2.3.1 Operasional Posyandu
Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan di dalam Undang- Undang No 36 tahun 2009 bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan
masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi dan peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan
sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Khusus untuk balita, kegiatan upaya perbaikan gizi dilaksanakan melalui kegiatan posyandu, melalui beberapa kegiatan
yaitu Kemenkes, 2013:
a. Pemantauan Pertumbuhan Balita melalui Kegiatan Penimbangan Pemantauan pertumbuhan balita dilakukan melalui posyandu.Hal tersebut
merupakan salah satu upaya penanggulangan gizi buruk yang dapat dilakukan di tingkat individu ataupun kelompok melalui penimbangan berat badan balita
secara rutin tiap bulan dan mencatat hasilnya pada kartu menuju sehat. Pemantauan pertumbuhan balita melalui penimbangan berat badan di posyandu
mempunyai tujuan, yaitu: 1 Mengetahui status pertumbuhan balita dari bulan ke bulan
2 Mengetahui secara lebih dini awal terjadinya gangguan pertumbuhan pada balita sebagai upaya deteksi dini balita gizi buruk
3 Memberikan tindakan penanggulangan intervensi segera pada anak yang mengalami gangguan pertumbuhan agar dapat dikembalikan ke jalur
pertumbuhan normal.
Universitas Sumatera Utara
4 Memberikan konseling pada ibupengasuh anak dalam upaya mempertahankan atau meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan anak.
Hasil Penimbangan Balita di Posyandu yang dilakukan setiap bulan menghasilkan data penimbangan, yaitu:
1 Jumlah balita S yang ada di wilayah desa. 2 Jumlah balita yang memiliki KMS K.
3 Jumlah balita yang datang ditimbang D pada bulan penimbangan. 4 Jumlah balita yang naik berat badannya N pada bulan penimbangan.
5 Jumlah anak balita Bawah Garis Merah BGM. 6 Jumlah balita yang tidak naik berat badannya T.
7 Jumlah balita yang datang bulan ini, tetapi bulan lalu tidak datang O. 8 Jumlah balita baru yang datang B.
Dari data hasil penimbangan tersebut dapat dihasilkan cakupan kinerja program gizi, yaitu:
1 Cakupan penimbangan balita meliputi cakupan program KS: Memantau balita yang telah mendapat KMS.
2 Cakupan partisipasi masyarakat DS: Memantau partisipasi masyarakat untuk menimbang balitanya ke posyandu.
3 Cakupan kelangsungan penimbangan DK: Memantau balita yang memiliki KMS dan ditimbang di posyandu.
Universitas Sumatera Utara
4 Cakupan hasil penimbangan ND: Memantau efektifitas perbaikan gizi dengan melihat jumlah balita yang naik berat badannya selama 2 kali berturut-
turut datang ke posyandu. b. Pemberian vitamin A untuk Balita
Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar
esensial.Vitamin A berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan terhadap penyakit Depkes RI, 2005.
Kekurangan vitamin A merupakan penyakit sistemik yangg merusak sel dan organ tubuh, dan menyebabkan metaplasia keratinisasi pada epitel saluran
pernapasan, saluran kemi, dan saluran pencernaan. Perubahan pada ketiga saluran ini relatif lebih awal terjadi ketimbang kerusakan yang terdeteksi pada mata. Namun,
hanya karena hanya mata yang mudah diamati dan diperiksa, diagnosis klinis yang spesifik didasarkan pada pemeriksaan mata. Kekurangan vitamin A dapat terjadi pada
semua umur akan tetapi kekurangan yang disertai kelain pada mata umumnya terdapat pada anak berusia 6 bulan sampai 4 tahunArisman, 2007.
Kekurangan vitamin A terutama terdapat pada anak-anak balita.Tanda-tanda kekurangan terlihat bila simpanan tubuh habis terpakai. Kekurangan vitamin A dapat
menghambat pertumbuhan, gangguan pada mata dalam menerima cahaya, serta meningkatnya kemungkinan menderita infeksi, anak menjadi letih, lesu, tidak
bersemangat. Padahal salah satu ciri balita sehat adalah keceriaan yang nampak dari si balita. Untuk mencegah terjadinya kekurangan vitamin A pada balita salah satu
Universitas Sumatera Utara
kegiatan pencegahannya adalah melalui kegiatan Posyandu pada setiap bulan Februari dan Agustus seluruh balita usia 12-59 bulan mendapatkan kapsul vitamin A
berwarna merah Almatsier, 2011. Anak-anak yang mengalami gizi kurang mempunyai resiko yang tinggi untuk
mengalami kebutaan sehubungan dengan defisiensi vitamin A, karena alasan ini vitamin A dosis tinggi harus diberikan secara rutin untuk semua anak yang
mengalami gizi kurang pada hari pertama, kecuali bila dosis yang sama telah diberikan pada bulan yang lalu. Dosis untuk anak usia12 bulan 200.000 IU Depkes,
2005.
Gambar 2.2 Vitamin A yang diberikan kepada Balita Depkes RI, 2009 2.3.2
Sweeping
a. Pemantauan garam beryodium, dengan kegiatan untuk mendapatkan data rumah tangga yang mengonsumsi garam dengan kandungan yodium
cukup =30 ppm, kurang 30 ppm dan tidak mengandung yodium. Sehingga diperolehnya informasi tentang jenis garam yang digunakan di
rumah tangga, merk garam yang digunakan di rumah tangga, konsumsi
Universitas Sumatera Utara
garam beryodium pada balita, cara penyimpanan garam beryodium, lokasi penyimpanan dan tempat membelian.
b. PMT Pemberian Makanan Tambahan PMT berupa MP-ASI bagi anak 6-23 bulan dan PMT pemulihan pada anak 24-59 bulan kepada balita gizi
kurang dari keluarga miskin. c. Penggerakan Kadarzi
Penggerakan keluarga sadar gizi bertujuan dipraktikannya norma keluarga sadar gizi bagi seluruh keluarga di Indonesia, untuk mencegah terjadinya
masalah kurang gizi, khususnya gizi buruk. Kegiatan penggerakan keluarga sadar gizi dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspeksosial
budaya lokal spesifik. Pokok kegiatan promosi keluarga sadar gizi meliputi;
1 Menyusun strategi pedoman promosi keluarga sadar gizi 2 Mengembangkan, menyediakan dan menyebarluaskan materi
3 Promosi pada masyarakat, organisasi kemasyarakatan, institusi 4 Pendidikan, tempat kerja, dan tempat-tempat umum
5 Melakukan kampanye secara bertahap, tematik menggunakan media efektif terpilih
6 Menyelenggarakan diskusi kelompok terarah melalui dasawisma dengan dukungan petugas.
Keluarga miskin yang anaknya menderita kekurangan gizi perlu diprioritaskan sebagai sasaran penanggulangan kemiskinan.
Universitas Sumatera Utara
d. Kunjungan pendampingan bagi penderita gizi kurangburuk Meningkatkan komitmen para penentu kebijakan, termasuk legislatif,
tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuka adat, pers. Meningkatkan kemampuan teknis petugas dalam pengelolaan program Gizi. Diskusi dan
rapat kerja dengan DPRD secara berkala dan melakukan pendampingan di wilayah kerja puskesmas.
2.3.3 Pemantauan Status Gizi