Dana Program Kesehatan Lingkungan

Berdasarkan hasil penelitian diseluruh puskesmas diketahui semua petugas pelaksana program kesehatan lingkungan sudah memiliki surat penugasan langsung dari kepala puskesmas. Akan tetapi hanya ada 3 puskesmas dari 9 puskesmas yang petugas pelaksana program kesehatan lingkungan sudah pernah mendapat pelatihan dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Pelatihan diperlukan oleh setiap petugas, agar semua petugas pelaksana program kesehatan lingkungan mengetahui informasi yang terbaru dari setiap program. Pemberian pelatihan ini bukan diusulkan dari puskesmas, tetapi berdasarkan pada panggilan dari dinas kesehatan kabupaten. Setelah dinas kesehatan kabupaten memberikan panggilan, pihak puskesmas mengusulkan daftar calon nama-nama yang akan mengikuti pelatihan Dinkes Dumai.

5.2. Dana Program Kesehatan Lingkungan

Untuk mendukung keberhasilan suatu program salah satu yang harus tersedia adalah dana. Dari hasil wawancara dengan informan bahwa dana untuk pelaksanaan program kesehatan lingkungan sangat kecil, tatapi dana tersebut dapat diupayakan cukup untuk pelaksanaan semua program. Hal ini dapat terjadi dikarenakan Dinas Kesehatan melakukan bugget shering dengan puskesmas malalui dana BOK, sehingga program kesehatan lingkungan dapat berjalan dengan baik. Dana yang diperoleh untuk pelaksanaan program merupakan Rencana Usulan Kegiatan RUK puskesmas yang telah disusun dan dibahas di dinas kesehatan kabupatenkota, diajukan ke Pemerintah Daerah KabupatenKota melalui dinas kesehatan kabupatenkota. Selanjutnya RUK puskesmas yang terangkum dalam usulan dinas kesehatan kabupatenkota akan diajukan ke DPRD untuk memperoleh Universitas Sumatera Utara persetujuan pembiayaan dana. Setelah mendapat persetujuan dari DPRD, selanjutnya diserahkan ke puskesmas melalui dinas kesehatan kabupatenkota. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dana untuk pelaksanaan program kesehatan lingkungan berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD dan Bantuan Operasional Kesehatan BOK. Dana BOK yang didapatoleh seluruh puskesmas tersebut telah dikhusukan hanya untuk program inspeksi rumah sehat. Dana program kesehatan lingkungan kecil di kota Dumai kemungkinan karena perencanaan penyusunan anggaran masih belum memperioritaskan program penyehatan lingkungan, Dinas Kesehatan masih memperioritaskan pada program- program pengobatan yang harus ditangani segera seperti Wabah, Kejadian Luar Biasa KLB. Bahkan jumlah dana yang diterima pada tahun 2010 menurun dari tahun sebelumnya. Konsep H.L Blum yaitu environment of health, faktor lingkungan dianggap sebagai faktor determinan utama status kesehatan masyarakat. Konsep Blum inilah yang banyak dipakai hingga dewasa ini bahkan sangat mempengaruhi kebijakan pemerintah dimana kegiatan perbaikan lingkungan menjadi prioritas utama pembangunan bidang kesehatan. Seiring dengan terjanya pergeseran isu SDM Sumber Daya Manusia sehingga faktor gizi banyak yang berhubungan dengan kualitas kesehatan. memasuki mellinium ketiga kemiskinan menjadi tantangan utama perbaikan kesehatan dengan prioritas utama kekurangan gizi pada anak. Banyaknya masalah kesehatan yang harus di selesaikan sehingga masing-masing daerah memilih masalah kesehatan yang harus diprioritaskan, Di Kota Dumai masalah kesehatan Universitas Sumatera Utara sangat banyak teruma masalah penyakit menular seperti DBD yang harus mendapat perhatian segera. Maka dana yang disetujui hanya yang menjadi prioritas saja. 5.3. Sarana dan Prasarana Program Kesehatan Lingkungan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar puskesmas sudah memiliki ruangan tersendiri yang terpisah dengan program lain pada puskesmas. hanya ada satu puskesmas yang ruang program kesehatan lingkungannya bergabung dengan ruang lain yaitu puskesmas Bukit Timah, dimana ruangan kesehatan lingkungannya bergabung dengan ruangan Gizi dan Promkes. Menurut Ditjen PPM PL Dep.Kes RI 2000, puskesmas harus memiliki ruangan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan program kesehatan lingkungan, sebaiknya ruangan harus terpisah dengan ruangan program lain agar kegiatan terlaksana dengan baik. Dalam pelaksanaan konseling dan penyuluhan seluruh puskesmas memiliki alat bantu leaflet, sound system dan 3 puskesmas memiliki media elektronik sebagai alat bantu dalam melaksanakan kegiatan program keehatan lingkungan di puskesmas, tetapi alat penyuluhan yang juga penting seperti cetakan samijaga tidak dimiliki oleh seluruh puskesmas. Cetakan samijaga hanya ada di dinas kesehatan kota Dumai, sehingga jika petugas memerlukan alat ini untuk kegiatan penyuluhan mereka bisa meminjamnya ke dinas kesehatan kota Dumai. Untuk menunjang pelaksanaan program kesehatan lingkungan di luar gedung puskesmas, petugas harus memiliki alat transportasi. Alat transportasi untuk pelaksanaan program kesehatan lingkungan di seluruh puskesmas kota Dumai pada Universitas Sumatera Utara saat ini adalah mobil ambulance 8 unit, mobil puskesmas keliling 1 unit dan sepeda motor 9 unit. Dari hasil observasi pada penelitian ini seluruh puskesmas mempunyai alat transportasi roda dua dan roda empat, yang dapat digunakan dalam melakukan kegiatan, kendaraan roda dua adalah milik petugas itu sendiri, hanya puskesmas Bukit Timah yang kendaraan roda duanya milik dinas. Sedangkan kendaraan roda empat adalah ambulance dan puskling yang dapat digunakan untuk kunjungan luar gedung terutama pada saat penyuluhan. Untuk saat ini baru satu puskesmas saja yang memiliki puskesmas keliling yaitu puskesmas Jaya Mukti. Wijono 1999 menyatakan bahwa sarana dan prasarana yang tersedia cukup dan tepat serta ada rencana peningkatan dan penggantian perlengkapan dan peralatan, sarana harus cukup agar setiap petugas dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

5.4. Buku Pedoman dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program Kesehatan Lingkungan