Penerapan SOP pada Layanan Sirkulasi

88 1 Layanan peminjaman Gambar 2: SOP peminjaman buku Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, menunjukan bahwa proses peminjaman buku di perpustakaan FITK telah sesuai dengan prosedur dokumen SOP nomor: FITK-POS-PERPUS-11. . 89 2 Layanan pengembalian Gambar 3: SOP pengembalian buku Alur prosedur kedua peminjaman dan perpanjangan buku yakni pengecekan kondisi fisik buku tidak dilakukan oleh pustakawan. selebihnya alur prosedur peminjaman dan perpanjangan buku telah sesuai dokumen SOP nomor: FITK-POS- PERPUS-12. 90 3 Layanan pendaftaran anggotan baru dan lama Gambar 4: SOP pendaftaran anggota baru dan lama Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, prosedur layanan pendaftaran anggota lama telah seusai dengan dokumen SOP nomor: FITK-POS-PERPUS-10. 91 4 Peminjaman buku untuk foto kopi, Gambar 5: SOP peminjaman buku untuk fotokopi Bagi yang bukan mahasiswa FITK diperbolehkan mengopi sendiri buku, dengan syarat menyerahkan jaminan berupa handphone dan kartu tanda pengenal, sebelumnya telah memberi biaya administrasi Rp.2000. hal ini tidak terdapat dalam diagram alir SOP layanan peminjaman buku untuk fotokopi. Sehingga pada alur kedua, perlu dibuatkan alur tambahan untuk bukan mahasiswa FITK. 92 Selebihnya alur prosedur layanan peminjaman buku untuk fotokopi telah sesuai dengan dokumen SOP nomor: FITK-POS- PERPUS-14 5 Pelayanan Surat bebas pustaka, Gambar 6: SOP Pelayanan surat bebas pustaka Pada alur keenam salah satu persyaratan untuk mendapatkan surat keterangan bebas pustaka harus menyerahkan skripsi. Namun dikarenakan terbatasnya ruangan perpustakaan, yang dimintai untuk menyerahkan hardcopy skirpsi hanya dibatasi untuk lulusan 93 cumlaude dan amat baik. sedangkan lulusan dengan nilai baik, cukup menyerahkan softcopy skripsi dalam bentuk CD. Selebihnya alur prosedur pelayanan surat bebas pustaka telah sesuai dengan dokumen SOP nomor: FITK-POS-PERPUS-16.

c. Perbedaan Kualitas Pelayanan Pasca Penerapan SOP

Berikut tanggapan para informan ketika ditanyakan mengenai perbedaan kualitas layanan ketika SOP belum dibuat dengan sekarang: “…Menurut saya, baik dan bagus, karena waktu yang diberi cukup untuk peminjaman dan pengembalian…” 33 “yah kadang-kadang bagus, kadang-kadang tidak, kata mahasiswanya yah harusnya sopanlah, harus ramah, harus senyum, dan kita di bilangkan jutek. Padahal kita sudah berusaha semaksimal mungkin dalam melayani” 34 “…Eh biasa-biasa saja. seharusnya ada perubahan peningkatan layanan Setelah SOP cuma mungkin karena, karenan kurang sosialisasi, dan tidak adanya pelatihan yang benar-benar misalnya tentang layanan prima yang bagus itu kaya gimana dan tata kerja sesuai dengan SOP bagaimana, yang ada Cuma harus ada layanan prima namun kita tidak ada pelatihan tentang layanan prima dan tatacara pelayanan yang baik,.harusnya kualitas pelayanan harus lebih bagus dan kepuasan pelanggan harusnya meningkat kan, tapi disini mahasiswa puas dengan perpustakaan ini karena jam bukanya, senang dengan jam bukanya di perpanjang tanpa istrahat jam 8:00-18:00…” 35 33 Wawancara pribadi dengan Rahmat. 34 Wawancara pribadi dengan Dewi. 35 Wawancara pribadi dengan Ria Maria Hidayat. 94 Paparan diatas menjelaskan bahwa menurut pustakawan FITK dengan adanya penerapan SOP diharapkan mampu meningkatkan kualitas pelayanan di perpustakaan FITK. Namun kenyataanya penerapan SOP belum mampu meningkatkan kualitas layanan. Walau pustakawan sudah berusaha semaksimal mungkin dalam melayani. seringkali dianggap jutek atau tidak ramah karena tuntutan pemustaka yang mengharuskan pustakwan untuk selalu sopan, ramah dan senyum disegala kondisi. Hal ini dikarenakan pustakwan hanya sekedar disajikan dengan SOP tanpa adanya pelatihan maupun pembinaan mengenai bagaimana tata kerja sesuai SOP, bagaimana pelayanan yang baik sesuai dengan pelayanan prima, tidak ada sosialisasi, dan kurangnya pengetahuan pustakawan mengenai SOP. sehingga penerapan SOP tidak masksimal. Menurut B. Mustafa Dengan adanya SOP, standarisasi pelaksanaan pekerjaan di perpustakaan dapat dikontrol. Dengan demikian mutu hasil pekerjaan pun pada gilirannya dapat diawasi secara bertahap, dari waktu ke waktu melalui proses monitoring dan evaluasi serta perbaikan secara berkesinambungan, dapat menuju ke layanan perpustakaan yang prima. 36 Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa SOP yang telah dibuat dengan sangat baik, harusnya dimanfaatkan dengan baik pula. Hal itu bisa terwujud bila SOP yang ada selalu disosialisasikan dan 36 B Mustafa dan Yuyu Yulia, “Memenuhi Harapan Pengguna tentang Layanan Prima Perpustakaan Melalui Penerapan SOP Standard Operation Procedure.