Berdasarkan Tabel 4.20 diatas dapat diketahui pendapat informan mengenai kerjasama lintas sektor adalah baik, didalam menjalin kerjasama lintas sektor
pelaksana program harus aktif mencari dukungan untuk perkembangan suatu program.
4.7.5. Hasil Wawancara Mengenai Evaluasi
Evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program yang dilajalankan dan untuk mengetahui hambatan yang ada dalam pelaksanaan
program, dari wawancara yang telah dilakukan dengan informan diperoleh hasil sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.21. Hasil Wawancara Mengenai Kegiatan Evaluasi yang Dilakukan Terhadap Program Kesehatan Lingkungan di Seluruh Puskesmas
di Kota Dumai Tahun 2010
No Puskesmas Apakah ada evaluasi terhadap program kesehatan
Lingkungan? 1
Dumai Barat • Evaluasi selalu dilakukan setiap triwulan baik di
puskesmas ataupun di Dinas Kesehatan. 2
Purnama • Evaluasi pasti ada, di puskesmas ini pembinaan dan
evaluasi dilakukan setiap triwulan dalam kegiatan lokakarya mini puskesmas.
3 Bukit Timah
• Pembinaan dan eavulasi dilakukan empat kali dalam satu tahun, setiap 3 bulan sekali
• Biasanya dibahas mengenai pelaksanaan program dan pencapaian program.
4 Dumai Timur
• Evaluasi program biasanya dilakukan pada saat kegiatan lokakarya mini puskesmas.
5 Jaya Mukti
• Evaluasi dan pembinaan selalu dilakukan setiap 3 bulan sekali
6 Bumi Ayu
• Evaluasi selalu dilakukan untuk memperbaiki kekurangan yang ada
• diadakan evaluasinya setiap triwulan di puskesmas. 7
Bukit Kapur • Ada dilakukan evaluasi baik di puskesmas ataupun di
dinas biasanya sitiap minilok puskesmas. 8
Sungai Sembilan • Evaluasi sudah pasti dilakukan setiap
penyelenggaraan lokakarya mini puskesmas, di dinas juga selalu ada evaluasi.
9 Medang Kampai
• Evaluasi ada, dilakukan setiap triwulan baik di puskesmas maupun di dinas kesehatan.
10 Dinas Kesehatan • Evaluasi program kesehatan lingkungan dilakukan
setiap 3 bulan sekali melalui lokakarya mini puskesmas.
Berdasarkan Tabel 4.21 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata informan mempunyai pendapat yang sama mengenai evaluasi yang dilakukan terhadap program
kesehatan lingkungan yaitu setiap triwulan evaluasi dilakukan oleh seluruh puskesmas dalam kegiatan lokakarya mini yang dihadiri juga oleh petugas dari dinas
kesehatan, sebaliknya evaluasi juga dilakukan di dinas kesehatan dan dihadiri oleh petugas pemegang program.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Petugas Program Kesehatan Lingkungan
Tenaga pelaksana program kesehatan lingkungan di seluruh puskesmas sudah sesuai dengan petunjuk oleh Ditjen PPM PL dimana petugas harus minimal
berpendidikan SPPH atau D III kesehatan lingkungan, maka semua puskesmas telah memiliki petugas yang berlatarbelakang pendidikan tersebut, namun ada beberapa
puskesmas yang masa kerja petugas masih baru yaitu kurang dari 5 Tahun, akan tetapi jumlah petugas sanitasi di kota Dumai yang berjumlah 18 orang tidak
sebanding dengan jumlah penduduk 262.116. Menurut Indikator Indonesia Sehat 2010 rasio tenaga sanitasi adalah 40 orang per 100.000 penduduk, dengan demikian
jumlah tenaga sanitasi di kota Dumai masih sangat kurang. Berdasarkan tingkat pendidikan petugas yang paling banyak adalah berjenjang
DIII kesehatan lingkungan, hanya tiga orang petugas yang berlatarbelakang pendidikan sarjana kesehatan masyarakat SKM dan baru ditempatkan pada Dinas
Kesehatan. Belum ada petugas sanitarian berjenjang SKM yang ditempatkan di puskesmas. Untuk itu maka diperlukan adanya perencanaan sumber daya manusia
yang mantap untuk menjamin puskesmas memiliki tenaga sanitarian dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dalam menangani masalah kesehatan lingkungan yang
kompleks. Agar tenaga sanitarian berjenjang SKM dapat memberikan upaya kesehatan lingkungan secara optimal diperlukan kompetensi yang tidak hanya pada
kompetensi teknis operasional saja namun juga kemampuan analisis dan manajerial.
Universitas Sumatera Utara