalam penyelenggaraan Posyandu, pengorganisasian Posyandu dan memahami indikator perkembangan Posyandu sehingga dapat melakukan pembinaan dan
pengawasan yang tepat pada saat melakukan fasilitasi Posyandu di wilayah tugasnya. Unsur pembina dan penggerak terkait yang juga berperan memberikan
dukungan dalam upaya meningkatkan kinerja Posyandu adalah Pemerintah Pusat dalam pemberian dana BOK untuk penyelenggaraan Posyandu, Lembaga
pemberdayaan Masyarakat LPM yang juga dapat melakukan pembinaan untuk terselenggaranya Posyandu secara teratur.
5.3 Pengaruh Pemanfaatan Dana BOK Berdasarkan Keaktifan Kader