Diksi Diksi atau pilihan kata mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai

langsung antara dua hal atau benda untuk menciptakan suatu kesan mental yang hidup. 2.6.2.4 Majas Eufemisme Eufemisme adalah salah satu jenis gaya bahasa yang membandingkan dua hal dengan menggunakan perbandingan yang lebih luas. Hal ini dimaksudkan penutur tidak menyinggung perasaan mitra tutur, atau ungkapan-ungkapan yang halus untuk menggantikan ungkapan yang dapat dipersepsi menghina, menyinggung perasaan bagi mitra tutur.

2.6.3 Kategori Fatis Kridalaksana 1986:113 mengungkapkan kategori fatis adalah kategori

yang bertugas memulai, mempertahankan, atau megkukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Sebagian besar kategori fatis merupakan ciri ragam lisan. Karena ragam lisan pada umumnya merupakan ragam non-standar, maka kebanyakan kategori fatis terhadap dalam kalimat-kalimat non-standar yang banyak mengandung unsur-unsur daerah atau dialek regional. Berikut adalah bentuk kata-kata fatis. 1 ah menekankan rasa penolakan atau acuh tak acuh. 2 ayo menekankan ajakan. 3 deh menekankan pemksaan dengan membujuk, pemberian persetujuan, pemberian garansi, sekedar penekanan. 4 dong digunakan untuk menghaluskan perintah, menekankan kesalahan kawan bicara. 5 ding menekankan pengakuan kesalahan pembicara. 6 halo digunakan untuk memulai dan mengukuhkan pembicaraan di telepon, serta menyalami kawan bicara yang dianggap akrab. 7 kan apabila terletak pada akhir kalimat atau awal kalimat, maka kan merupakan kependekan dari kata bukan atau bukanlah, dan tugasnya ialah menekankan pembuktian. Apabila kan terletak di tengah kalimat maka kan juga bersifat menekankan pembuktian atau bantahan. 8 kek mempunyai tugas menekankan pemerincian, menekankan perintah, dan menggantikan kata saja . 9 kok menekankan alasan dan pengingkaran. Kok dapat juga bertugas sebagai pengganti kata tanya mengapa atau kenapa bila diletakkan di awal kalimat. 10 -lah menekankan kalimat imperatif dan penguat sebutan dalam kalimat. 11 lho bila terletak di awal kalimat bersifat seperti interjeksi yang menyatakan kekagetan. Bila terletak di tengah atau di akhir kalimat, lho bertugas menekankan kepastian. 12 mari menekankan ajakan. 13 nah selalu terletak pada awal kalimat dan bertugas untuk minta supaya kawan bicara mengalihkan perhatian ke hal lain. 14 pun selalu terletak pada ujung konstituen pertama kalimat dan bertugas menonjolkan bagian tersebut. 15 selamat diucapkan kepada kawan bicara yang mendapatkan atau mengalami sesuatu yang baik. 16 sih memiliki tugas menggantikan tugas – tah dan – kah , sebagai makna ‘memang’ atau ‘sebenarnya’, dan menekankan alasan. 17 toh bertugas menguatkan maksud; adakalanya memiliki arti yang sama dengan tetapi . 18 ya bertugas mengukuhkan atau membenarkan apa yang ditanyakan kawan bicara, bila dipakai pada awal ujaran dan meminta persetujuan atau pendapat kawan bicara bila dipakai pada akhir ujaran. 19 yah digunakan pada awal atau di tengah-tengah ujaran, tetapi tidak pernah pada akhir ujaran, untuk mengungkapkan keragu-raguan atau ketidakpastian terhadap apa yang diungkapkan oleh kawan bicara atau yang tersebut dalam kalimat sebelumnya, bila dipakai pada awal ujaran; atau keragu-raguan atau ketidakpastian atas isi konstituen ujaran yang mendahuluinya, bila di tengah ujaran.

2.7 Unsur Suprasegmental

Unsur segmental berperan penting dalam bentuk bahasa tulis. Tetapi, dalam bahasa lisan yang berperan penting adalah unsur suprasegmental. Unsur tersebut terdiri atas tekanan, intonasi, dan nada. Berikut adalah pemaparan dari beberapa unsur suprasegmental.

2.7.1. Tekanan

Tekanan menyangkut masalah keras lunaknya bunyi. Suatu bunyi segmental yang diucapkan dengan arus udara yang kuat sehingga menyebabkan amplitudonya melebar, pasti dibarengi dengan tekanan keras. Sebaliknya, sebuah bunyi segmental yang diucapkan dengan arus udara yang tidak kuat sehingga amplitudonya menyempit, pasti dibarengi dengan tekanan lunak. Tekanan ini mungkin terjadi secara sporadis, mungkin juga telah berpola; mungkin juga bersifat distingtif, dapat membedakan makna, mungkin juga tidak distingtif Achmad Alek, 2013:33−34. Samsuri 1969:56 dalam bukunya yang berjudul Fonologi mengungkapkan bahwa untuk menandai tekanan dapat dipakai tanda- tanda diakritik [ “ ] untuk tekanan primer, [ ‘ ] untuk tekanan sekunder.

2.7.2 Intonasi Intonasi dalam bahasa Indonesia sangat berperan dalam pembedaan maksud

kalimat. Bahkan, dengan dasar kajian pola-pola intonasi ini, kalimat bahasa Indonesia dibedakan menjadi kalimat berita deklaratif, kalimat tanya interogatif, dan kalimat perintah imperatif. Kalimat berita deklaratif ditandai dengan pola intonasi datar-turun. Kalimat tanya interogatif ditandai dengan pola intonasi datar-turun. Kalimat perintah imperatif ditandai dengan pola intonasi datar-tinggi. Muslich, 2009:115−117. Keraf menambahkan kalimat seru dalam jajaran kalimat dalam bahasa Indonesia. Kalimat seru adalah kalimat yang menyatakan perasaan hati, kekaguman, atau keheranan terhadap suatu hal. Kalimat ini biasanya ditandai oleh kata-kata atau ungkapan-ungkapan tertentu: sungguh,alangkah, betapa, dan dapat juga dinyatakan dengan intonasi yang lebih tinggi dari kalimat inversi. Keraf, 1991:208.

2.7.3 Nada Muslich 2009:112 menjelaskan bahwa penuturan dalam bahasa Indonesia,

tinggi-rendahnya nada suara tidak fungsional atau tidak membedakan makna. Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan pembedaan makna, nada dalam bahasa