disampaikan secara tidak santun karena mempermalukan anak gadisnya sendiri dihadapan banyak orang. Berdasarkan ilustrasi di atas, dapat disimpulkan bahwa
teori ketidaksantunan berbahasa dalam pandangan Bousfield ini lebih menekankan pada bentuk penggunaan ketidaksantunan tuturan oleh penutur yang
memiliki maksud untuk mempermalukan mitra tutur.
2.4.4 Teori ketidaksantunan berbahasa dalam pandangan Terkourafi
Terkourafi Derek Bousfield Mariam A. Locher, 2008:3 memandang ketidaksantunan sebagai, ‘impoliteness occurs when the expression used is not
conventionalized relative to the context of occurrence; it threatens the
addressee’s face but no face
-threatening intention is attributed to the speaker by
the hearer.’ Jadi perilaku berbahasa dalam pandangannya akan dikatakan tidak santun bilamana mitra tutur
addressee
merasakan ancaman terhadap kehilangan muka
face threaten,
dan penutur
speaker
tidak mendapatkan maksud ancaman muka itu dari mitra tuturnya. Teori dari perilaku ketidaksantunan berbahasa ini
dapat dicontohkan dalam situasi berikut ini.
Situasi:
Di siang yang terik sang adik baru pulang kuliah. Ia membawa surat undangan pernikahan mantan kekasih kakak perempuannya. Adik tahu bahwa
sang kakak baru putus cinta kira-kira dua bulan yang lalu, namun mantannya tersebut sudah menemukan calon pasangan hidup. Sedangkan kakaknya belum
punya pacar lagi. Di ruang keluarga ada semua anggota keluarga.
Wujud bahasa:
Adik : “Mbak, ini undangan pernikahan dari Abang. Calon pengantin perempuannya cantik kaya mbak.”
Mbak : “Iyalah, kamu pikir, kamu lebih cantik dari aku?
Informasi indeksal:
Tuturan tersebut menunjukkan bahwa adik meminta tanggapan dari kakaknya, namun tuturan yang dikeluarkan membuat sang kakak merasa jengkel
dan tidak nyaman yaitu dengan tuturan
undangan pernikahan dari Abang. Calon pengantin perempuannya cantik banget lho.
Dari tuturan tersebut, kakak menanggapinya dengan nada tinggi dan sinis yang mengancam muka secara
sepihak terhadap adik. Tanggapan itu membuat mitra tutur merasa terancam muka dan malu dengan tuturan
Iyalah. Kamu pikir, kamu lebih cantik dari aku?
Berdasarkan ilustrasi di atas, dapat disimpulkan bahwa teori ketidaksantunan berbahasa menurut pandangan
Terkourafi
lebih menekankan pada bentuk penggunaan ketidaksantunan tuturan oleh penutur yang memiliki tujuan untuk
mengancam muka sepihak mitra tuturnya tetapi di sisi lain penutur tidak menyadari bahwa perkataannya menyinggung mitra tutur.
2.4.5 Teori ketidaksantunan berbahasa dalam pandangan Locher and Watts
Locher and Watts berpandangan bahwa perilaku tidak santun adalah perilaku yang secara normatif dianggap negatif
negatively marked behavior,
lantaran melanggar norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Mereka juga menegaskan bahwa ketidaksantunan merupakan peranti untuk
menegosiasikan hubungan antarsesama
a means to negotiate meaning
.
Selengkapnya pandangan mereka tentang ketidaksantunan tampak berikut ini, ‘…impolite behaviour and face
-aggravating behaviour more generally is as much as this ne
gation as polite versions of behavior.’ Derek Bousfield Mariam A. Locher, 2008:5. Teori dari perilaku ketidaksantunan berbahasa ini dapat
dicontohkan dalam situasi berikut ini.
Situasi:
Pagi hari di teras rumah berkumpullah bapak, ibu, dan anak-anaknya. Sang bapak menyuruh anaknya mengambilkan kunci motor karena bapak akan pergi.
Pada prinsipnya, sang anak tahu jika memberikan sesuatu kepada orang lain menggunakan tangan kanan. Ketika menyerahkan kunci motor, sang anak
menggunakan tangan kirinya.
Wujud bahasa:
Anak : “Ini kuncinya, Pak.” memberikan kunci dengan tangan kiri
Bapak : “Kamu sekolah dimana? Kalau memberikan sesuatu kepada orang lain itu menggunakan tangan kanan, tidak sopan dengan tangan
kiri.”
Anak : “Hehehe buru-buru, Pak, saya lupa.”
Informasi indeksal :
Tuturan disampaikan oleh anak dengan nada santai, namun membuat bapaknya jengkel karena anak memberikan kunci motor dengan tangan kirinya.
Dari percakapan tersebut terlihat bahwa si anak tidak mengindahkan norma kesopanan yaitu
memberikan sesuatu kepada orang lain itu menggunakan tangan kanan
. Sang anak tidak memperhatikan norma kesopanan yang diajarkan oleh
bapaknya yaitu dengan tuturan
Hehehe buru-buru, Pak, saya lupa.
tuturan tersebut merupakan tuturan tidak santun karena telah mengacuhkan dan
melanggar norma kesopanan. Berdasarkan ilustrasi di atas, dapat disimpulkan