meja dan bangku yang hanya beberapa saja, artinya kegiatan Posyandu tidaklah dilakukan lima meja.
Pembinaan dan pengawasan Posyandu merupakan bagian dari kegiatan yang harus dilakukan oleh fasilitator posyandu sehingga harus memahami dan terampil
dalam penyelenggaraan Posyandu, pengorganisasian Posyandu dan memahami indikator perkembangan Posyandu sehingga dapat melakukan pembinaan dan
pengawasan yang tepat pada saat melakukan fasilitasi Posyandu di wilayah tugasnya. Unsur pembina dan penggerak terkait yang juga berperan memberikan
dukungan dalam upaya meningkatkan kinerja Posyandu adalah Pemerintah Pusat dalam pemberian dana BOK untuk penyelenggaraan Posyandu, Lembaga
pemberdayaan Masyarakat LPM yang juga dapat melakukan pembinaan untuk terselenggaranya Posyandu secara teratur.
5.3 Pengaruh Pemanfaatan Dana BOK Berdasarkan Keaktifan Kader
terhadap Cakupan Pemantauan Penimbangan Balita KS, Cakupan Partisipasi Masyarakat DS dan Cakupan Hasil Penimbangan ND
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keaktifan kader di Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara, mayoritas baik yaitu sebesar 69,7. Hal ini disebabkan
balitanya pernah diketahui menderita gizi kurang atau gizi buruk, petugas sering datang mendampingi ke rumah 33,3. Sedangkan saat berkunjung ke rumah,
petugas meminta KMS balita untuk diisi 54,5 dan petugas sering mendata perkembangan pertumbuhan balita secara rutin dan teratur 69,7.
Universitas Sumatera Utara
Hasil analisis bivariat diperoleh bahwa tidak ada hubungan keaktifan kader dengan cakupan pemantauan penimbangan balita KS, cakupan partisipasi
masyarakat DS dan cakupan hasil penimbangan ND. Berdasarkan hasil analisis multivariate menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh keaktifan kader terhadap
cakupan pemantauan penimbangan balita KS, cakupan partisipasi masyarakat DS dan cakupan hasil penimbangan ND.
Semakin baik pengetahuan akan semakin baik pula keaktifan kader dalam kegiatan posyandu. Oleh karena itu pelatihan-pelatihan yang rutin bagi kader
posyandu sangat penting untuk mendukung perkembangan pengetahuannya, sehingga kader lebih mengerti tentang tugas-tugasnya dan lebih aktif dalam mengikuti setiap
kegiatan posyandu. Kebanyakan kader bekerja menjadi petani dan pedagang dimana waktu
kerjanya mulai pagi hari, waktu istirahat menjelang jam 12 siang, kemudian dilanjutkan jam 2 sampai sore. Responden yang bekerja sebagai wiraswasta pun
bekerja dari pagi hari sampai sore hari, sehingga tidak dapat mengikuti kegiatan posyandu. Responden yang beralasan mengurus keluarga tidak dapat mengikuti
kegiatan posyandu dikarenakan memiliki anak kecil yang masih berusia dibawah 1 tahun. Responden yang mempunyai alasan “malas” tidak aktif dalam kegiatan
posyandu, dikarenakan responden menghabiskan waktunya tanpa menghasilkan uang. Sehingga responden jarang mengikuti kegiatan posyandu saat posyandu
dilaksanakan. Hal ini sedikit bertentangan dengan syarat menjadi seorang kader posyandu yang telah ditetapkan oleh pemerintah, antara lain seorang kader posyandu
Universitas Sumatera Utara
memiliki jiwa sosial dan mau bekerja secara relawan, dan mempunyai waktu yang cukup.
Kader posyandu adalah siapa saja dari anggota masyarakat yang mau bekerja sama secara sukarela dan ikhlas, mau dan sanggup menggerakkan masyarakat untuk
melaksanakan kegiatan posyandu. Selain itu kader merupakan penggerak dalam masyarakat khususnya dalam membantu atau mendukung keberhasilan pemerintah
dibidang kesehatan yang tidak mengharapkan imbalan berupa gaji dari pemerintah melainkan bekerja secara sukarela. Partisipasi kader adalah keikutsertaan kader dalam
suatu kegiatan kelompok masyarakat atau pemerintah. Peran kader secara umum yaitu melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan bersama dalam rangka
meningkatkan kesehatan masyarakat. Depkes RI, 1989. Terkait dengan kader Posyandu, dari segi kuantitas, jumlah kader lima orang
untuk setiap Posyandu sebenarnya sudah cukup karena sudah sesuai dengan konsep Posyandu lima meja, yang mencakup pendaftaran, penimbangan, penilaian hasil
penimbangan, konseling, penyuluhan atau rujukan, dan pelayanan gizi oleh petugas Dinkes Provinsi Aceh, 2005. Jika semua kader Posyandu aktif di Posyandu tentunya
sudah sesuai dengan standar pemantauan pertumbuhan balita, tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua kader Posyandu aktif. Ada enam
Posyandu Posyandu Mawar IV, Mawar IX, Mawar XI, Mawar XII, Mawar XIV, Mawar XVI yang memiliki empat orang kader yang aktif, sedangkan Posyandu
Mawar XVIII hanya memiliki dua orang kader yang aktif. Hal ini tentunya akan
Universitas Sumatera Utara
membuat kegiatan di Posyandu tidak dapat berjalan dengan lancar sehingga pelaksanaan kegiatan pemantauan pertumbuhan balita tidak maksimal.
Jadwal Posyandu seharusnya tidak sering berubah karena masyarakat jadi tidak tahu bila ada Posyandu, apalagi jika kader tidak memberitahu perubahan jadwal
tersebut. Jam kunjungan Posyandu juga seharusnya dapat diperpanjang, tidak hanya dua jam, tentu dengan mempertimbangkan waktu luang yang dimiliki masyarakat
sekitar. Di samping itu perlu juga ditinjau ulang tentang biaya yang dikenakan pada masyarakat pengunjung Posyandu.
Sebelum seseorang aktif dalam suatu kegiatan, ia harus tahu terlebih dahulu kegiatan apa saja yang akan dilakukan dan apakah ada manfaat dari kegiatan tersebut.
Seorang kader akan aktif berpartisipasi dalam kegiatan posyandu apabila ia memiliki pengetahuan tentang posyandu dan mengetahui dengan rinci apa yang menjadi tugas
seorang kader posyandu, serta memiliki waktu luang dan kesadaran dari dirinya sendiri untuk melaksanakan tugasnya menjadi kader. Upaya meningkatkan peran
serta masyarakat antara lain melalui sistem pengkaderan dengan pelatihan, penyuluhan, dan bimbingan untuk menumbuhkan sikap mandiri sehingga mampu
menggali dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia serta menumbuhkan dan memecahkan masalah yang dihadapi guna mencapai pelayanan yang optimal. Untuk
itu diperlukan kader yang baik, yang dapat menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Petugas kesehatan hanya mengawasi dan membantu upaya yang bukan wewenang kader posyandu. Pada kenyataanya pada setiap pelaksanaan kegiatan
posyandu peran petugas kesehatan dan bidan lebih menonjol Depkes RI, 2006. Ketidakaktifan kader dalam memberikan informasi tentang perubahan jadwal
Posyandu sebenarnya berkaitan dengan anggaran dana. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa kader hanya memperoleh uang jasa sebesar Rp 15.000 sekali
pertemuan setiap pelaksanaan kegiatan posyandu. Uang yang diterima tentunya tidak seimbang dengan besarnya tugas dan tanggung jawab yang dipikul oleh kader
sehingga akan berpengaruh kepada pelaksanaan kegiatan Posyandu. Hal ini sesuai dengan penelitian Sahrul 2006 di Kabupaten Bone yang menunjukkan bahwa
pemberian imbalan atau upah perlu untuk meningkatkan keaktifan kader sebagai wujud kinerja kader dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu. Demikian juga dengan
penelitian Syafei dkk 2008 di Kabupaten Batanghari Yokyakarta menunjukkan bahwa insentif sebagai bentuk motivasi terhadap kinerja kader Posyandu.
5.4 Pengaruh Pemanfaatan Dana BOK Berdasarkan Ketersediaan Dana