Teori Implementasi Kebijakan Pendidikan
34 kali digagas oleh Max Weber. Dalam perbendaharaan bahasa abad
ke-18, birokrasi berasal dari kata bureau biro yang berarti meja
tulis, atau suatu tempat yang digunakan para pejabat dalam bekerja. Istilah ini kemudian mengalami
transliterasi, sehingga istilah tadi menjadi bagian dalam perbendaharaan istilah politik
internasional, yakni bureaucratie Prancis, atau bureaukratie
Jerman yang akhirnya menjadi burokratie, atau di Itali disebut
burocrazia, dan di Inggris disebut bureaucracy Arif Rohman, 2012: 121.
Birokrasi sebagai suatu lembaga yang memiliki wewenang atau kekuasaan administrasi pemerintahan dalam layanan,
pengawasan, serta pengenalan partisipasi publik tersebut sebenarnya merupakan organisasi yang diciptakan agar bisa
memaksimalkan hasil secara efisien atas tugas-tugas yang dijalankan. Birokrasi menurut Max Weber harus dirancang dan
dibentuk menjadi sebuah organisasi yang memiliki penampilan sebagai ’
tipe ideal’. Agar birokrasi dapat berfungsi secara efektif, maka harus memiliki karakteristik antara lain:
1 Para anggota staf secara pribadi menjalankan tugas-tugas impersonal jabatan mereka,
2 Adanya hirarkhi jabatan yang jelas, 3 Fungsi masing-masing jabatan ditentukan secara tegas,
4 Pejabat diangkat berdasarkan kontrak,
35 5 Pejabat dipilih berdasarkan kualifikasi profesional didasarkan
dengan ijazah yang diperoleh melalui ujian, 6 Pejabat diberi gaji dan pensiun menurut jenjang kedudukan
dalam hirarkhi, 7 Pejabat dapat selalu menempati posnya namun dalam keadaan
tertentu dapat diberhentikan, 8 Ada struktur karier dan promosi menurut pertimbangan
keunggulan superior dari segi senioritas dan keahlian Arif
Rohman, 2012: 122-123. Birokrasi dalam penelitian ini dimaksudkan adalah mengenai
peran Dinas daerah dalam menangani kebijakan pendidikan yang diambilnya untuk keberlangsungan pelaksanaan pendidikan itu
sendiri. Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga daerah Istimewa Yogyakarta dalam merumuskan kebijakan pendidikan mengenai
kurikulum 2013 implementasinya pada tingkat SMA ini dengan memperhatikan tiga hal pokok yang diungkapkan oleh Yoyon
Bahtiar Irianto 2011: 98, yaitu kewenangan, kemampuan, dan kebutuhan masing-masing daerah dengan berasakan pada
demokrasi, pemberdayaan, dan pelayanan umum di bidang pendidikan.
b. Peran Birokrasi dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Arif Rohman 2012: 126 berpendapat dalam semua kegiatan
implementasi kebijakan, menurut Charles O. Jones selalu ada dua
36 aktor yang terlibat didalamnya, yaitu: a Beberapa orang di luar
para birokrat yang mungkin terlibat dalam aktivitas-aktivitas implementasi; dan b Para birokrat sendiri yang terlibat dalam
aktivitas fungsional, di samping tugas-tugas implementasi. Untuk menjalankan peran fungsional dalam implementasi
kebijakan pendidikan, birokrasi perlu melakukan upaya dalam ilmu sosial dikenal dengan istilah Model Implementasi Adaptif
Adaptive Implementation Model. Model Implementasi Adaptif atau MIA adalah model penetapan suatu proses yang
memungkinkan kebijakan dapat dimodifikasikan, dispesifikasikan, dan direvisi Arif Rohman, 2012: 128.
Penelitian ini terkait dengan peran Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga di Daerah Istimewa Yogyakarta mengenai
kebijakan pendidikan dalam meimplementasikan kurikulum 2013 pada tingkat SMA. Lembaga ini mempunyai relevansi dalam
menangani kurikulum. Dinas mengharapkan agar daerahnya harus mampu mengoptimalkan semua potensi kelembagaan yang ada
dalam masyarakat, baik pada lembaga-lembaga pendidikan yang dikelola pemerintah, masyarakat, atau swasta.