22 tidak dapat diubah karena mengubah Pembukaan UUD 1945 sama
halnya dengan pembubaran negara Republik Indonesia.
4. Hubungan Nilai Dan Moral Yang Terkandung Dalam Konstitusi
Secara keseluruhan, UUD 1945 merupakan sebuah produk hukum yang tentunya diharapkan memiliki nilai normatif namun pada kenyataannya
masih terdapat nilai-nilai yang hanya bersifat nominal atau bahkan semantik. Nilai-nilai yang bersifat normatif diantaranya adalah pasal-pasal dalam BAB
XV yang membahas bendera, bahasa, lambang serta lagu kebangsaan. Sisanya, menurut analisis penulis, pada umumnya bernilai nominal. Pasal-
pasal mengenai perlindungan hak asasi manusia, penjaminan fakir-miskin dan anak terlantar, pendidikan masih hanya merupakan ketentuan konstitusi
belaka yang belum diterapkan sepenuhnya. Bahkan beberapa pasal dalam BAB III mengenai kekuasaan pemerintahan negara cenderung bernilai
semantik. Seperti dalam pasal 11 hasil amandemen, yang memberikan kekuasaan lebih besar pada Dewan Perwakilan Rakyat daripada sebelum
amandemen, seolah-olah konstitusi merupakan alat melaksanakan kekuasaan politik dengan memanfaatkan kondisi negara yang pada awalnya
executive heavy menjadi diarahkan pada legislative heavy. Oleh karenanya, pasal-pasal dalam UUD 1945 yang masih bernilai nominal perlu mendapat
perhatian khusus dari pemerintah untuk dijadikan sebuah nilai yang normatif. Nilai-nilai yang bersifat semantik pun sudah perlu ditinjau apakah memang
perlu dipertahankan atau tidak. Beberapa pasal yang cenderung mengarah pada kekuasaan legislatif yang superior tidak sejalan dengan sistem
pemerintahan Indonesia saat ini yang menganut sistem presidensial, seperti yang secara tegas disebutkan dalam pasal 4 ayat 1. Beberapa pasal
lainnya pun masih bersifat politis, khususnya yang berkaitan dengan lembaga negara dan kewenangan-kewenangannya, sehingga perlu
diingatkan lagi kepada para legislator, bahwa UUD ini membawa kepentingan seluruh rakyat Indonesia, bukan hanya semata-mata
kepentingan kelompok tertentu saja.
23
D. Aktivitas Pembelajaran