Penyediaan air bersih, selain kualitasnya, kuantitasnya pun harus memenuhi standar yang berlaku. Untuk ini perusahaan air minum, selalu memeriksa kualitas
airnya sebelum didistribusikan kepada pelanggan. Karena air baku belum tentu memenuhi standart, maka seringkali dilakukan pengolahan air untuk memenuhi
standart air minum Soemirat, 2007. Pengolahan air minum dapat sangat sederhana sampai sangat kompleks,
tergantung dari kualitas air bakunya. Apabila air bakunya baik, maka mungkin tidak diperlukan pengolahan sama sekali. Apabila hanya ada kontaminasi kuman, maka
desinfeksi saja cukup. Dan apabila air baku semakin jelek kualitasnya maka pengolahan harus lengkap, yakni melalui proses koagulasi, sedimentasi, filtrasi dan
desinfeksi Soemirat, 2007. Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan
tidak berbau. Air minumpun seharusnya tidak mengandung kuman pathogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat
kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis dan dapat merugikan secara ekonomis Soemirat, 2007.
2.4.3. Jamban Sehat
Ekskreta manusia yang terdiri atas feses dan urine merupakan hasil akhir dari proses yang berlangsung dalam tubuh manusia yang menyebabkan pemisahan dan
pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh tersebut berbentuk tinja dan air seni Budiman, 2007.
Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari segi
Universitas Sumatera Utara
kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi. Karena kotoran manusia feses adalah
sumber penyebaran penyakit yang multikompleks Soekidjo, 2007. Peranan tinja di dalam penyebaran penyakit sangat besar, disamping dapat
langsung mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran dan sebagainya, juga air, tanah, serangga dan bagian-bagian tubuh kita dapat terkontaminasi oleh tinja-tinja
tersebut Soekidjo, 2007. Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai dengan cepatnya
pertambahan penduduk, jelas akan mempercepat penyebaran penyakit yang ditularkan melalui tinja. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia
antara lain : tifus, disentri, kolera, schistosomiasis dan sebagainya Soekidjo, 2007. Untuk mencegah dan mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan
maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu
jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi persyaratan- persyaratan sebagai berikut Soekidjo, 2007 :
1. Tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban tersebut
2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya
3. Tidak mengotori air tanah di sekitarnya
4. Tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan binatang-binatang
lainnya 5.
Tidak menimbulkan bau 6.
Mudah digunakan dan dipelihara
Universitas Sumatera Utara
7. Sederhana desainnya
8. Murah
9. Dapat diterima oleh pemakainya
Teknologi pembuangan kotoran manusia untuk daerah pedesaan sudah tentu berbeda dengan teknologi jamban di daerah perkotaan. Oleh karena itu, teknologi
jamban di daerah pedesaan disamping harus memenuhi persyaratan jamban sehat juga harus didasarkan pada sosiobudaya dan ekonomi masyarakat pedesaan Soekidjo,
2007. Pengelolaan tinja manusia dapat dilakukan didalam septik tank. Di dalam
septik tank tinja akan dikonversi sacara anaerobik menjadi biogas campuran gas Carbindioksida dan gas Metan. Diharapkan dengan penyedian jamban yang sehat
dan pengelolaan tinja secara tepat, angka kejadian penyakit bawaan air dapat diminimalkan Ricki, 2005.
2.4.4. Pengelolaan air limbah